JAKARTA,Logistiknews – Perusahaan pelayaran global, Mediterranean Shipping Company (MSC) berkomitmen untuk selalu menyediakan kontainer bagi kebutuhan para eksportir di Indonesia.
Hal tersebut diungkapkan, Managing Director Mediterranean Shipping Company (MSC) Indonesia Dhany Novianto kepada logistiknews.id, pada Sabtu Malam (15/1/2022) saat dimintai pendapatnya menyusul masuknya ribuan boks kontainer empty melalui pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, baru-baru ini.
“Namun mengenai ongkos angkut pengapalan atau freight-nya saya tidak bisa berspekulasi karena masih banyak faktor antara lain kongesti di pelabuhan utama di dunia masih berlangsung,” ujar Danny.
Dia menjelaskan, persoalan kelangkaan kontainer seharusnya sudah tidak lagi menjadi issue lantaran persoalan utamanya adalah bukan kelangkaan kontainer melainkan kongesti di beberapa pelabuhan utama di sejumlah negara di dunia imbas Pandemi Covid-19 saat ini.
Sebelumnya, Danny juga pernah menyampaikan bahwa tidak ada masalah dengan kelangkaan kontainer di Indonesia saat ini. “Kontainer ada di Indonesia, justru yang masalah adalah ruang kapal di mother vessel,” ucapnya.
Sebagaimana diberitakan, pada Kamis (13/1/2022) Pelabuhan Tanjung Priok kedatangan Kapal Terbesar MV MSC Tianshan yang sandar di Terminal 3, IPC Terminal Petikemas.
Kapal terbesar, dengan LOA 334 meter tersebut diageni oleh PT Perusahaan Pelabuhan Nusantara Panurjwan, dan membongkar 1702 boxes atau sekitar 3.394 twenty foot equivalent units (TEUs) dan akan memuat 103 Boxes atau sekitar 2442 Tonase.
Kapal MV MSC Tianshan bertolak dari Umm Qasr Port, Irak dengan tujuan Qingdao, China.
Menurut Kepala Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok, Capt Wisnu Handoko, ship call MV. Tianshan bisa menjawab kondisi kelangkaan kontainer yang terjadi akhir-akhir ini.
Wisnu berharap agar para eksportir dapat memanfaatkan ketersediaan kontainer ini dengan baik untuk melakukan pengiriman muatan.
“Disisi lain, bagi pihak pelayaran untuk menjaga biaya freight tetap kompetitif sehingga tidak menambah beban biaya logistik serta bisa menarik minat para shipper,” ujar Capt Wisnu.
Freight Ugal-ugalan
Sementara itu, pelaku ekspor nasional di pelabuhan Tanjung Priok menekankan perlunya stabilitas soal freight yang sampai kini masih tak terkendali akibat kelangkaan kontainer kebutuhan ekspor.
Bahkan ketua Ikatan Eksportir Importir Indonesia (IEI) Amalia menyebut freght ekspor ke sejumlah negara justru ‘ugal-ugalan’ lantaran sulitnya eksportir memperoleh kebutuhan kontainer.
“Akibat isue kontainer langka freight ekspor naiknya tidak terkendali lagi bisa 400% s/d 500% bahkan lebih,” ujar Amalia kepada Logistiknews.
Menurutnya, kendala eksportasi yang menyebabkan tidak kompetitifnya produk ekspor nasional tidak bisa dihindari akibat kelangkaan kontainer tersebut.
Dia mencontohkan, freight ekspor dari Jakarta tujuan Korea yang sebelumnya USD 100 – 200/boks sekarang ini bisa mencapai USD 1.600 – USD 1.800. Kemudian ke Turki yang biasanya USD 3.000/ USD 4.000 bisa sampai USD 16.000 – USD 19.000.
Hal ini turut diamini Ketua Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) DKI Jakarta, Irwandy MA Rajabasa.
“GPEI berharap supaya tidak ada lagi permainan ongkos angkut atau freight untuk pengapalan ekspor, dan upaya penyedian kontainer untuk kebutuhan eksportasi dapat secara berkesinambungan,” ucap Irwandy.(*)