LOGISTIKNEWS.ID – PT Kawasan Berikat Nusantara/KBN (Persero) menyiapkan program kompetensi sumber daya manusia (SDM) untuk pengelolaan gudang konsolidasi layanan ekspor dan terkait dengan pengelolaan terminal atau Port.
Hal itu menyusul adanya visi stategis Menteri BUMN Erick Thohir, mengenai perlunya integrasi antara Kawasan Industri seyogyanya terintegrasi dengan Logistik dan Pelabuhan.
“KBN siap support mengenai hal itu dalam rangka menindaklanjuti visi strategisnya Menteri BUMN. Hal itupun guna percepatan dan kelancaran arus barang, mengefisiensikan layanan logistik dan mendukung pertumbuhan perekonomian nasional,” ujar Direktur Keuangan PT KBN, Ari Henryanto, kepada Logistiknews.id, pada Senin (13/2/2023).
Saat ini, imbuhnya, sudah ada sekitar 60 orang SDM yang terseleksi untuk dilakukan peningkatan kompetensi dalam pengelolaan gudang konsolidasi ekspor impor dan pengelolaan port.
“Termasuk juga kita menempatkan diri untuk siap menjadi lokasi distribusi produk kebutuhan masyarakat di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Peningkatan kompetensi SDM itu akan dan melibatkan konsultan atau ekspert dibidangnya dan calon mitra operator,” ucap Ari.
Berdasarkan pemantauan lapangan redaksi, bahwa lokasi KBN Cakung maupun Marunda secara rasional merupakan strategis sebagai penopang aktivitas logistik dan port khususnya terhadap pelabuhan Tanjung Priok.
Bahkan lokasi KBN Cakung sudah terkoneksi langsung dengan akses Tol ke arah pelabuhan Tanjung Priok dan hinterland (industri). Sedangkan KBN Marunda akan terkoneksi dengan akses Tol NPE atau New Port Tanjung Priok (Cibitung-Tanjung Priok) dimana gate in dan gate outnya juga berada di derah Marunda.
Dampak positif terhadap hal itu juga bisa menekan tingkat kemacetan di jalur distribusi yang selama ini kerap dikeluhkan dari dan kepelabuhan Tanjung Priok.
Sebagaimana diketahui, bukan cuma regulator dan stakehorders, kemacetan yang kerap terjadi pada akses dari dan ke pelabuhan Tanjung Priok juga bikin pusing para pebisnis logistik.
Meskipun, berbagai jurus antisipasi guna mengurai kemacetan di pelabuhan tersibuk di Indonesia itu-pun sudah di upayakan.
Bahkan, manajemen Pelindo Tanjung Priok telah menyiapkan buffer (areal parkir) trucking di sisi Barat yakni tepatnya lahan eks Inggom di jalan Martadinata, Ancol Jakarta Utara.
Tekan Kemacetan
Pelabuhan Priok juga telah memfungsikan fasilitas lapangan eks-Terminal 2 Jakarta International Container Terminal (JICT) sebagai upaya contingency plan dalam meminimalisir kemacetan trucking di dalam pelabuhan itu.
Namun sayangnya, upaya-upaya tersebut belumlah cukup meredam sepenuhnya imbas kepadatan arus trucking dari dan ke pelabuhan. Bahkan pada jam-jam tertentu jalan-jalan di kawasan pelabuhan itu dipadati truk yang hendak masuk gate terminal peti kemas ekspor impor.
Pelabuhan Priok diketahui telah menyiapkan buffer trucking disisi barat. Namun hingga kini buffer disisi timur-nya belum tersedia.
Padahal, berdasarkan data Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) DKI Jakarta, pergerakan truk dari sisi Timur lebih mendominasi yakni mencapai sekitar 69%, kemudian sisanya dari arah Barat 12% serta dari Pusat 19%.
Sisi Timur selama ini memang menjadi jalur seksi pergerakan trucking lantaran hinterland atau wilayah penyangga industri untuk Pelabuhan Tanjung Priok- mayoritas atau lebih dari 60 persen-nya berada di wilayah Bekasi, Cikarang, Cikampek, Bandung, maupun Jawa Barat dan sekitarnya.
Melihat fenomena tak berimbangnya sebaran pergerakan trucking dari dan ke Priok itu, Aptrindo dan PT Kawasan Berikat Nusantara (KBN) pernah bertemu sekaligus berdiskusi soal penyiapan buffer di sisi Timur pelabuhan Tanjung Priok tersebut.[am]