JAKARTA,Logistiknews – National Logistik Ekosistem (NLE) menjadi tumpuan pelaku usaha untuk mengefektifkan serta mengefisiensikan seluruh proses logistik serta kelancaran arus barang yang terintegrasi dalam satu sistem secara nasional.
Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) DKI Jakarta, Adil Karim mengatakan, untuk menggapai program NLE hendaknya diperlukan kesepahaman dengan tujuan yang sama antar stakeholders dan instansi tetkait yakni dalam rangka efisiensi logistik nasional.
“NLE itukan hanya sebagai komunitas. Sebagai contoh, di Pelabuhan Tanjung Priok saja hingga saat ini belum bisa berjalan optimal (mengarah ke NLE) tersebut. Padahal semestinya Pelabuhan Priok sebagai pelabuhan tersibuk di Indonesia bisa menjadi benchmark atau pilotting sehingga pelabuhan-pelabuhan lainnya di tanah air juga bisa menerapkan NLE,” ujar Adil Karim, pada Selasa (25/1/2022).
Dia mengungkapkan banyaknya entitas dan stakeholders yang berkegiatan di pelabuhan Tanjung Priok serta belum adanya kesepahaman bersama, ditambah lagi masih minimnya sosialisasi yang dilakukan Instansi terkait di pelabuhan itu menjadi persoalan tersendiri untuk mengimplementasikan NLE.
“ALFI sejak awal mendorong sepenuhnya program NLE. Menurut saya Pelabuhan Tanjung Pirok seharusnya bisa jadi piloting NLE sebab sekitar 65% s/d 70% lalu lintas barang ekspor impor maupun domestik dilayani melalu pelabuhan Priok. Oleh sebab itu ALFI terua mendorong melalui Otoritas Pelabuhan serta Bea dan Cukai setempat mengenai hal ini,” papar Adil Karim.
Dia mengingatkan, NLE bisa berjalan efektif kalau ego sektoral dihilangkan dan semua pihak mau beradaptasi ke digitalisasi. Bila diperlukan,imbuhnya, ALFI DKI mengusulkan dibuatkan tim kecil untuk menyelesaikan hambatan program NLE ini dengan melibatkan stakeholders ataupun perwakilan pelaku usaha di pelabuhan Priok melalui asosiasinya yang kredible sesuai regulasi yang ada.
“Sama saat kita bicara Dwelling Time dan program layanan 24/7 di pelabuhan beberapa tahun silam, waktu itu Pelabuhan Priok jadi piloting sehingga diikuti pelabuhan-pelabuhan utama lainnya di Indonesia,” ungkapnya.
Daya Tarik Investasi
Adil meyakini, program NLE selain mengefektifkan layanan logistik nasional dan mendorong daya saing, juga mendongkrak daya tarik investasi di dalam negeri.
“Program NLE sebagai platform digitalisasi yang dapat mempertemukan komunitas logistik antara sektor permintaan dan penawaran,” ucap Adil Karim.
NLE merupakan ekosistem logistik yang menyelaraskan arus lalu lintas barang (flow of goods) dengan dokumen internasional (flow of documents ), sejak kedatangan sarana pengangkut (kapal/pesawat) hingga barang keluar dari pelabuhan dan tiba di gudang.
Sistem logistik ini juga berorientasi pada kerja sama antar instansi pemerintah dan swasta, melalui pertukaran data, simplifikasi proses, penghapusan repetisi dan duplikasi, serta didukung oleh sistem teknologi informasi yang mencakup seluruh proses logistik terkait dan menghubungkan sistem-sistem logistik yang telah ada.
NLE juga merupakan upaya nyata pemerintah dalam mendorong program Pemulihan Ekonomi Nasional. Program ini termasuk dalam salah satu rangkaian kegiatan untuk mengurangi dampak covid-19 terhadap perekonomian.(*)
Latar Belakang dibangunnya sistem NLE adalah dengan berorientasi pada kerja sama antar instansi pemerintah dan swasta melalui penerapan 3 strategi utama, yaitu :
1. Menciptakan regulasi yang efisien dan standar layanan prima dengan penerapan simplifikasi serta penghapusan repetisi dan duplikasi proses bisnis.
2. Kolaborasi layanan pemerintah dengan platform pelaku usaha di bidang logistik.
3. Menciptakan penataan ruang logistik yang tepat didukung oleh sistem teknologi informasi yang mampu menciptakan kolaborasi digital atau seluruh proses digital logistik dimulai dari proses penyelesaian dokumen pengangkutan laut dan udara, customs clearance, perizinan, penyelesaian dokumen dari pelabuhan atau SP2, serta pencarian alat angkut truk sampai dengan kesediaan warehouse dalam satu platform. (sumber: kemenkeu.go.id)