Mengintip Kinerja TPK Bitung & Mimpikan Hub Logistik di Timur

  • Share
Kapal Tanto Intim Line saat di TPK Bitung, Rabu (7/5/2025).

LOGISTIKNEWS.ID- Perjalanan dari Kota Manado Sulawesi Utara (Sulut) menuju TPK Bitung melalui akses tol Bitung-Manado sepanjang sekitar 40 Km, dapat ditempuh relatif singkat-yakni sekitar 30 menit saat Penulis dan rombongan awak media dari Jakarta melakukan Port Visit ke TPK Bitung pada Rabu (7/5/2025).

Letak gate utama Terminal Petikemas (TPK) Bitung juga cukup strategis lantaran berhadapan langsung dengan pintu akses jalan bebas hambatan itu sehingga mempermudah distribusi barang dan logistik bertonase besar ke gudang di kota Manado dan sekitarnya.

Ada dua kapal peti kemas yang sedang dilayani bongkar muatnya di dermaga TPK Bitung pada Rabu (7/5/2025), yakni Kapal Tanto dan Kapal Temas.

Kapal Tanto Sejahtera (rute Surabaya, Bitung-Makassar) milik perusahan pelayaran Tanto Intim Line yang dilayani bongkar muat petikemasnya 1.467 TEUs (1.000 boks). Kapal itu sandar di TPK Bitung pada 6 Mei 2025 pukul 22.30 WIT dan estimasinya akan bertolak ke Makassar pada 8 Mei 2025 pukul 18.00 WIT.

Kapal lainnya, yakni Selat Mas milik Temas Line (rute Kendari-Bitung-Makassar) dengan bongkar muat 915 TEUs (700 boks). Kapal itu sandar di TPK Bitung pada 6 Mei 2025 pukul 3.30 WIT dan akan bertolak ke Makassar pada 7 Mei 2025 pukul 14.00 WIT.

Terminal petikemas itu juga telah beroperasi nonstop 24 jam sehari dan tujuh hari seminggu (24/7) serta memiliki performance tingkat keterisian lapangan penumpukan atau yard occupancy ratio (YOR) rerata 38,05%, dan tingkat pemanfaatan dermaga atau berth occupancy ratio (BOR) rerata 15,85%.

Adapun produktivitas bongkar muat petikemas internasional di TPK Bitung berdasarkan Box Ship Hour (BSH)-nya mencapai 28,88, dan untuk petikemas domestik BSH-nya 30,70.

Sedangkan produktivitas berdasarkan Box Crane per Hour (BCH)-nya untuk petikemas internasional mencapai 27,59, dan domestik 27,08.

Box Ship Hours (BSH) yakni jumlah peti kemas yang dapat dibongkar/muat oleh satu crane atau lebih pada sebuah kapal. Sedangkan BCH (Box Crane per Hour) menunjukkan kinerja alat bongkar muat (Crane) melakukan bongkar muat. Satuannya adalah box crane per hour, yaitu jumlah petikemas yang dapat dibongkar/muat dalam satu jam oleh sebuah crane.

Artinya, semakin tinggi angka BCH, maka semakin tinggi kualitas kinerja crane melaksanakan bongkar muat.

TPK Bitung juga memiliki fasilitas Dermaga (1-2) sepanjang 355 meter dan lebar 25 meter dengan kedalaman -10 s/d -15 meter Low Water Spring (mLWs). Selain itu, Dermaga (3-PMN) dengan panjang 327 meter dan lebar 35 meter dengan kedalaman-10 s/d -15 mLWs.

Arus Petikemas

Selama periode Tiwulan I/2025, realisasi arus petikemas di TPK Bitung mencapai 74.928 twenty foot equivalent units (TEUs) atau naik 21,21% dibanding pencapaian Triwulan I/2024 sebanyak 61.816 TEUs.

Pada tahun 2024, terminal ini-pun berhasil meng-handle petikemas sebanyak 280.699 TEUs atau naik 10,37% dibanding realisasi tahun 2023 yang tercatat 254.643 TEUs. Sedangkan target sesuai RKAP-nya pada 2024 sebanyak 271.108 TEUs.

Adapun kunjungan kapal-nya (ship call) selama periode Triwulan I/2025 sebanyak 98 unit atau naik 19,51% dibanding Triwulan I/2024 sebanyak 81 unit.

Pada 2024, Terminal ini juga melayani 391 unit kapal atau naik 27,78% dibanding pencapaian pada tahun 2023 sebanyak 306 unit.

“Pada tahun 2025 sesuai rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP), bahwa di TPK Bitung ditargetkan mampu meng-handle 265.527 TEUs,” ujar Plh Terminal Head yang juga Manajer Pengelolaan Operasi TPK Bitung Muhammad Habibi yang pada  kesempatan itu didampingi Manajer Keuangan TPK Bitung, Torba, di TPK Bitung pada Rabu (7/5/2025).

Pada kegiatan Media Port Visit itu, rombongan berkesempatan meninjau langsung Ruangan Planning & Control TPK Bitung, serta Container Yard TPK Bitung.

Fasilitas Planning & Control TPK Bitung.

Habibi menegaskan, secara prinsip TPK Bitung masih bisa menampung peningkatan throughput (arus petikemas) 50% lagi lantaran kapasitas terminal bisa mencapai  490.453 TEUs pertahun.

“Perlu saya tegaskan bahwa selama Triwulan I/2025 ship call yang bertambah di TPK Bitung masih sesuai dengan pertumbuhan throughput atau arus petikemasnya. Kenaikan throughput itu bergantung dengan daya konsumsi masyarakat dengan indikator pergerakan distribusi logistiknya,” ucapnya.

TPK Bitung kini-pun telah dilengkapi dengan fasilitas pendukung bongkar muat peti kemas antara lain; 2 unit Reach Stacker, 5 unit Container Crane  (CC), 26 Chasis, 3 Forklif, 20 Head Truck, 10 unit Rubber Tyred Gantry Crane (RTGC), dan 1 unit Side Loader.

Ekspor Impor

Selama periode Triwulan I/2025, TPK Bitung juga meng-hadle layanan ekspor impor mencapai 2023 TEUs dengan rincian ekspor-nya 1.435 TEUs dan impor 588 TEUs.

Adapun pada 2024 ekspor impor melalui TPK Bitung tercatat 9.497 TEUs yang berasal dari ekspor 5.026 TEUs dan Impor 4.471 TEUs. Jika dibandingkan dengan tahun lalu/year on year (yoy), realisasi ekspor impor pada 2024 itu naik 166,32% dibanding capaian 2023 yang tercatat 3.566 TEus yang berasal dari ekspor 2.714 TEUs dan impor-nya 852 TEUs.

Pangsa ekspor Sulawesi Utara antara lain; Tiongkok, Brazil, Amerika Serikat, Philipina, Belanda, Korea Selatan, Saudi Arabia, Australia, Vietnam dan Jepang dengan komoditi yang di ekspor antara lain; Hasil Perikanan, Coconut Flour, Coconut Cream, dan Frozen Fish.

Untuk komoditi impornya seperti; kertas bekas, steel dari China, spare part (Thailand), canola oil (Malaysia) dan tapioka (Vietnam).

Bahkan baru-baru ini, dilakukan kegiatan pelepasan ekspor oleh Wakil Gubernur Sulut di TPK Bitung dengan total 213,75 ton komoditi senilai Rp 13,36 Milliar dengan tujuan ekspor ke Amerika Serikat, Swiss, Saudi Arabia untuk komoditi Canned Tuna, dan Konsentrat Air Kelapa ke Cina. Selain itu, Coconut ke Rusia, Italia, dan China, serta Bunga Pala ke India.

Adapun pengapalan ekspor impor melalui TPK Bitung dilayani kapal SITC yang secara wekkly service (seminggu sekali) ke Pelabuhan Makassar yang rutenya terhubung ke China, Philipina, Vietnam, Thailand dan Malaysia.

Sejak Januari 2024, SITC  telah menghadirkan 7 kali service di Pelabuhan Bitung.

Harapan Pelayaran

Kepala Pelayaran PT SPIL cabang Bitung, Dody Iwan Priambodo mengatakan kelaikan alat bongkar muat petikemas di TPK Bitung perlu perhatian agar bisa optimal supaya kedepannya layanan bongkar muat  lebih baik, dan bila perlu ada penambahan alat baru.

Kepala Pelayaran PT SPIL cabang Bitung, Dody Iwan Priambodo

“Untuk itu performance alat bongkar muat petikemas di TPK Bitung agar dimaksimalkan atau perlu penambahan alat,” ujar pimpinan cabang SPIL yang kini merupakan market leader petikemas di TPK Bitung itu.

Saat ini, SPIL mengoperasikan 12-14 kapal di Bitung termasuk untuk kapal yang melayani feeder. Untuk kapal besar SPIL berkapasitas angkut lebih dari 1000 TEUs, dan kapal feeder kapasitas 200 TEUs. SPIL juga melayani kegiatan transhipment di Bitung tujuan Gorontalo, Luwuk dan Ternate.

Dody memprediksi prospek layanan petikemas pada 2025 masih cukup cerah. Indikatornya, produksi ikan kaleng dan ikan segar di Bitung terus meningkat.

Selain SPIL, pelayaran nasional yang masuk ke TPK Bitung yakni Temas Line, Tanto Intim Line, dan Meratus.

Ivone Kondoy (kiri)

Sedangkan Staf Admin ekspor impor PT Futai Sulawesi Utara, Ivone Kondoy, mengemukakan potensi ekspor melalui TPK Bitung cukup potensial.

“Kami, sebulan minimal dua kali pengiriman ekspor dan maksimal bisa empat kali pengapalan ekspor komoditi kardus/kertas tujuan Vietnam, China, Malaysia,” ujar Ivone sambil menambahkan supaya performance alat bongkar muat di TPK Bitung perlu di tingkatkan.

Hub Logistik KTI

Secara terpisah, Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI/ILFA) Sulawesi Utara (Sulut) Ramlan Ifran mengatakan, saat ini pergerakan ekspor dari Sulut masih wait and see lantaran adanya pengumuman kebijakan tarif resiprokal impor Amerika Serikat (AS) oleh Presiden Donald Trump beberapa waktu lalu.

“Sekarang, ekspor komoditi dari Sulut ke AS itu cenderung sedang turun akibat kebijakan tarif Trump tersebut,” ujarnya, kepada Logistiknews.id, pada Rabu (7/5/2025).

Disisi lain, ALFI Sulut juga berharap agar optimalisasi performance alat bongkar muat di pelabuhan yang supaya kegiatan receiving dan delivery lebih lancar.

“Untuk itu agar dilakukan maintenance alat bongkar  muat itu secara periodik dan maksimal, kemudian untuk jangka panjangnya kami usulkan ada penambahan alat bongkar muat untuk pergantian alat yang lama,” ucapnya.

Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI/ILFA) Sulawesi Utara (Sulut) Ramlan Ifran

Demi meningkatkan pelayanan kepada pengguna jasa, Ramlan juga menilai perlunya peningkatan performance sistem Parama, yakni portal pelanggan berbasis web yang dikembangkan di lingkup pelabuhan Pelindo sebagai solusi digital untuk meningkatkan efisiensi dan kemudahan proses transaksi di pelabuhan. Disamping itu, kompetensi SDM Pelabuhan agar selalu komitmen dalam layanan operasional 24/7.

Untuk menjadikan pelabuhan Bitung sebagai lokasi hub logistik kawasan timur Indonesia maka diperlukan ketegasan Pemerintah pusat untuk menetapkannya, sehingga nantinya kargo dari Gorontalo, Halmahera, Ambon, Palu dan Sulawesi Tengah akan melalui Bitung.

“Harus ada ketegasan Pemerintah Pusat. Tentukan Bitung sebagai entry point impor untuk kawasan timur Indonesia. Sehingga kargo/logistik dari wilayah sekitarnya bisa dikonsolidasi disini untuk menjadikan peran pelabuhan Bitung sebagai hub logistik KTI,” ujar Ramlan yang juga anggota DPRD Kota Bitung.

Dia meyakini jika telah ada penetapan resmi dari Pemerintah, bahwa Bitung menjadi pintu masuk impor kawasan timur, dan dengan seluruh upaya pembenahan tersebut, termasuk peningkatan infrastruktur transportasi dan logistik-nya di Sulut, maka Pemda Sulut dan PT Pelindo akan lebih serius mewujudkan hal itu melalui kolaborasi dengan stakeholders.

Saat ini ada 78 perusahaan forwarder dan logistik yang tercatat menjadi anggota ALFI Sulut.

Kepala Kantor Bea dan Cukai Bitung, Feri Hadi

Sementara itu, Kepala Kantor Bea dan Cukai Bitung, Feri Hadi, mengatakan, siap menyesuaikan jumlah sumber daya manusia (SDM) jika Pemerintah menetapkan Bitung menjadi entry point impor sekaligus untuk konsolidasi ekspor.

“Saat ini ekspor via Bitung masih di dominasi komoditi perikanan dan impornya berupa mesin dan sparepart” ujar Feri.

Penanggung Jawab Satuan Pelayanan Karantina Pelabuhan Bitung Sulut, Zusane mengatakan inspeksi karantina ekspor melalui Pelabuhan Bitung didominasi produk olahan Kelapa dan turunannya, olahan Pala Biji dan turunanya, serta komoditi hasil perikanan.

Penanggung Jawab Satuan Pelayanan Karantina Pelabuhan Bitung Sulut, Zusane.

Karena itu, agar terwujud pemerataan kegiatan ekonomi masyarakat serta menjaga industri produk lokal bisa bersaing dengan produk impor, Pemerintah agar dapat menetapkan pelabuhan khusus impor di wilayah timur Indonesia.

Penetapan ini, juga unruk memudahkan pengawasan terhadap produk-produk impor yang akan masuk maupun beredar di Indonesia.

Dengan begitu, merealisasikan kegiatan konsolidasi kargo ekspor impor dan hub logistik di kawasan timur Indonesia bukan cuma sekedar mimpi. Semoga…[am]

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *