LOGISTIKNEWS.ID – Pelaku usaha truk logistik, mengaku tidak keberatan jika Pemerintah menerapkan pembatasan armada trucking yang telah berusia lebih dari 20 tahun, di Jakarta.
Namun sebelum hal itu dilakukan, selain perlu waktu cukup untuk disosialisasikan kepada seluruh pelaku usaha truk, juga mesti disiapkan stimulus berupa kemudahan pembiayaan agar perusahaan trucking bisa melakukan peremajaan armadanya.
“Saya rasa perlu ada pembatasan usia kendaraan truk yang saat ini telah tidak seimbang antara supply and demand-nya. Setuju jika dilakukan terhadap truk di atas 20 tahun, karena untuk tetap menjaga faktor keselamatan dalam operasional angkutan barang dan peti kemas,” ujar Direktur Utama PT Teguh Anugerah Rejeki (TAR), Suroko kepada Logistiknews, disela-sela kegiatan uji kompetensi 20 Sopir Truk PT TAR oleh Lembaga Sertifikasi Profesi Logistik Insan Prima (LSP-LIP) yang telah diakui Badan Nasional Sertifikasi (BNSP), pada Minggu (2/6/2024).
Sebanyak 20 Sopir PT TAR tersebut nampak sumringah dan antusias dalam mengikuti Pelaksanaan Sertifikasi Kompetensi Kerja (PSKK Tahun 2024) oleh LSP-LIP, yang dilaksanakan di garasi Truk PT TAR di kawasan Marunda Centre Bekasi Jawa Barat itu.
Pria yang sudah bergelut hampir 30 tahun pada bisnis trucking itu mengungkapkan, selama ini perusahaannya memperoleh pembiayaan armada truk menggunakan lembaga keuangan atau leasing.
Apalagi, imbuhnya, saat ini harga head truk baru terus mengalami kenaikan tinggi dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya.
“Untuk Head Truk yang baru saja saat ini rerata sudah sekitar Rp 800-an Juta, bahkan ada yang lebih. Belum lagi Chasis (buntut) nya bisa mencapai Rp 250-300 juta-an yang untuk ukuran 40 feet,” ucap Suroko.
Dia mengatakan, perusahaannya juga berencana melakukan penambahan armada lagi untuk di tahun ini.
Sekarang ini, PT TAR yang menempati garasi truknya di kawasan Marunda Centre Bekasi, telah memiliki 20 unit Truk dan mempekerjakan 26 Sopir termasuk Sopir cadangan yang berpengalaman. Adapun rata-rata Truk yang dioperasikan keluaran tahun 2012 s/d 2022.
Suroko mengungkapkan, semua armada tersebut untuk suporting angkutan kontainer dari dan ke pelabuhan Tanjung Priok dengan customer utamanya ASTRA Daihatsu.
Momok Kemacetan
Suroko yang juga aktif sebagai Pengurus di Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) DKI Jakarta, mengatakan hingga kini persoalan kemacetan masih menjadi momok tersendiri bagi Sopir Truk maupun perusahaan trucking.
Pasalnya, kondisi kemacetan sangat berpengaruh pada ritase usaha trucking. Jika dahulu dalam sehari bisa dua ritase, sekarang terkadang hanya 1 ritase dalam dua hari.
Untuk menyiasatinya, Suroko menyarankan agar bisa survive, operator truk mesti mengatur delivery empty container di malam hari jika ada kegiatan ekspor.
“Faktor kemacetan itu bisa terjadi dimana saja, bisa di akses kepelabuhan, atau di depo atau bahkan di jalan raya jika ada mobil truk mogok-pun macetnya bisa berimbas kemana-mana,” tuturnya.
Persoalan lainnya bagi usaha truk yakni, menyangkut masih terjadi perang tarif angkutan antar perusahaan trucking itu sendiri meskipun ongkos angkut telah melalui mekanisme pasar.
“Kalau soal pungli dijalan, khususnya yang akses dari dan ke pelabuhan Tanjung Priok terhadap trucking, kendati masih ada namun kelihatanya sudah agak berkurang. Justru yang sering dilaporkan pengalaman Sopir Truk itu masih terjadi yang ke arah luar kota Jakarta,” paparnya.
Suroko mengatakan, dalam mengelola perusahaan trucking dengan berbagai problematikanya mesti dihadapi dengan sabar, tekun, disiplin serta menerapkan upgrade knowledge management, supaya perusahaan tetap terus berkembang dan efisien.
“Sehingga manejemen trucking juga perlu mengetahui bagaimana keluh kesah dilapangan dan tidak hanya teoritis saja,” ujar Suroko yang pernah juga bekerja 10 tahun di perusahaan trucking, sebelum akhirnya pada 1995 mendirikan perusahaan dan membeli 1 unit truk serta memperoleh modal kerja melalui kredit perbankan kala itu.[redaksi@logistiknews.id]