JAKARTA – Menyusul adanya gangguan pada sistem CIESA kepabeanan ekspor impor, pihak manajemen Jakarta International Container Terminal (JICT) telah menghimbau kepada pengguna jasa terkait dengan kegiatan receiving dan deliverry (R/D) peti kemas di terminal ekspor impor tersebut.
Himbauan itu disampaikan Wakil Dirut JICT Budi Cahyono melalui surat JICT No: BC.D35/3/20/JICT-2021 tanggal 11 Juli 2021 yang ditujukan kepada asosiasi pelaku usaha di pelabuhan Tanjung Priok.
JICT menghimbau agar R/D tidak dilakukan secara bersamaan supaya tidak terjadi kepadatan dan antrean. Oleh karenanya JICT meminta agar receiving/delivery dapat dilaksanakan pada Shift 1 dan Shift 2, bukan pada Shift 3.
JICT juga telah menyiapkan upaya optimalisasi peralatan bongkar muat di terminalnya guna mengantisipasi terjadinya lonjakan pada kegiatan receiving dan deliverry peti kemas di terminalnya.
Sebagaimana diketahui, Sistem Customs-Excise Information System and Automation (CEISA) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kemenkeu, sempat mengalami trouble sejak Kamis pekan lalu, atau berlangsung selama enam hari.
Berdasarkan informasi CEISA Command Centre, pada Selasa, 13 Juli 2021 pukul 17:00 WIB, menyebutkan sehubungan dengan telah aktifnya sebagian besar Sistem CEISA di Disaster Recovery Center (DRC), diberitahukan bahwa Aplikasi CEISA Manifest (Inward dan Outward) akan diaktifkan kembali pada Selasa (13/7) pukul 16.50 WIB.
Demi kenyamanan bersama serta mengantisipasi pannic sending data manifes, maka untuk meminimalisasi dampak pasca downtime CEISA, maka agar data yang dikirimkan hanya data yang belum dilakukan secara manual.
Kemudian, untuk NVOCC yang akan pecah pos dengan jumlah lebih dari 1000 data subpos, diwajibkan berkoordinasi dengan PDAD KPU/KPPBC setempat dan kemudian wajib dilakukan koodinasi terlebih dahulu dengan DIKC untuk memastikan performance Aplikasi Manifest sebelum pecah pos dilakukan.
Sebelumnya, Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) DKI Jakarta, Adil Karim mengatakan kerugian yang diderita pelaku usaha logistik tidak sedikit lantaran tidak bisa memproses dokumen ekspor impor melalui sistem CEISA itu.
Akibatnya, kata dia, kegiatan ekspor impor melalui pelabuhan tersibuk di Indonesia itu, bahkan kondisi di pelabuhan saat ini terancam stagnasi.
ALFI juga menilai gangguan CEISA kali ini merupakan kejadian terburuk setelah migrasi ke data centre (DC) Pusintek pada tahun 2013.(am)