Oleh: Bambang Sabekti (Pemerhati Kepelabuhanan)
TAHUN 2021 telah berlalu namun menyisakan beberapa catatan untuk dunia kemaritiman Indonesia dan global.
Di tengah badai pandemi Covid 19, pada 2021 Tanjung Priok sebagai Pelabuhan tersibuk dan terbesar di Indonesia mampu mencatat pertumbuhan volume untuk domestik dan Internasional lebih dari 12% di banding tahun sebelumnya.
Ini menunjukkan sektor logistik sebagai magnet perekonomian tidak boleh terhenti dalam kondisi apapun.
Pasalnya, meskipun ditengah hiruk pikuk persoalan kelangkaan kontainer dan space kapal di tanah air, volume ekspor dan impor di Indonesia masih dapat mengalami peningkatan.
Peningkatan ekspor impor Indonesia itu lantaran mayoritas ekspor RI ke Amerika dan Eropa, dimana lebih dari 90% adalah Free on Board (FOB). Artinya pihak buyer atau importir di Amerika dan Eropa yang mencari kapal dan membayar ocean freight.
Biasanya buyer di Amerika dan buyer di Eropa mempunyai daya tawar yang cukup tinggi terhadap Pelayaran Global dan mempunyai kotrak tahunan, sehinga masing-masing pihak harus menghormati kontrak tersebut.
Disisi lain, permintaan ekspor ke Amerika tetap tinggi, sehingga tidak aneh kalau neraca perdagangan Indonesia terhadap Amerika selalu surplus.
Memang, untuk shipper di dalam negeri yang berskala kecil, yang volume ekospor nya sedikit akan menjadi last priority buat Perusahaan Pelayaran internasional. Sementara importasi juga tetap tumbuh, baik untuk barang konsumsi maupun bahan baku/penolong untuk menopang manufacturing dan produk ekspor.
Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur RI masih cukup ekspansif di angka 53,9 pada November 2019. Kondisi ini masih bisa meningkatkan ekspor manufaktur bernilai tambah seperti komponen elektronik, komponen permesinan, furniture, garmen, sepatu dan otomotif ke volume yang lebih luas.
Kebalikan dengan ekspor, term of shipment untuk impor kebanyakan CIF ( Cost, Insurance , Freight) dibayarkankan oleh pengirm barang di tempat asal tujuan, begitu juga pencarian dan pemilihan alat angkut (pelayaran) dilakukan oleh mereka.
Sementara importir/consignee disini terima beres dan membayar local charge seperti DO Fee, Admin Fee, demurrage/detention, equipment inbalance fee, terminal handling charges (THC), washing dan lift on-lift off (Lo-Lo) di Depo dan macam-macam surcharge lainnya. Teman- teman importir di dalam negeri juga sempat mengeluhkan masalah biaya-biaya tersebut.
Negosiasi MLO
Kekuatan negoisasi dari para buyer untuk ekspor dan shipper untuk importasi RI terhadap Main Line Operator (MLO), membuat throughput di Tanjung Priok di tengah isu kelangkaan kontainer dan space kapal, juga menjadi alasan tersendiri.
Kekuatan lainnya adalah, tidak bisa pungkiri bahwa di tengah pandemi COVID 19 dan ketatnya protokol Kesehatan, kinerja semua Terminal di Pelabuhan Tanjung Priok mencapai standar kinerja yang ditetapkan oleh Otoritas Pelabuhan.
Merger Pelindo
Di tahun ini tepatnya di tanggal 1 Oktober secara resmi BUMN Pelindo 1- 4 di integrasikan. Sebagai salah satu pilar dari ekosistem logistik nasional, penggabungan Pelindo diharapkan mampu menurunkan biaya logistik nasional dan meningkatkan konektifitas antar wilayah.
Kini BUMN itu tengah bekerja keras melakukan konsolidasi internal, meningkatkan kualitas sumber daya manusianya agar dapat mencapai tujuan merger yang telah dicanangkan.
Semua pemangku kepentingan menunggu out put dari hasil merger horizontal ini. Di penghujung tahun 2021 Pelindo juga sangat aktif mempromosikan pemberantasan pungutan liar atau pungli dan membantu aparat menghilangkan mafia Pelabuhan.
Isu mafia Pelabuhan muncuk lantaran tindakan nakal segelintir oknum importir yang menyalahgunakan fasilitas kemudahan importasi yang diterimanya. Imbasnya, istilah mafia Pelabuhan berpotensi mendiskreditkan insan yang berkarya di Pelabuhan.
Pada saat yang sama, Pelindo juga tengah mempromosikan single truck identity document (STID), sehingga dengan identitas tunggal itu trucking company bisa berkegiatan di semua Terminal di Tanjung Priok.
Kedepannya STID akan dikembangkan untuk mendukung Trucking Booking System (TBS), sehingga pada gilirannya lalu lintas truk di area Pelabuhan akan lebih tertata, karena TBS akan mengtatur jawdal kedatangan truk di Pelabuhan.
Pelabuhan Patimban
Seperti yang pernah disampaikan oleh Menteri Perhubungan dan Menteri Koordinator Maritim dan investasi jauh -jauh hari sebelum Patimban dibangun, Pelabuhan Patimban akan diserahkan ke pihak swasta untuk pengelolaannya untuk menciptakan kompetisi yang sehat dengan Pelabuhan Tanjung Priok.
Kompetisi akan meningkatakan efisiensi, dan sekarang terbukti, ketika pada tanggal 17 Desember 2021 secara resmi Pelabuhan Patimban dikelola oleh perusahaan swatsa murni yaitu PT. Pelabuhan Patimban Internasional (PPI) yang dinahkodai oleh Fuad Rizal, mantan direktur keuangan PT. Garuda Indonesia.
Seperti yang pernah saya tulis di artilkel saya beberapa tahun lalu yang berjudul “ Patimban Port as Solution for Priok Congeetion” di salah satu majalah maritim, bahwa pembangunan Pelabuhan Patimban sebagai salah satu proyek nasional adalah keputusan yang tepat, karena dapat mengurangi kemacetan di tanjong Priok.
Saya meyakini, Indonesia dengan populasi sekitar 270 juta, throughput Pelabuhan akan terus meningkat. Barangkali secara kapasitas, Terminal-Terminal di Pelabuhan masih mencukupi, tetapi akses jalan menuju dan dari Pelabuhan sudah sangat tidak memadai, terutama di hari- hari sibuk (Jum’at dan Sabtu), di mana ribuan trucking berlalu lintas mengirim barang ekspor dan mengambil barang impor di Pelabuhan.
Apalagi jika konsep dual cycle/dual move bisa dijalankan, dimana truk yang datang ke Pelabuhan membawa container ekspor dan kembalinya membawa kontainer impor.
Pelabuhan Patimban juga sebagai pilihan untuk importir dan eksportir yang hinterlandnya sama dengan Pelabuhan Tanjung Priok yang meliputi, Bekasi, Cikarang dan Kerawang. Dengan adanya Pelabuhan Patimban, yang diuntungkan adalah para pelaku usaha yang bergerak di bidang ekspor dan impor. Pengelola swasta biasanya lebih gesit, fleksible dan responsive tehadap segala permintaan konsumen.
Selamat Tahun Baru 2022, jayalah terus dunia maritim Indonesia.