LOGISTIKNEWS.ID – Kepadatan arus lalu lintas akibat antrean truk pengangkut barang dan peti kemas dari dan ke New Priok Container Terminal One (NPCT-1), kembali menjadi sorotan berbagai kalangan pengguna jasa.
Pasalnya kondisi yang terus terulang itu berujung pada hambatan logistik dan arus barang dari dan ke pelabuhan Tanjung Priok.
Wakil Ketua Umum BPP Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Erwin Taufan, menyayangkan kondisi kemacetan di akses distribusi pelabuhan tersibuk di Indonesia itu masih saja terjadi.
“Imbas kemacetan di Priok ataupun NPCT-1 itu telah menjadi urusan nasional. Mestinya ada langkah antisipasi, misalkan jika kapal sedang banyak-banyaknya di NPCT-1 pada kondisi tertentu seperti clossing time, mending suruh terminal lain bantu dulu. Divert saja kapal nya ke terminal lainnya untuk sementara,” ujar Taufan melalui keterangannya yang diterima redaksi, pada Minggu (22/5/2021).
Disisi lain, imbuh Taufan, akses eksisting NPCT-1 saat ini dinilai terbatas sehingga rawan terjadi masalah kemacetan. “Jadi jangan dipaksakan terima kapal sebanyak itu,” ungkapnya.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, selain adanya sejumlah kapal delay, dan bertepatan dengan clossing time, kondisi yard occupancy ratio (YOR) peti kemas impor di NPCT-1 pada akhir pekan kemarin rata-rata mencapai lebih 90%.
Saat ini di pelabuhan Tanjung Priok terdapat lima fasilitas terminal peti kemas yang melayani ekspor impor, yakni Jakarta International Container Terminal (JICT), TPK Koja, NPCT-1, Terminal MAL dan Terminal 3 Pelabuhan Priok.
Sebelumnya, pelaku usaha logistik dan forwarder di Tanjung Priok mengeluhkan antrean panjang kemacetan dalam kegiatan pemasukan dan pengeluaran barang/peti kemas di fasilitas New Priok Container One (NPCT-1) sejak Sabtu (21/5).
“Banyak perusahaan anggota kami menanyakan prihal kemacetan itu. Kami mendesak upaya serius dari manajemen NPCT-1 untuk segera mengurai kemacetan tersebut, lantaran hingga Sabtu sore antrean panjang masih terjadi” ujar Ketua Umum DPW Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) DKI Jakarta, Adil Karim, kepada wartawan pada Sabtu Malam (21/5/2022).
Dia mengatakan para pelaku usaha belum mendapat informasi pasti penyebab kemacetan di terminal peti kemas yang terjadi sejak Sabtu dini hari tersebut.
Namun, imbuhnya, menurut informasi sementara yang diperolehnya bahwa sejak Jumat kemarin ada tiga kapal yang sandar di NPCT-1, dan tidak ada sistem IT atau layanan yang error.
“Yang menjadi pertanyaan apakah karena adanya tiga kapal yang dilayani secara bersamaan itu menyebabkan macet beberapa hari masuk terminal tersebut ?, Patut diduga kemungkinan ada beberapa penyebab lainnya. Ini menjadi pekerjaan rumah juga buat Otoritas Pelabuhan setempat, sebab antrean ini berimbas pada keterlambatan arus barang dalam proses pengurusan barang ekspor impor dan menyebabkan biaya logistik tinggi,” ucap Adil Karim.
Dia mengatakan, kemacetan dan atrean di NPCT-1 itu masih terjadi hingga Sabtu malam ini.
Padahal untuk layanan importasi barang pada umumnya di hari Sabtu fasilitas gudang importir sudah tutup dan pada hari Minggu libur sehingga pada hari Senin baru buka kembali dan baru bisa bongkar barang di gudang.
Kondisi itu, kata Adil, berpotensi terjadi tambahan demmurage untuk layanan importasi. Sedangkan untuk ekspor juga bisa terkena clossing time sehingga terjadi penambahan biaya, apalagi jika tidak bisa sampai masuk kapal akan lebih parah lagi yakni direschedule sehingga terjadi keterlambatan pengiriman dinegara tujuan.
Dia menegaskan, sebagai pelaku usaha menginginkan kondisi seperti itu menjadi perhatian serius oleh manajemen NPCT-1, dan juga Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok agar bisa menegur para operator terminal peti kemas di pelabuhan itu yang lalai memberikan layanan efisien bagi pengguna jasa.
“Kalau fasilitas common gate nya tidak memadai, ya mestinya segera dibenahi dan ALFI DKI sudah seringkali menyuarakan soal itu. Bagaimana kita mau mendorong membangun NPCT-2 kalau kondisi NPCT-1 saja saat ini seringkali sudah macet seperti itu?,” tanya Adil Karim.(am)