LOGISTIKNEWS.ID – Pemerintah RI berperan aktif dalam meningkatkan konektivitas fisik dan digital dalam mendukung integrasi kawasan (Indonesia-Malaysia-Thailand) untuk bersinergi dengan masterplan konektivitas ASEAN 2025.
Hal tersebut disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat membuka Pertemuan Tingkat Menteri (PTM) Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle atau IMT-GT, di Batam pada akhir pekan lalu.
“Pentingnya IMT-GT untuk terus meningkatkan konektivitas fisik dan digital dalam mendukung integrasi kawasan, Indonesia-Malaysia- Thailand Growth Triangle atau IMT-GT serta bersinergi dengan masterplan konektivitas ASEAN 2025,” ujarnya, melalui siaran pers-nya dikutip Senin (2/10/2023).
Baca Juga : Menko Airlangga: Logistik Menjadi ‘Key Driver’ Utama
Baca Juga : Menko Airlangga Pimpin Satgas Peningkatan Ekspor Nasional
Menko Airlangga menyampaikan untuk mengoptimalkan kolaborasi dan kolektivitas serta menyerukan para Kepala Daerah IMT-GT yang tergabung dalam Chief Ministers and Governors Forum (CMGF) untuk merubah paradigma dalam merencanakan pembangunan daerah.
“Kita perlu beralih pandangan individual ke pembangunan berwawasan kolektif, fokus pada peningkatan sinergi dan keselarasan, untuk memperkuat konektivitas. Gunakan pengalaman 30 tahun kerjasama untuk membuat terobosan baru. Pemerintah pusat dan daerah perlu memaksimalkan CMGF sebagai wadah koordinasi dan kerjasama yang berorientasi pada hasil serta perwujudan kolaboratif para pemangku kepentingan lokal dan berorientasi kawasan,” tegas Menko Airlangga.
Dia menegaskan, forum kemitraan itu memprioritaskan pembangunan ekonomi daerah untuk mengurangi kesenjangan serta meningkatkan daya saing dan kesejahteraan masyarakat di sub-kawasan tersebut dalam menjaga kondisi perekonomian di tengah berbagai tantangan global saat ini.
Menko Airlangga mengungkapkan, pendapatan Domestik Bruto di kawasan telah menunjukkan kenaikan yang sigfinikan dari USD20 miliar pada tahun 1993 menjadi USD405.7 miliar di tahun 2021.
Total perdagangan dan investasi kawasan yang terus tumbuh, masing-masing dengan nilai total USD727 miliar dan USD20.1 USD pada tahun 2022. Meski sempat melambat saat terjadinya pandemi Covid-19, sektor pariwisata di kawasan juga mampu kembali bangkit dan terus tumbuh secara signifikan.
“Ketidakpastian global, perubahan iklim, kerawanan pangan dan energi, kita perlu dorong tranformasi digital, kembangkan ekonomi kreatif, hijau dan biru serta maksimalkan sektor-sektor unggulan, seperti pariwisata, pertanian dan industri halal,” ucapnya.
Baca Juga : Investasi & Pengembangan Kawasan Strategis, Prioritas di Luar Jawa
Menko Airlangga menuturkan bahwa dalam pertemuan IMT-GT telah membahas berbagai isu strategis guna menghadapi tantangan ke depan, mulai dari upaya IMT-GT untuk lebih agresif dan responsif dalam memanfaatkan peluang, percepatan adopsi dan transformasi ekonomi hijau dan ekonomi biru.
Selain itu, modernisasi dan hilirisasi karet dan kelapa sawit, pengembangan industri berbasis digital, industri kreatif, produk dan jasa halal, dan pariwisata yang terintegrasi, hingga penguatan sinergi anggota IMT-GT.
“IMT-GT memiliki visi untuk menjadi kawasan yang terintegrasi, inovatif, inklusif, hijau, berkelanjutan di tahun 2036. Dengan tumbuhnya economic corridor di kawasan IMT-GT diharapkan bisa memperkuat Selat Malaka, dan tentunya untuk tourism dimana tourism menjadi salah satu andalan IMT-GT,” pungkasnya.[redaksi@logistiknews.id]