JAKARTA – Pelaku usaha trucking mengungkapkan inefisiensi biaya logistik yang diakibatkan kemacetan di Pelabuhan Tanjung Priok dan fasilitas Depo Petikemas Empty di luar pelabuhan itu, sangat besar.
Biaya-biaya tersebut selain ditanggung para operator truk juga oleh pemilik barang atau consigne.
“Kami belum sempat menghitungnya tetapi kerugiannya sudah pasti sangat besar. Ritase atau produktivitas trucking berkurang sehingga operator truk mesti nombok biaya bahan bakar, uang jalan Sopir dan lainnya. Belum lagi beban demurage kontainer yang mesti ditanggung consigne dan ditalangi dulu oleh operator truk. Belum lagi jika kartu TILA-nya mati akibat terlalu lama antre di depo dan harus perpanjangan,” ujar Soedirman Ketua DPD Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) DKI Jakarta, pada Selasa (6/4/2021).
Dia mengatakan, kecenderungan volume angkutan barang dari dan ke pelabuhan Priok saat ini baru mencapai 40-50% dari kondisi normal, namun fenomena kemacetan sekarang ini justru berpotensi stagnasi di pelabuhan dan di depo seringkali terjadi.
“Anda bayangkan saja untuk menyelesaikan kegiatan pengangkutan peti kemas ekspor ke Priok, trucking mesti menghabiskan waktu 20 jam hingga 24 jam. Bahkan ada yang bisa sampai dua hari. Ini kan sudah tidak wajar lantaran di pelabuhannya macet dan di depo juga macet,” ucap Soedirman.
Dia mengatakan, asosiasinya telah menyampaikan persoalan tersebut secara tertulis kepada Presiden Joko Widodo dan melalui Kantor Menko Kemaritiman dan Investasi.
“Saya gak mau main-main soal ini. Harus ada solusinya karena kami trucking babak belur dengan kondisi kemacetan yang seringkali terjadi di pelabuhan dan di depo itu. Kondisi volume belum normal saja sudah seperti ini kemacetannya apalagi jika kondisi volume benar-benar normal 100 persen,” tandas Soedirman.
Aptrindo, imbuhnya juga mengingkan adanya service level agrement/service level guarantee (SLA/SLG) pada layanan depo peti kemas di luar pelabuhan Priok yang menjadi penopang kegiatan di pelabuhan.
Sebab, kata Soedirman, aktivitas pelabuhan Tanjung Priok tidak boleh terjadi hambatan karena akan memengaruhi biaya logistik secara nasional. Hal ini mengingat pelabuhan Tanjung Priok merupakan barometer pergerakan perdagangan RI karena lebih dari 65% pengapalan ekspor impor dan antarpulau dilakukan melalui pelabuhan tersibuk di Indonesia itu.
Adapun di Pelabuhan Tanjung Priok saat ini terdapat lima fasilitas terminal peti kemas yang melayani ekspor impor yakni; Jakarta International Container Terminal (JICT), TPK Koja, NPCT-1, Mustika Alam Lestari (MAL) dan Terminal 3 Pelabuhan Priok.
Solusi KADIN
Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia juga meminta PT Pelabuhan Indonesia/IPC, Operator Trucking dan Para Perusahaan Operator Depo Empty di luar pelabuhan, untuk duduk bareng mencari solusi mengurai kemacetan yang kerap terjadi di akses fasilitas depo maupun dijalur distribusi ekspor impor pelabuhan Tanjung Priok.
Anwar Satta, Ketua Komite Tetap Percepatan Arus Barang Ekspor Impor dan Antar Pulau, Kadin Indonesia bidang Perdagangan, mengatakan kemacetan tersebut sangat mengganggu kelancaran logistik dan arus barang dari dan ke pelabuhan Tanjung Priok.
“Tidak boleh ada kemacetan di akses road maupun dijalur distribusi karena akan menghambat lalu lintas logistik dari dan ke pelabuhan,” ujar Anwar.
Dia mengatakan, KADIN Indonesia berencana mengundang pihak-pihak terkait untuk mencari solusi persoalan tersebut.
“Intinya adalah, perintah Presiden Joko Widodo terhadap kelancaran arus barang dan logistik itu yang mesti kita jaga,” ujar Anwar Sata.
Berdasarkan data yang dirilis Kantor Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok, arus petikemas internasional (luar negeri) melalui pelabuhan Tanjung Priok selama Januari s/d Februari 2021 tercatat sebanyak 693.137 twenty foot equivalent units (TEUs) yang berasal dari kegiatan bongkar (impor) 362.968 TEUs dan muat (ekspor) 330.159 TEUs.
Adapun arus peti kemas dalam negeri selama periode tersebut tercatat 307.565 TEUs yang berasal dari bongkar 142.307 TEUs dan muat 165.256 TEUs.
Sedangkan rincian arus bongkar muat barang non peti kemas luar negeri selama Januari- Februari 2021, yakni general cargo (bongkar) 595.375 ton, bag cargo 47.688 ton, curah cair 16.422 ton, curah kering 314.410 ton, dan lainnya 35.328 ton.
Selain itu, ada juga bongkar muat kendaraan niaga sebanyak 5.895 unit, Truk 1.015 unit, alat berat 830 unit, dan hewan sebanyak 35.328 ekor.
Sedangkan untuk bongkar muat barang non peti kemas dalam negeri yakni general cargo 128.990 ton, bag cargo 9.301 ton, curah cair 197.921 ton, curah kering 390.654 ton, dan lainnya 127.974 ton.(am)