LOGISTIKNEWS.ID – Kebijakan pemerintah RI dalam memacu kinerja ekspor nasional dinilai sudah cukup tepat. Hal ini terbukti dengan masih tumbuhnya nilai ekspor Indonesia selama periode semester pertama tahun ini.
Ketua Gabungan Perusahaan Eksportir Indonesia (GPEI) DKI Jakarta, Irwandy MA Rajabasa, mengatakan kendati ditengah kondisi ancaman gelombang krisis global (inflasi, pangan dan BBM) serta belum selesainya persoalan Pandemi Covid-19 didunia, namun Indonesia justru masih menorehkan pertumbuhan kinerja ekspor.
“Kita patut bersyukur lantaran kinerja ekspor nasional masih terus tumbuh sepanjang periode semester pertama tahun ini. Pertumbuhan ekspor itu tidak lepas dari dukungan kebijakan Pemerintah yang cepat mengakomodir kepentingan para eksportir nasional,” ujarnya, kepada Logistiknews.id, pada Selasa (19/7/2022).
Irwandy mengungkapkan, masih membaiknya kinerja ekspor nasional itu juga tidak terlepas lantaran sejumlah negara lainnya di dunia banyak yang tidak bisa memenuhi sejumlah kebutuhan komoditi, yang pada akhirnya kondisi ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh para eksportir Indonesia.
“Kita juga patut bangga karena saat ini Indonesia semakin popular ditataran global/kancah internasional karena berhasil memenuhi kebutuhan berbagai negara di dunia melalui ekspor komoditi nasional. Selain itu, Indonesia juga tergolong negara yang cepat melakukan recovery setelah didera Pandemi covid-19 beberapa waktu lalu. Bahkan mulai awal tahun 2022 ini semua kalangan dunia usaha di Indonesia termasuk eksportir langsung tancap gas,” ucap Irwandy.
GPEI juga mengapresiasi dorongan Pemerintah RI dalam memacu kinerja ekspor, salah satunya yakni mencabut pungutan ekspor CPO. “Ini pertanda kian seriusnya pemerintah dalam lompatan ekspor,” paparnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa, secara kumulatif nilai ekspor Indonesia selama semester I tahun ini (Januari – Juni 2022) mencapai US$141,07 miliar atau naik 37,11 persen dibanding periode yang sama tahun 2021. Sementara ekspor nonmigas mencapai US$133,31 miliar atau naik 37,33 persen.
Adapun berdasarkan <span;>Menurut golongan penggunaan barang, nilai impor selama periode Januari – Juni 2022 terhadap periode yang sama tahun sebelumnya terjadi peningkatan pada barang konsumsi US$712,9 juta (8,11 persen), bahan baku/penolong US$21.010,9 juta (30,41 persen), dan barang modal US$3.418,4 juta (25,98 persen).
BPS juga mencatat, nilai ekspor Indonesia pada Juni 2022 saja mencapai US$26,09 miliar atau naik 21,30 persen dibanding ekspor Mei 2022. Dibanding Juni 2021 nilai ekspor naik sebesar 40,68 persen.
Sedangkan ekspor nonmigas Juni 2022 mencapai US$24,56 miliar, naik 22,71 persen dibanding Mei 2022, dan naik 41,89 persen dibanding ekspor nonmigas Juni 2021.
Adapun peningkatan terbesar ekspor nonmigas Juni 2022 terhadap Mei 2022 terjadi pada komoditas lemak dan minyak hewan/nabati sebesar US$2.538,9 juta (300,66 persen), sedangkan penurunan terbesar terjadi pada besi dan baja sebesar US$491,7 juta (18,02 persen).
Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan sepanjang periode Januari – Juni 2022 naik 25,82 persen dibanding periode yang sama tahun 2021, demikian juga ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan naik 13,19 persen dan ekspor hasil tambang dan lainnya naik 107,19 persen.
Bedasarkan data BPS, ekspor nonmigas Juni 2022 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu US$5,09 miliar, disusul India US$2,53 miliar dan Amerika Serikat US$2,46 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 41,06 persen. Sementara ekspor ke ASEAN dan Uni Eropa (27 negara) masing-masing sebesar US$5,08 miliar dan US$1,68 miliar.
Sedangkan menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari-Juni 2022 berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$19,23 miliar (13,64 persen), diikuti Kalimantan Timur US$16,06 miliar (11,39 persen) dan Jawa Timur US$12,87 miliar (9,12 persen).
Kinerja Impor
BPS juga menyampaikan bahwa nilai impor Indonesia Juni 2022 mencapai US$21,00 miliar, atau naik 12,87 persen dibandingkan Mei 2022 atau naik 21,98 persen dibandingkan Juni 2021.
Impor migas Juni 2022 senilai US$3,67 miliar, naik 9,52 persen dibandingkan Mei 2022 atau naik 59,84 persen dibandingkan Juni 2021.
Untuk impor nonmigas Juni 2022 senilai US$17,33 miliar, naik 13,60 persen dibandingkan Mei 2022 atau naik 16,15 persen dibandingkan Juni 2021.
Peningkatan impor golongan barang nonmigas terbesar Juni 2022 dibandingkan Mei 2022 adalah mesin/peralatan mekanis dan bagiannya US$611,5 juta (27,99 persen). Sedangkan penurunan terbesar adalah gula dan kembang gula US$152,8 juta (39,57 persen).
Adapun tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari – Juni 2022 adalah Tiongkok US$32,08 miliar (33,17 persen), Jepang US$8,35 miliar (8,63 persen), dan Thailand US$5,83 miliar (6,03 persen). Impor nonmigas dari ASEAN US$16,82 miliar (17,39 persen) dan Uni Eropa US$5,49 miliar (5,67 persen).
Berdasarkan data BPS itu, Neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2022 mengalami surplus US$5,09 miliar terutama berasal dari sektor nonmigas US$7,23 miliar, namun tereduksi oleh defisit sektor migas senilai US$2,14 miliar.(am)