Pelindo Fokus Integrasikan Pelabuhan & Hinterland, Agar Biaya Logistik Efisien

  • Share
Direktur Utama Pelindo, Arif Suhartono memberikan penjelasan kepada wartawan dalam acara Media Gathering di Jakarta (12/4/2023).Photo: Logistiknews.id/am

LOGISTIKNEWS.ID – PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo), kini tidak hanya berfokus pada pengoperasian pelabuhan, namun juga mengambil peran strategis untuk mendukung pertumbuhan industri atau hinterland.

“Salah satunya melalui integrasi antara pelabuhan dengan kawasan industri (hinterland) sehingga menciptakan biaya logistik yang lebih efisien,” ujar Arif Suhartono, Direktur Utama Pelindo, dalam acara Media Gathering di Jakarta (12/4/2023).

Berkaitan hal itu,  milestone yang telah dicapai Pelindo  yakni penyelesaian pembangunan dan pengoperasian Jalan Tol Cibitung Cilincing (JTCC) yang dibangun untuk meningkatkan konektivitas Pelabuhan Tanjung Priok & Area Hinterland / Kawasan Industri di timur Jakarta.

Langkah ini diharapkan akan mengurangi risiko kongesti di jalan eksisting, sehingga dapat memberikan layanan logistik yang lebih efisien.

“Kami akan melanjutkan program paska merger untuk membawa manfaat yang lebih besar bagi masyarakat terutama bagi Indonesia. Untuk tahun 2023, kami memiliki beberapa fokus utama salah satunya melanjutkan transformasi pelabuhan melalui kegiatan standarisasi dan sistemisasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan” ucap Arif.

Arif mengungkapkan, fokus lain perusahaan pada tahun 2023 yaitu melakukan ekspansi bisnis melalui strategic partnership dengan global market leaders, penataan bisnis untuk meningkatkan efisiensi dan kompetensi masing-masing unit bisnis, dan penyelesaian proyek strategis untuk mendukung pembangunan nasional seperti Bali Maritime Tourism Hub (BMTH), Kawasan Pendukung Pelabuhan Kijing, Makassar New Port, dan New Priok Eastern Access.

Dirut Pelindo juga menjelaskan pada tahun 2022 (dimana menjadi tahun perdana paska merger) perseroan berhasil mencatatkan efisiensi dan optimalisasi senilai Rp 1,3 Triliun.

Capaian ini sebagian besar berasal dari konsolidasi dan optimalisasi kapasitas finansial Pelindo, meliputi optimalisasi pembiayaan, relokasi aset, dan implementasi pengadaan bersama, yang mewujudkan kapasitas finansial yang lebih kuat sekaligus optimalisasi aset yang terintegrasi.

“Capaian ini merupakan cerminan manfat dari penggabungan Pelindo yang hanya dapat diperoleh melalui sinergi antar entitas Pelindo Group sehingga pengelolaan segenap sumber daya perusahaan dapat dilakukan secara lebih efisien serta memberikan kontribusi pendapatan bagi negara yang maksimal” kata Arif Suhartono.

Kendali Strategis

Arif juga menjelaskan dengan pengelolaan yang tersentralisasi, Pelindo kini memiliki kendali strategis yang lebih baik, sehingga memudahkan dalam melakukan transformasi layanan operasi end-to-end seperti menciptakan standarisasi sistem layanan operasional pelabuhan yang sebelumnya berbeda-beda antar pelabuhan.

Beberapa sistem yang distandarisasi adalah TOS Nusantara untuk layanan peti kemas, NPK TOS untuk layanan non peti kemas dan Phinisi untuk layanan kapal.

“Transformasi tersebut telah mendatangkan benefit untuk berbagai pihak. Bagi Pelindo sendiri misalnya, terjadi peningkatan efisiensi biaya operasional, potensi penambahan trafik, peningkatan kompetensi dan knowledge. Bagi pelanggan, dengan adanya pengurangan port stay dan cargo stay misalnya, dapat membantu pada penghematan biaya sewa dan operasional kapal bagi perusahaan shipping line yang pada akhirnya diharapkan dapat berkontribusi terhadap penurunan biaya logistik dan mendukung konektivitas maritim,” tambahnya.

Salah satu hasil nyata penggabungan Pelindo di bidang operasional adalah adanya peningkatan kinerja dan produktivitas di sejumlah pelabuhan. Dimana peningkatan produktivitas bongkar muat diukur dengan parameter boks per kapal per jam (BSH) & pengurangan port stay (waktu sandar kapal di pelabuhan) yang diukur dengan jumlah hari.

Sebagai contoh di Terminal Peti Kemas (TPK) Belawan, jumlah bongkar muat naik lebih dari dua kali lipat dari 20 boks per kapal per jam hingga 60 boks per kapal per jam dalam kondisi optimum. Kecepatan bongkar muat itu membuat waktu sandar kapal dapat berkurang menjadi setengahnya, dari dua hari menjadi hanya satu hari.

“Peningkatan kinerja juga terjadi di TPK Makassar dan Terminal Makassar New Port, di mana waktu sandar dapat berkurang dari dua menjadi satu hari,” ujar Arif.

Sedangkan peningkatan kinerja terbaik, imbuhnya, ada di Terminal Peti Kemas Pelabuhan Ambon, dimana kecepatan bongkar muat naik hampir tiga kali lipat, dari 12 boks per kapal per jam menjadi 34 boks dalam kondisi optimum. Dampaknya, jumlah waktu sandar kapal dapat terpangkas menjadi dua bahkan satu hari.

Secara keseluruhan, peningkatan produktivitas operasional mulai tercermin pada kinerja perseroan tahun 2022, dimana arus peti kemas tercatat sebesar 17,2 juta TEUs atau naik 2% dibandingkan tahun sebelumnya.

Sedangkan untuk arus barang mencapai 160 juta ton dengan kenaikan 9%, arus kapal mencapai 1,2 miliar GT meningkat 1%, dan arus penumpang menembus 15 juta orang dengan kenaikan 86% dibandingkan periode yang sama sebelumnya.[am]

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *