Jelang STID Priok, Eksportir-Importir ‘Waswas’ Arus Logistik Berpotensi Terganggu

  • Share
Pelayanan STID Centre di Terminal Penumpang Nusantara Pelabuhan Tanjung Priok

JAKARTA – Pemilik barang impor maupun ekspor mengapresiasi upaya Kantor Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok dan Manajemen Pelabuhan Tanjung Priok dalam menertibkan layanan trucking melalui program implementasi dokumen tunggal truk/Single Truck Identity Document (STID) mulai 1 Januari 2022.

Kendati begitu, pemilik barang merasa ‘waswas’ jika kewajiban STID yang belum maksimal dipenuhi operator trucking yang berkegiatan di pelabuhan tersibuk di Indonesia itu, justru akan berimbas pada terganggunya kelancaran arus barang.

“Regulasinya (STID) menurut saya sangat bagus, tetapi kalau Truk yang belum STID tidak bisa masuk atau dilayani di pelabuhan, lalu apakah Truk yang eksisting saat ini sudah mengantongi STID bisa mencukupi semua kebutuhan kegiatan pemasukan dan pengeluaran barang di pelabuhan Priok ?. Kalau belum ini berpotensi mengakibatkan terganggunya layanan logistik dari dan ke pelabuhan Priok,” ujar Erwin Taufan, Wakil Ketua Umum BPP Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) bidang Logistik, Pelabuhan dan Kepabeanan, kepada logistiknews.id, pada Sabtu (11/12/2021).

Oleh karenanya, GINSI mengharapkan fakta lapangan tentang kepengurusan STID saat ini bisa menjadi rujukan pihak Kantor OP Tanjung Priok maupun Manajemen Pelindo Tanjung Priok.

“Harus ada win-win solutionnya, termasuk bagaimana perencanaan cadangan atau contingency plan-nya terhadap rencana tersebut,” usul Taufan.

Kekhawatiran yang sama juga dikemukakan oleh Ketua Gabungan Perusahaan Eksportir Indonesia (GPEI) DKI Jakarta, Irwandy MA Rajabasa.

“Sebagai eksportir, GPEI mendukung program STID di Priok. Namun kalau belum tercapai keseimbangan antara kebutuhan trucking dengan yang sudah memiliki STID perlu di terapkan masa transisi agar tidak terjadi stack alat transportasi nya sehingga dapat mengganggu kelancaran arus barang,” ucap Irwandy kepada logistiknews.id, pada Sabtu Malam (11/12/2021).

Sebelumnya, Ketua DPD Aptrindo DKI Jakarta, H Soedirman, mengungkapkan masih di perlukan contingency plan jika target jumlah STID tidak tercapai dalam pertengahan Desember ini supaya aktivitas logistik di pelabuhan Priok tidak terganggu pasca penerapan STID pada awal tahun depan.

“Pada prinsipnya Aptrindo optimistis dengan STID itu namun brrdasarkan data yang ada sampai saat ini baru sekitat 1.300-an STID yang diterbitkan,” ujarnya pada Sabtu (11/12/2021).

Dia juga menyarankan agar OP Tanjung Priok menggali informasi dari manajemen pelabuhan Tanjung Priok berapa banyak kebutuhan in-out kontainer perharinya melalui pelabuhan tersibuk di Indonesia itu.

“Kalau misalnya di Priok rata-rata perhari ada 3000-an kontainer in-out, artinya membutuhkan unit trucking yang telah teregistrasi STID sebanyak duakali lipatnya atau sekitar 6.000-an truk pemegang STID,” paparnya.

Soedirman menyarakan, contingency plan bisa bersifat pararel dimana TID lama dapat langsumg di mutasikan ke STID, dengan toleransi batas waktu tertentu.

“Kita optimis tetapi harus ada contingency plannya (rencana cadangan), apalagi dalam keadaan darurat dalam minggu kedua harus di antisipasi. Detekesi in-out berapa kebutuhan truk bisa dilihat dari manajemen pelabuhan. Oleh sebab itu pada minggu kedua ini harus ada kebijakan alternatif soal STID tersebut. Jangan sampai nanti awal tahun, pelabuhan keteteran,” papar Soedirman.

Sebelumnya, Kepala Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Priok, Capt. Wisnu Handoko mengatakan STID tetap akan diberlakukan pada awal Januari 2022.

Jadi, kata dia, perusahaan truk masih ada waktu untuk mendaftarkan mengenai hal ini dan persyaratannya-pun cukup mudah dan gratis antara lain melampirkan STNK yang masih berlaku, dan lolos uji KIR.

Dengan STID ini, juga bisa diketahui berapa banyak sebenarnya jumlah truk trailer yang melayani Priok.

“Selama ini saya dengar ada yang menyebut 10 ribu unit, bahkan ada yang bilang 20 ribu unit. Dengan pendataan STID ini kita akan segera ketahui truk yang laik operasi dan berdokumen lengkap. Kalau yang odong-odong tidak bisa beroperasi di pelabuhan Priok,” ucap Wisnu saat Media Luncheon bertema Digitalisasi Sistem Informasi di Pelabuhan dan Program Kerja Kantor OP Tanjung Priok tahun 2022.

Disisi lain, pihak General Manager Pelindo Regional 2 Tanjung Priok, Silo Santoso yang dikonfirmasi logistiknews.id melalui telpon selulernya, masih irit bicara saat ditanya soal contingency plan dalam implementasi STID per awal tahun depan itu.(am)

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *