Faedah TBS jangan Hanya untuk Terminal, Trucking & Pemilik Barang Bagaimana ?

  • Share
Truk Peti Kemas terjebak kemacetan di Pelabuhan Tanjung Priok akibat TOS JICT trouble sejak Kamis dini hari (17/11/2022)

LOGISTIKNEWS – Kalangan Pengusaha truk yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) merespon postif percepatan uji coba Terminal Booking System (TBS) di Jakarta International Container Terminal (JICT), demi peningkatan produktivitas layanan barang dan logistik dari dan ke pelabuhan Tanjung Priok.

Namun, menurut Ketua Umum DPP Aptrindo Gemilang Tarigan, peningkatan produktivitas tersebut harus sama-sama dirasakan oleh Terminal Peti Kemas serta Perusahaan Trucking maupun Pemilik Barang atau PPJK (perusahan jasa transportasi dan kepabeanan) yang mewakilinya.

“Produktivitas itu semua pihak harus sama-sama untung. jangan cuma pengelola terminal saja yang untung lantaran produktuvitasnya naik tetapi kami dari trucking justru ‘bonyok’ karena sudah dikoneksi dengan TBS namun masih macet akibat tidak ada buffer truknya yang memadai di pelabuhan,” ujar Gemilang kepada Logistiknews.id, Kamis Malam (2/2/2023).

Untuk itu, penerapan TBS di JICT hendaknya dicermati seksama dan bila perlu dilakukan study banding melihat pelabuhan-pelabuhan yang telah menerapkan semacam sistem booking truck maupun return cargo tersebut.

Menurutnya, pelabuhan di sejumlah negara seperti Australia dan Dubai Port juga telah memberlakukan sistem booking cargo di pelabuhan, tetapi infrastruktur dan dukungan hinterland nya sangat mumpuni.

“Nah kalau di Pelabuhan Priok, kita rasakan sendiri selama ini, dari dan ke hinterland (industri) saja sudah macet, belum lagi ke depo empty untuk pulangin atau ambil kontainer harus antre cukup lama. Sehingga kalau trucking sudah disubmit dengan TBS tetapi terkendala kemacetan diluar, siapa yang tanggung jawab ?. Jangan sampai ribut ini antara trucking, pemilik barang atau PPJK saling menyalahkan akibat barang terlambat masuk pelabuhan tidak sesuai dengan jadwal TBS yang sudah di submit sebelumnya,” papar Gemilang.

Gemilang Tarigan, Ketua Umum DPP Aptrindo

Untuk itu, Aptrindo mendesak agar implementasi TBS di JICT bisa sama-sama berfaedah bagi semua pihak (pengguna jasa) harus ada prasyarat buffer truckingnya yang sudah siap.

“Kalau truck kecepetan sampai pelabuhan, lalu mau nunggu dimana jika buffernya belum siap ?, lalu bagaimana dengan keamanan barangnya ?. Belum lagi, sosialisasinya penerapan TBS itu dan sistem nya yang digunakan berbasis apa ? apakah website atau platform apa itu ?,” ucap Gemilang.

Dia mengatakan, penerapan TBS janganlah melihat kepentingan satu sisi terminal saja supaya penggunaan alat berat atau fasilitas bongkar muat mereka optimal kerjanya selama 24 jam.

“Selama ini alat atau crane di terminal biasanya bekerja full pada shift 3 sedangkan di shift 1 dan 2 cenderung slow lantaran barang/peti kemas belum masuk pelabuhan. Nah dengan TBS diharapkan layanan terminal bisa di split ke waktu-waktu yang slow itu. Jadi intinya, TBS itu sementara ini yang kami lihat baru sebatas untuk mendorong optimalisasi fasilitas dan peralatan di terminal peti kemas,” papar Gemilang.

Sementara itu, PT Jakarta International Container Terminal (JICT) telah meminta pengguna jasa maupun perusahaan logistik untuk melakukan uji coba implementasi terminal booking system (TBS) di terminal peti kemas tersibuk di pelabuhan Tanjung Priok itu.

Permintaan JICT itu telah dituangkan melalui Surat Edaran  Dirut JICT Ade Hartono No:HM.608/1/5/JICT-2023 pada Kamis 2 Februari 2023 yang disampaikan kepada stakholders terkait maupun asosiasi pengguna jasa di pelabuhan Tanjung Priok, antara lain; Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) DKI Jakarta, BPD Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) DKI Jakarta, Gabungan Perusahaan Eksportir Indonesia (GPEI) DKI Jakarta, Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) DKI Jakarta, Organda Angkutan Khusus Pelabuhan (Angsuspel) DKI Jakarta, dan Klub Logindo.

Program TBS merupakan salah satu program penataan di pelabuhan Tanjung Priok supaya performance pelabuhan tersebut lebih baik lagi.

Adapun ujicoba atau pilotting TBS di JICT sudah dilaksanakan sejak 2 Januari 2023 terhadap beberapa perusahaan/pengguna jasa yang melakukan transaksi ekspor impor di terminal peti kemas itu.

JICT juga mengingatkan agar perusahaan logistik atau pengguna jasa yang hendak melakukan uji coba TBS dapat terlebih dahulu melakukan konfirmasi kepada Customer Service PT JICT.

Setelah konfirmasi, dapat segera melakukan transaksi ekspor impor di sistem billing JICT dengan mandatory booking time sebelum melakukan pembayaran dan mandatory saat melakukan tapping single truck identity document (STID) dan melakukab scan e-Ticket di gate JICT.

Untuk mendapatkan informasi lebih detail terkait uji coba TBS tersebut JICT, Tim Pengembangan Bisnis maupun Customer Service perusahaan telah menyiapkan layanan telpon 24 jam yang dapat diakses oleh pengguna jasa.

Sebelumnya, Ketua DPW ALFI DKI Jakarta Adil Karim, mengatakan TBS di JICT masih membutuhkan dukungan buffer sebagai tempat menungu trucking sebelum masuk ke dalam terminal peti kemas yang telah terkoneksi dengan sistem TBS.

Ketua DPW ALFI DKI Jakarta, Adil Karim SE, CPSCM

Pasalnya, kata Adil, jka tidak ada buffer yang mumpuni dalam mendukung TBS itu maka trucking logistik masih bisa terjebak kemacetan atau berputar-putar disekitar pelabuhan lantaran menunggu jadwal masuk yang sudah di booking di terminal.

“Jadi TBS itu mutlak memerlukan buffer truck. Saat ini hanya ada buffer di sisi barat pelabuhan Priok yakni di lapangan eks Inggom Jln Martadinata. Namun yang disisi timur belum ada buffernya. Padahal 60-70% pergerakan trucking dari dan ke Priok berasal dari sisi Timur seperti hinterland di Bekasi, Karawang, Cibitung, Cikampek, Bandung Jawa Barat dan Sekitarnya,” ujar Adil.[am]

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *