LOGISTIKNEWS.ID – Kondisi lapangan di Terminal Peti Kemas (TPK) Koja per Jumat pagi ini (26/4/2024) nampak lengang, dan kegiatan layanan bongkar muat serta receiving dan delivery (R/D) berjalan normal kembali.
Situasi itu kontras dengan sehari sebelumnya, yakni pada Kamis pagi (25/4/2024) yang sempat terjadi kepadatan di TPK Koja lantaran aktivitas R/D di terminal peti kemas dikawasan pelabuhan Tanjung Priok itu, membludak.
Informasi yang diterima redaksi, bahwa secara tehnis dan prosedural, manajemen TPK Koja sudah mengantisipasinya namun memang kepadatan tak bisa terhindari lantaran banyaknya R/D pasca Libur Lebaran yang terjadi di hari Kamis kemarin. Namun saat ini semuanya sudah kembali seperti biasa, normal.
General Manager TPK Koja Ali Mulyono, sebelumnya mengungkapkan, bahwa kondisi kepadatan tersebut terjadi karena R/D kembali aktif setelah masa Libur Idul Fitri/Lebaran 2024, lantaran adanya pembatasan operasional trucking yang diberlakukan pada tanggal 5 s/d15 April 2024 lalu.
“Tentu hal ini berimbas ada sedikit rush pengambilan petikemas impor dimana juga adanya penyandaran 2 kapal saat ini. Artinya, ada kegiatan receiving/delivery serta kegiatan discharging/loading di TPK Koja,” jelasnya.
Ali menegaskan, meskipun trafick di dalam terminal cukup padat, namun pihaknya memastikan bahwa kondisi alat bongkar muat dan pelayanan relatif normal.
Sebelumnya, para pemilik barang impor di pelabuhan Tanjung Priok yang tergabung dalam Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) mengingatkan, perencanaan dan tata kelola layanan kepelabuhan yang mumpuni harus selalu siap dalam kondisi apapun, termasuk saat dan pasca Libur Lebaran.
“Adanya penetapan Libur Lebaran bukan ‘ujug-ujug’ melainkan sudah di tetapkan jauh-jauh hari. Makanya disaat mulai kembali bekerja sudah pasti pemilik barang akan buru-buru mengeluarkan barangnya dari pelabuhan karena selain barangnya sudah di tunggu, baik yang dalam bahan baku industri maupun barang jadi,” ujar Ketua Umum BPP GINSI, Capt Subandi, kepada Logistiknews.id.
Dia menyampaikan, sudah semestinya manajemen TPK Koja bisa mengantisipasi sebelumnya, supaya tidak terjadi kemacetan dan kepadatan yang berpotensi merugikan pelaku usaha.
“Soalnya, dampak kondisi seperti itu maka tdak jarang pemilik angkutan (trucking) akan meminta tambahan biaya kalau ternyata armada truknya harus antre apalagi jika sampai menginap di dalam terminal, menunggu pelayanan,” ucap Capt Bandi.
Karena itu, GINSI berharap pada pengelola terminal petikemas khususnya TPK Koja bisa lebih reaktif dan cepat terhadap permasalahan yang sebenarnya bisa diantisipasi sebelumnya.
“Misalnya, dalam kondisi akan ada penarikan petikemas secara bersamaan setelah Lebaran seperti ini, mestinya yard occupancy ratio (YOR) terminal jangan di patok seperti situasi normal yang penarikan kontainernya tidak bersamaan,” ujar Capt Bandi.
Hal senada disampaikan kalangan operator trucking di pelabuhan tersibuk di Indonesia itu.
Menurut Ketua Umum DPP Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Gemilang Tarigan, selama ini performance TPK Koja sudah cukup baik dan jarang dikeluhkan para pelaku usaha.
“Namun dengan kondisi yang terjadi hari ini, menunjukkan bahwa perlunya mitigasi sejak dini apabila terjadi lonjakan R/D di suatu terminal peti kemas dengan menginformasikan secepatnya kepada customer, sehingga trucking tidak bersamaan berduyun-duyun menghandle R/D di terminal peti kemas,” ujarnya kepada Logistiknews.id.
Gemilang mengatakan, selain penambahan peralatan pendukung R/D, kinerja SDM terminal peti kemas juga perlu terus diawasi oleh manajemen supaya lebih baik.
“Saya kira adanya digatilisasi saat ini dengan STID (single truck identity document) pihak pengelola terminal peti kemas bisa me-report performance mereka secara terbuka kepada stakeholder, sehingga customer bisa mengantisipasinya dalam kondisi apapun,” ucap Gemilang.
Sebagaimana diberitakan, kegiatan receiving dan delivery di terminal peti kemas (TPK) Koja dikawasan pelabuhan Tanjung Priok membludak sehingga layanan di terminal peti kemas tersebut sempat mengalami kepadatan pada Kamis pagi, 25 April 2024.[redaksi@logistiknews.id]