JAKARTA,Logistiknews – Digitalisasi sektor logistik di Indonesia terus berkembang. Momentum ini tidak di sia-siakan para pelaku penyedia jasa logistik maupun operator terminal peti kemas di pelabuhan.
Bahkan pengelolaan pengurusan impor dan ekspor di pelabuhan, kini secara digital sudah dibangun di beberapa terminal peti kemas.
Hal ini, dilakukan untuk mendukung kemudahan layanan mandiri bagi para pelaku usaha PPJK (Perusahaan Pengurusan Jasa Kepabeanan).
“Kami membuka kerja sama melalui integrasi sistem billing TPK Koja kepada para inovator platform. Salah satunya Logee Port, untuk mengembangkan solusi percepatan pengurusan kontainer hingga pencarian armada di dalam satu pintu menuju smart terminal untuk TPK Koja,” ujar Deputy General Manager TPK Koja, Chang Ho Song, dikutip dalam siaran persnya, Selasa (11/1/2022).
Menurut Chang Ho Song, melihat perkembangan pesat impor dan ekspor di Indonesia, PT Telkom Indonesia sebagai BUMN teknologi terbesar di Tanah Air memiliki tanggung jawab mendigitalisasi segala industri, termasuk transportasi logistik.
Melalui Logee Trans, kata dia, Telkom mengembangkan produk digital Logee Port yakni platform B2B (perusahaan ke perusahaan) yang terintegrasi terminal peti kemas untuk mempertemukan supply-demand pengurusan kontainer di pelabuhan terminal peti kemas.
Logee Port, kata dia, telah terintegrasi dengan beberapa terminal peti kemas di Tanjung Priok salah satunya KSO TPK Koja.
Logee Port juga memberikan kemudahan kepada PPJK untuk pengurusan kontainer di Terminal Pelabuhan Peti Kemas terintegrasi hingga pencarian armada secara cepat, mudah, ringkas, dan transparan.
“Dengan sinergi antara terminal peti kemas dan platform pemesanan truk akan menjadi hal baru untuk meningkatkan produktivitas dan efektivitas secara global dan regional,” katanya.
Logee Port, kata dia, telah terintegrasi dengan beberapa terminal peti kemas di Tanjung Priok salah satunya New Priok Container Terminal One (NPCT1).
Keberhasilan ECON (Express Container Online NPCT1), kata dia, mendigitalkan semua proses administrasi dan keuangan pelanggan.
Menurutnya, ECON dan Logee telah membangun kolaborasi sehingga menciptakan kemudahan dan nilai tambah proses pelayanan ekspor dan impor pelabuhan. Dimana, pengguna jasa NPCT1 selain melakukan proses transaksi Jasa Pelayanan Pelabuhan, juga dapat memesan dan menjadwalkan truk peti kemas kapanpun dan dimanapun.
Kolaborasi ini, kata dia, telah berjalan kurang lebih selama satu tahun dan menunjukkan jumlah penggunaan yang semakin meningkat. Hal ini selaras anjuran Pemerintah untuk mempercepat konektivitas digital dalam ekosistem logistik nasional Indonesia.
Lima Terminal
Di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, saat ini terdapat lima fasilitas terminal peti kemas yang melayani logistik ekspor impor yakni Jakarta International Container Terminal (JICT), TPK Koja, NPCT-1, Terminal Mustika Alam Lestari (MAL) dan Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok.
Berdasarkan data Pelindo Regional 2 Tanjung Priok, Realisasi arus peti kemas (througput) yang dilayani melalui Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta pada 2021 tercatat 6.750.302 twenty foot equivalent units (TEUs) atau naik 8,78% jika dibandingnya pencapaian 2020 yang tercatat 6.205.301 TEUs.
Adapun arus barang non peti kemas pada 2021 sebanyak 21.908.999 Ton atau naik 11,47% dibanding tahun 2020 yang tercatat 19.655.385 Ton.
Adapun arus kunjungan kapal pada 2021 melalui pelabuhan Tanjung Priok sebanyak 12.457 unit atau naik 4,89% ketimbang tahun 2020 yang tercatat 11.876 unit.(*)