LOGISTIKNEWS.ID- Jumlah peti kemas yang dapat dibongkar muat oleh satu crane atau lebih pada sebuah kapal atau Box Ship Hours (BSH), menjadi salah satu indikator produktivitas bongkar muat petikemas pada suatu pelabuhan laut.
Agar lebih efektif, layanan bongkar muat di pelabuhan mesti ditopang fasilitas penunjang, seperti dermaga maupun alat bongkar muat atau crane. Jika pelabuhan dilengkapi dengan fasilitas yang memadai, maka aktivitas bongkar muat-nya lebih lancar, sehingga produktivitas kapal dan pelabuhan meningkat.
Berikut produktivitas bongkar muat petikemas di beberapa pelabuhan yang dihimpun redaksi Logistiknews.id, berdasarkan indikator Box Ship Hours (BSH)-nya.
Untuk Pelabuhan Belawan, produktivity pelayanan kapal petikemas berdasarkan BSH-nya yang sebelumnya 20 BSH, saat ini rata-rata mencapai 38 BSH bahkan yang tertinggi 61 BSH.
Pelabuhan Makassar, yang sebelumnya 20 BSH, saat ini rerata mencapai 34 BSH bahkan tertinggi 63 BSH. Di Pelabuhan Ambon, yang sebelumnya 12 BSH, kini rerata mencapai 26 BSH bahkan tertinggi 35 BSH.
Sedangkan di Pelabuhan Sorong, yang sebelumnya 10 BSH, saat ini rerata telah mencapai 25 BSH bahkan tertinggi 34 BSH. Untuk di Pelabuhan Bitung yang sebelumnya 20 BSH, kini rerata mencapai 31 BSH bahkan tertinggi 40 BSH.
Adapun di Pelabuhan Semarang yang sebelumnya 28 BSH, saat ini rerata mencapai 46 BSH bahkan tertinggi 79 BSH. Di Pelabuhan Nilam, yang sebelumnya 25 BSH, kini rerata mencapai 35 BSH bahkan tertinggi 58 BSH.
Kemudian, di Pelabuhan Pantoloan yang sebelumnya 22 BSH, saat ini rerata telah mencapai 25 BSH bahkan tertinggi 35 BSH. Pelabuhan Jayapura, yang sebelumnya 16 BSH, saat ini rerata telah mencapai 36 BSH bahkan tertinggi 52 BSH.
Pelabuhan Tarakan, yang sebelumnya 11 BSH, saat ini rerata telah mencapai 15 BSH bahkan tertinggi 21 BSH. Dan di Pelabuhan Perawang, yang sebelumnya 8 BSH, saat ini rerata mencapai 19 BSH bahkan tertinggi 32 BSH.
Sedangkan di Pelabuhan Kupang yang sebelumnya 14 BSH, saat ini rerata telah mencapai 27 BSH bahkan tertingginya bisa 49 BSH.[am]