Throughput Pelabuhan Tanjung Priok Ditengah Lilitan Rantai Pasok Global Akibat Pandemi

  • Share
Bambang Sabekti

Oleh: Bambang Sabekti (Pemerhati Kepelabuhanan)

Menurut data yang disusun oleh Alphaliner, di tahun 2021 Pelabuhan Tanjung Priok menduduki urutan atau ranking ke 24 dan mengalami penurunan dua tingkat dibanding tahun sebelumnya, yang menduduki urutan ke 22 berdasarkan jumlah throughput dalam hitungan ‘TEUs’.

Meskipun di tahun 2021, Pelabuhan Tanjung Priok membukukan 6.750.302 twenty foot equivalent units (TEUs) dan mengalami kenaikan sebesar 8,8% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat 6.205.301 TEUs, tetapi angka ini masih lebih rendah apabila dibandingkan sebelum pandemi tahun 2019 yang tercatat 6.802.200 TEUs.

Namun di tahun 2022, Pelabuhan Tanjung Priok memulai dengan awal yang baik, karena throughput-nya tumbuh sebesar 11.36% di bulan Januari 2022 dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Pandemi Covid 19 dan lilitan rantai global (global supply chain disruptions) telah berpengaruh tehadap volume dan arus  perdagangan internasional lantaran mengakibatkan tidak penuhnya kapasitas produksi, perlambatan perputaran kontainer untuk memenuhi kegiatan ekspor dan impor, lock down di beberapa Pelabuhan penting di dunia seperti di Sanghai, Ningbo, Los Angeles, Long Beach dan beberapa pelabuhan di Eropa.

Rantai Pasok

Pengiriman barang-barang perdagangan internasional 90% melalui jalur laut sebagian besar di muat lewat kontainer. Produk manufacturing yang di ekspor maupun impor dan lilitan rantai pasok akan berpengaruh terhadap angka throughput di Pelabuhan, termasuk Tanjung Priok apabila dibandingkan dengan sebelum Pandemi (2019).

Kita tidak perlu membandingkan dengan  Pelabuhan Singapura dan Malaysia (Port Klang dan Tanjung Pelepas). Pasalnya, keduanya adalah Pelabuhan transshipment untuk kargo-kargo internasional. Singapura mampu mempertahankan posisi-nya di urutan kedua dengan total throughput 37.467.700 TEUs atau tumbuh 1,6% dibanding dengan tahun sebelumnya dan juga lebih besar dibanding tahun 2019 yang mencatatkan throughput 37.195.636 TEUs.

Pelabuhan Port Klang, dua tahun berturut-turut menduduki posisi ke 13 dengan total throughput 13.700.000 TEUs di 2021 dan 13.244.414 TEUs di tahun 2020.

Sementara, Pelabuhan Tanjung Pelepas  bertengger di posisi ke 16 di dua tahun terakhir, dengan total throughput 11.200.000 TEUs dan 9.846.106 TEUs atau mengalami kenaikan sebesar 13,8%. Ini pencapaian yang luar biasa di masa Pandemi ini.

Dibanding dengan origin/destination port lain di Kawasan ASEAN seperti Laem Chabang dan Ho Chi Minh, Pelabuhan Tanjung Priok juga masih dibawahnya. Mereka masing-masing masing menempati posisi 20 dan 21 di tahun 2021 dengan total troughput masing-masing 8.523.342 TEUs dan 7.950.000 TEUs. Keduanya mengalami kenaikan sebesar 12,9% dan 1,1%.

Besarnya throughput di Laem Chabang dan Vietnam, didukung oleh ekspor yang kuat ke Amerika, Eropa dan Middle East, karena produknya yang lebih kompetitif serta didukung oleh sektor manufacturing yang lebih kuat dan stabil.

Waktu saya masih aktif di pelayaran (Main Laine Operator), kapal-kapal main haul kami lebih banyak memuat kargo-kargo dari Thailand dan Vietnam daripada kargo dari Indonesia.

Posisi puncak diduduki oleh Pelabuhan Shanghai dengan total throughput sebesar 47.025.000 TEUs, tumbuh sebesar 8,1% dibanding dengan tahun sebelumnya. Posisi ke 3,4,5,6 dan 8 diduduki oleh Pelabuhan Ningbo, Szenzhen, Guangzhou, Qingdao dan Tianjin.

China memang luar biasa, dengan manufacturing terkuat di dunia. Tercatat dari 30 pelabuhan terbesar di dunia menangani sekitar 450 juta TEUs di tahun 2021, dan mengalami kenaikan sebesar 6.8% dibanding tahun 2020. Dan hampir 50%-nya berasal dari pelabuhan-pelabuhan di China.

Pelabuhan kembar (twin port) di Amerika, yaitu Long Beach dan Los Angeles menempati posisi ke 9 dengan total throughput 20.061.978 TEUs. Sementara Pelabuhan terbesar di Eropa yaitu Rotterdam menduduki posisi ke 11 dengan total throughput 15.300.000 TEUs.

Mudah-mudahan Covid 19 cepat berakhir , bukan hanya melandai. Dan hendaknya para elit politik menghentikan kegaduhan politik yang menimbulkan ketidak-stabilan politik dan social secara luas.

Ketidakstabilan politik dan social (uncertainty) adalah musuh ekonomi dan bisnis. Karena ekonomi dan dunia usaha membutuhkan kepastian (certainty). Demokarsi hendaknya dipakai seagai sarana perdebatan yang bermutu (make sense) dalam kerangka untuk mensejahterakan rakyat dan mewujudkan “welfare state” seperti yang dicita-citakan oleh konstitusi.

Energi kita saat ini mending difokuksan untuk membantu rakyat kecil, yang sedang mengalami kesulitan mendapatkan minyak goreng, tempe tahu, karena kedelai mahal (maklum 80% kebutuhan akan kedelai masih harus di impor).

Fenomena masyarakat yang kini harus merogoh kocek lebih dalam untuk membeli gas serta kebutuhan pokok lantaran harga telur dan daging mulai naik menjelang bulan puasa perlu mendapat perhatian Pemerintah. Kebutuhan daging kita setahun sekitar 750.000 ton, dan kita masih perlu impor daging untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, mengingat daging lokal hanya tersedia sekitar 400.000 ton.

Neraca Perdagangan internasional yang terus positif adalah hal yang perlu diapresiasi, tetapi perdagangan untuk memenuhi kebutuhan domestik untuk rakyat kecil juga harus di kelola dengan baik dan sungguh- sungguh bukan dengan cara “a trial error policy”. Dengan kata lain, kita harus menjaga kondisi ekonomi yang kini menuju ke pemulihan (berdasarkan indikator  ekonomi).

Yang terakhir dengan go-global-nya Perusahan Pelayaran Meratus yang meluncurkan dua service baru dari Jakarta, untuk route Jakarta/ Port Klang/ Jakarta dan route Jakarta/ Semarang/ Surabaya/ Qingdao/ Shanghai/ Jakarta, diharapkan bisa membantu eksportir dan importir dalam penyediaan kontainer dan ruang kapal yang pada gilirannya dapat menumbuhkan throughput Indonesia umumnya dan Tanjung Priok khususnya.(*)

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *