Oleh : Bambang Sabekti -**
Wacana penggabungan atau merger empat BUMN Kepelabuhanan yakni PT Pelabuhan Indonesia I s/d IV sudah cukup lama bergulir, bahkan telah lebih dari 10 tahun silam.
Disekitar tahun 2010-an, waktu itu Penulis berkesempatan menghadiri Conference yang diselenggarakan oleh Singapore Indonesia Chamber di salah satu hotel di Jakarta Pusat, dan Airlangga Hartoto- yang waktu itu menjadi anggota DPR RI dari Partai Golkar menjadi salah satu pembicara.
Sebagai politisi kala itu, Airlangga berujar bahwa jikalau Partai Golkar berkuasa dan menjadi rulling party maka Pelindo I s/d IV bakal dilebur menjadi satu, karena RI adalah satu dan ini selaras dengan Wawasan Nusantara.
Sejumlah pengusaha, praktisi dan pegiat kemaritiman dari unsur Pelayaran, Pelabuhan maupun Logistik turut hadir dalam acara tersebut. Penulis-pun menghadirinya dalam kapasitas sebagai pegiat Shipping yang saat itu masih aktif di American President Line (APL).
Berselang 10 tahun, kini wacana merger BUMN jasa kepelabuhanan tersebut menjadi kenyataan. Menteri BUMN Erick Thohir bahkan sudah memberi nama baru dari hasil skema merger tersebut yakni PT Pelabuhan Indonesia (Persero) yang ditargetkan dapat terelasisi di kwartal ke 3 tahun ini.
Pertanyaannya apakah timeline ini bisa dicapai mengingat banyak paper work yang harus dikerjakan ?. Tetapi rasanya justru lebih baik jika hal itu dapat direalisasikan pada bulan Agustus- di bulan Kemerdekaan Indonesia. Hal ini sekaligus dapat menjadi momentum dan sejarah baru dunia maritim Indonesia.
Presiden Jokowi sangat concern dengan merger PT Pelindo ini, karena dengan penggabungan empat perusahaan plat merah itu akan mendukung keberhasilan program Tol Laut.
Menteri Perhubungan juga sudah memberi restu terhadap rencana merger Pelindo. Sehingga secara politik sudah tidak ada masalah dan kini tinggal mempersiapkan business plan-nya.
Konon Menteri BUMN sudah menyiapkan Great Leader untuk menahkodai kapal besar yang mempunyai valuasi Rp 120 Triliun ini.
Penulis meyakini korporasi akan mampu make big money kalau di manage secara benar. Untuk itu perlu CEO yang visioner serta mampu melihat peluang serta masalah jauh kedepan.
Merger Pelindo adalah hal yang bagus buat negara, karena hal ini akan memungkinkan terjadinya policy/aturan yang konsisten yang menyangkut pembangunan proyek-proyek dan implementasinya di seluruh Pelabuhan Indonesia yang di bawah naungan Pelindo.
Port User dan Investor
Agar sentralisasi dapat berjalan dengan baik, maka Jajaran Direksi Pelindo yang baru nantinya harus betindak fairnes terhadap pengembangan Pelabuhan di seluruh provinsi agar memberikan manfaat bagi masyarakat luas.
Manfaat lainnya, dengan merger itu memudahkan pengguna jasa atau port user dan investor karena mereka hanya segala urusannya cukup melalui satu pintu. So, overall, it’s a positive move for country, investors and port users.
Namun berdasarkan pengalaman Penulis, yang pernah terlibat dalam proses merger dari dua perusahan yang berbeda (meskipun sejenis) yang juga melibatkan enam kantor cabang , banyak hal-hal pasca merger yang mesti diperhatikan.
Hal itu karena potential internal konflik tetap mungkin saja terjadi dan perlu minimum satu tahun untuk membuat hubungan kerja antar karyawan yang harmonis.
Pasalnya, karena masing-masing operasional dan manajerial empat perusahaan plat merah itu selama ini sudah terinternalisasi dengan budaya perusahaan (corporate culture) masing-masing dan sudah berjalan sangat lama bahkan bertahun-tahun sejak pendiriannya.
Karena merger bukan hanya penyatuan sistem, tetapi juga penyatuan hati dari team member-nya. Untuk itu, strong leader diperlukan untuk perusahann yang baru (hasil merger) yang bukan saja paham VUKA (volatile, uncertain, complex dan ambiguous) tapi juga harus piawai dalam komunikasi dan tidak ‘pelit’ memberikan empati kepada team membernya, apalagi di era yang penuh disrupsi ini.
Pemimpin tidak hanya cukup concern terhadap hal-hal di sekitar pekerjaan, tapi juga mesti punya waktu untuk memperhatikan bawahan secara pribadi, sehingga terjadi keseimbangan antara task oriented dan human oriented.
Mengutip pernyataan Eileen Rachman & Emilia Jakob, bahwa konteks kita sudah berubah, karenanya desain manajemen kerja perlu diatur sesuai dengan keadaan spiritual, fisik, intelektual, intusisi dan emosi seluruh manusia dalam organisasi.
The last bust not least. Mudah-mudahan PT.Pelabuhan Indonesia segera terealisasi dan dinahkodai oleh Great Leader yang visioner dan mampu memajukan dunia kemartiiman Indonesia.
(**Penulis: Pegiat / Pemerhati Perdagangan & Kepelabuhanan)