LOGISTIKNEWS.ID- Kantor Syahbandar dan Otoritas (KSOP) Tanjung Priok akan melaksanakan rapat koordinasi dengan para pengusaha truk yang tergabung dalam Aptrindo DKI Jakarta maupun stakeholders terkait lainnya, untuk menerima masukan sekaligus mencarikan solusi terkait adanya pembatasan operasional angkutan barang saat Lebaran.
Kepala KSOP Takwim Masuku mengemukakan, koordinasi itu dilakukan sebagai langkah awal mengantipasi kepadatan arus barang dan logistik di pelabuhan Tanjung Priok. Apalagi, instansinya juga telah mendengar adanya rencana aksi stop operasi para pengusaha truk Aptrindo lantaran mempersoalkan aturan yang tertuang dalam SKB Angkutan Barang saat Lebaran 2025/Idul Fitri 1446 Hijriah.
“Mudah-mudah besok Jumat bisa ketemu dengan Aptrindo.Paling telat Senin pekan depan. Kami juga akan melakukan pendataan konprehensif (mapping) terhadap semua kapal yang sandar dan masuk melakukan bongkar muat terhitung mulai 24 Maret 2025, termasuk berapa banyak muatannya,” ujar Takwim, kepada Logistiknews.id, pada Kamis (13/3/2025).
Dia mengatakan melalui kordinasi dengan stakeholders di Pelabuhan Tanjung Priok diharapkan aktivitas di pelabuhan Priok tetap berjalan lancar, termasuk kegiatan pengangkutan (pengembalian petikemas eks impor maupun pengambilan peti kemas untuk ekspor) ke depo-depo yang selama ini menjadi pendukung ativitas pelabuhan.
Stakeholders di Tanjung Priok mengingatkan, agar Otoritas dan Manajemen Terminal Peti Kemas Pelabuhan (TPK) di Pelabuhan Tanjung Priok perlu mengantisipasi agar terhindar dari kepadatan arus barang atau potensi kongesti menyusul adanya rencana stop operasi angkutan barang dan logistik secara nasional pada 20 Maret 2025, imbas penolakan SKB Angkutan Barang saat Lebaran (Angleb) 2025/Idul Fitri 1446 Hijriah.
Pasalnya, kegiatan layanan kapal dan bongkar muat barang di pelabuhan tetap berjalan, namun jika truk pengangkut barang melakukan stop operasi, otomatis memengaruhi kegiatan receiving dan delivery kargo/peti kemas dari dan ke pelabuhan. Dqmpaknya terjadi penumpukan barang maupun peti kemas yang berlebihan di pelabuhan.
Pelabuhan Tanjung Priok merupakan pelabuhan tersibuk di Indonesia mengingat lebih dari 65% aktivitas ekspor impor nasional maupun domestik melalui pelabuhan yang terletak di Jakarta Utara itu.
Saat ini, terdapat lima fasilitas terminal peti kemas yang melayani ekspor impor melalui pelabuhan itu yakni: Jakarta International Container Terminal (JICT), Terminal Peti Kemas (TPK) Koja, New Priok Container Terminal-One (NPCT-1), Terminal 3-IPC TPK, dan Terminal Mustika Alam Lestari (MAL/NPH).
Sebagaimana diberitakan, Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) akan melakukan stop operasi mulai 20 Maret 2025 hingga 8 April 2025, sebagai bentuk protes atau penolakan terhadap adanya aturan pelarangan operasional truk pengangkut barang termasuk ekspor impor menjelang dan sesudah Lebaran 2025/Idul Fitri 1446 H.
Aturan pelarangan angkutan barang itu tertuang dalam Keputusan Bersama (SKB) antara Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Dirjen Perhubungan Laut, Kepala Korps Lalu Lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Direktur Jenderal Bina Marga yang ditandatangani pada 6 Maret 2025 tentang Pengaturan Lalu Lintas Jalan serta Penyeberangan Selama Masa Arus Mudik dan Arus Balik Angkutan Lebaran Tahun 2025/1446 Hijriah.
“Sesuai dengan hasil rapat kordinasi dengan semua pengurus Aptrindo di daerah-daerah pada hari ini (Senin,10 Maret.2025), kami perusahaan truk yang tergabung dalam Aptrindo memutuskan untuk melakukan stop operasi mulai pekan depan, 20 Maret 2025 hingga 8 April 2025,” ujar Gemilang Tarigan, Ketua Umum DPP Aptrindo [am]