Priok Macet Horor & Bikin Gaduh, Depalindo Desak Audit Ulang Amdal NPCT-1, Minta Menhub Action

  • Share
Toto Dirgantoro

LOGISTIKNEWS.ID- Dewan Pemakai Jasa Angkutan Indonesia (Depalindo) mendesak Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk melakukan audit ulang menyeluruh terhadap keberadaan fasilitas dan operasional New Priok Container Terminal One (NPCT-1) di kawasan pabeean pelabuhan Tanjung Priok.

Ketua Umum Depalindo Toto Dirgantoro mengemukakan, pasalnya keberadaan fasilitas terminal peti kemas ekspor impor itu saat ini kerapkali di keluhkan lantaran sering menyebabkan kemacetan, bahkan kemacetan yang terparah terjadi selama tiga hari terakhir yakni pada Rabu s/d Jumat (16-18 April 2025) yang nyaris memporak porandakan sendi-sendi kehidupan masyarakat maupun perekonomian nasional khususnya di Jakarta.

“Pemerintah melalui Menteri Perhubungan mesti turun tangan menyelesaikan persoalan di Pelabuhan Tanjung Priok ini. Sebab kemacetan horor yang terjadi itu sudah sangat mengganggu kelancaran arus barang dan masyarakat pengguna jalan yang seharusnya bisa beraktivitas dengan tenang,” ujar Toto, melalui keterangan resminya yang diterima Logistiknews.id pada Sabtu (19/4/2025).

Untuk itu, Depalindo mendesak agar analisa dampak lingkungan (Amdal) fasilitas dan operasional NPCT-1 khususnya terhadap aspek amdal lalu lintas (Amdal Lalin)-nya di audit.

“Amdal itu jangan cuma memeprtimbangkan aspek kesiapan  dermaga dan alat bongkar muatnya saja. Tetapi mesti menyeluruh, diimbamgi kapasitas jalan masuk dan keluar-nya yang mumpuni, termasuk manajemen trafick-nya perlu diatur yang serius agar tidak mengakibatkan kemacetan horor,” ucap Toto.

Dia mengatakan, kala waktu awal dipersiapkan NPCT-1, direncanakan disiapkan juga akses Tol langsung yang mengarah ke Marunda Jakut sehingga pergerakan keluar masuk truk dari dan ke terminal itu tidak bersinggungan dengan akses jalan arteri eksisting saat ini. Selain itu, tidak ada istilah gate di depan atau Common Gate Area.

“Kalau pakai akses eksisting (jalan arteri) yang ada seperti sekarang ini, masalah kemacetan di NPCT-1 akan terus berulang. Apalagi jika terminal itu memaksakan melayani peti kemas melebihi kapasitas tampungnya,” papar Toto.

Depalindo juga menyarakan jika kapasitas NPCT-1 sudah tidak memungkinkan untuk melayani pertumbuhan arus petikemas, agar manajemen Pelabuhan Indonesia (Pelindo) dapat mengambil langkah strategis dan terukur dengan cara memindahkan kegiatan layanan kapal dari NPCT-1 ke terminal lainnya di Tanjung Priok.

Saat ini di pelabuhan Tanjung Priok terdapat lima fasilitas terminal peti kemas yakni; Jakarta International Container Terminal (JICT), TPK Koja, NPCT-1, Termimal Mustika Alam Lestari (MAL) dan Terminal 3 Tanjung Priok yang dikelola operasikan IPC TPK.

“Usul kami dari Depalindo agar dibekukan sementara kegiatan di NPCT-1 sambil menunggu rampungnya audit ulang terhadap Amdal fasilitas dan operasional di terminal itu maupun Amdalin-nya” tegas Toto sambil menambahkan bahwa pihaknya juga berencana akan berkirim surat kepada Presiden RI, Kementerian dan instansi terkait untuk menyampaikan persoalan dan mencarikan solusi hal ini.

Eksportir Menjerit

Kalangan Eksportir di pelabuhan Tanjung Priok juga mengaku alami kerugian yang tidak sedikit akibat macet super horor di kawasan pelabuhan Tanjung Priok Jakarta yang terjadi tiga hari terakhir yakni sejak Rabu Malam hingga Jumat pagi (16-18 April 2025).

Ketua Umum DPP Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Sutrisno mengatakan, sebagai pelaku bisnis,  asosiasinya sangat menyesali adanya kemacetan parah lantaran mebludaknya aktivitas receiving dan delivery (R/D) peti kemas di New Priok Container Terminal One (NPCT-1) yang berlokasi di wilayah pabean Tanjung Priok.

Kendati begitu, imbuhnya, GPEI masih belum bisa memastikan potensi kerugian ekspor perusahaan anggotanya akibat hal itu lantaran masih menunggu report dari perusahaan-perusahaan eksportir.

“Tetapi yang perlu ditekankan disini adalah karena Pelabuhan Tanjung Priok sudah lengkap peralatan dan sistem (digitalisasi) pelayanannya semestinya sudah bisa memantau atau prediksi dan antisipasi terhadap kadatangan truk kontainer untuk Eksport dan keluar nya truk kontainer untuk barang barang impor,” ujar Benny kepada Logistiknews.id pada Jumat Malam (18/4/2025).

Menurutnya, kejadian kemacetan super horor di Pelabuhan Priok itu akan mengganggu ketepatan kontainer Ekspor untuk di angkut / loading ke Kapal untuk berangkat.

Truk Barang dan Logistik mengalami kemacetan di akses Tanjung Priok pada Kamis (17/4/2025).

“Kami berharap semoga tidak ada yang terlewat atau ketinggalan ekspor untuk angkutan kapal-nya. Disisi lain, Pelabuhan harus punya minimal standart untuk Setiap Satuan Kerjanya. Sebab, setiap gerakan kerja di Pelabuhan selalu di bebankan biayanya kepada importir maupun eksportir,” tegas Benny.

Receiving & Delivery Melonjak

Sebelumnya, PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) mengungkapkan macet horor kawasan Pelabuhan Tanjung Priok dipicu lonjakan bongkar muat petikemas di New Priok Container Terminal One (NPCT-1).

Bahkan berdasarkan data Pelindo Regional 2 Tanjung Priok menunjukan peningkatan hampir 100% jumlah truk yang masuk kedalam terminal itu. Jika rata-rata jumlah truk yang masuk kurang dari 2.500 truck setiap harinya, namun pada Kamis kemarin mencapai lebih dari 4.000 truk yang menuju NPCT 1.

Kondisi ini menyebabkan NPCT-1 tak lagi mampu menampung kegiatan pemasukan dan pengeluaran barang atau receiving dan delivery (R/D) sehingga banyak truk mengantre untuk masuk hingga keluar area pelabuhan dan mengalami kemacetan berjam-jam di jalan raya sekitar pelabuhan Tanjung Priok. Begitupun truk yang hendak keluar terminal tidak bisa lancar lantaran kondisi kemacetan diluar pelabuhan sudah parah.

Situasi macet horor ini bukan cuma dikeluhkan para pelaku bisnis logistik maupun para pekerja yang setiap hari mengais rezeki di kawasan pelabuhan Tanjung Priok namun juga mendapat sorotan masyarakat yang berada di sekitar pelabuhan tersibuk di Indonesia itu.[am]

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *