LOGISTIKNEWS.ID – PT Jakarta International Container Terminal (JICT) berhasil menangani arus petikemas ekspor impor (throughput) sebanyak 2.124.002 twenty foot equivalent units (TEUs) sepanjang tahun 2023, atau naik 5,8% dibanding realisasi 2022 yang tercatat 2.007.776 TEUs.
Adapun total kunjungan kapal yang dilayani melalui terminal peti kemas tersibuk di kawasan pelabuhan Tanjung Priok sepanjang 2023 mencapai 1.348 ship call.
Pencapaian throughput di JICT pada 2023 itu merupakan yang tertinggi dalam periode lima tahun terakhir sejak 2019.
Beradasarkan data yang diperoleh Logistiknews.id, throughput JICT pada tahun 2019 sebanyak 2.085.691 TEUs, kemudian pada 2020 mencapai 1.085.319 TEUs, dan pada 2021 tercatat 2.037.518 TEUs, kemudian pada 2022 sebanyak 2.007.776, lalu pada 2023 naik menjadi 2.124,002 TEUs.
Pelaku usaha logistik mengatakan, adanya pertumbuhan throughput di JICT pada 2023 itu menunjukan trend kepercayaan dan kepuasan customer (perusahaan pelayaran dan cargo owners) yang terus meningkatkan dalam memanfaatkan fasilitas JICT.
“Kendati begitu, manajamen JICT jangan berpuas diri, mesti terus meningkatkan perfotmancenya dengan berbagai inovasi dan layanan yang lebih maksimal dan terukur bagi customer,” ujar Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) DKI Jakarta, Adil Karim, kepada Logistiknews.id, pada Selasa (2/1/2024) saat dimintai pendapatnya merespon pertumbuhan throughput di JICT itu.
Adil mengakui, saat ini pelayanan di JICT semakin membaik dan upaya manajemen terminal peti kemas tersebut dalam memacu performance-nya perlu di apresiasi.
Salah satunya, upaya yang baru-baru ini dilakukan yakni upgrade sistem N-Gen di JICT dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan percepatan layanan dokumen maupun bongkar muat di terminal JICT.
“Kita apresiasi ada peningkatan kepercayaan kargo owners dan pelayaran di JICT ditengah situaai perekonomian dan geopolitik global yang tidak menentu sepanjang 2023. Selain itu, upgrade sistem N-Gen juga jadi nilai tambah bagi customer dalam akselerasi handling dokumen atau bongkar muat di terminal,” ucap Adil.
Ketua ALFI DKI Jakarta itupun, sekali lagi mengingatka agar JICT dapat mempertahankan eksistensinya dan sekaligus mampu meningkatkannya pada tahun-tahun mendatang dalam memberikan layanan pada pengguna jasa pelabuhan.
“Terus lakukan inovasi-inovasi untuk meningkatkan kinerja perusahaan maupun layanan kepada pengguna jasa,” ucap Adil.
ISO BCMS
Berdasarkan catatan redaksi, baru-baru ini JICT juga telah menerima sertifikasi ISO 22301:2019 BCMS dari TUV Rheinland yang akan berlaku selama 3 tahun.
PT Jakarta Internationa Container Terminal (PT JICT) merupakan Terminal Petikemas pertama di Indonesia yang mendapatkan sertifikasi ISO 22301.
Direktur Utama PT JICT Ade Hartono, mengatakan dengan diterimanya sertifikasi ini, JICT tidak hanya menerapkan standar Internasional dalam memastikan keberlangsungan bisnis dengan memitigasi resiko apabila terjadi situasi darurat yang mengganggu kegiatan operasional.
“Tetapi juga menjaga kepentingan customer dan menumbuhkan kepercayaan yang lebih tinggi dari pengguna jasa Terminal kami” ujar Ade.
Business continuity management (BCM) adalah pendekatan manajemen holistik. Perusahaan mengenali mana yang merupakan proses dan nilai penting yang menentukan organisasi dan bagaimana mereka dapat melindunginya dari pengaruh berbahaya atau memastikan keandalan sebesar mungkin.
Dengan bertindak dan berkomunikasi pada waktu yang tepat, dengan merencanakan dan berlatih secara sistematis, dan dengan mampu merespons secara efektif bahkan dalam keadaan darurat, perusahaan dengan demikian memperoleh kepercayaan dari pelanggan dan mitra terpenting mereka.[redaksi@logistiknews.id]