Bisnis Truk Logistik Masih Prospektif, Meski Problemnya Tak Sedikit

  • Share
General Manager PT Elang Transportasi Indonesia (ETI) Hendra Tan.(Photo:Logistiknews.id/Akhmad Mabrori)

LOGISTIKNEWS.ID – Bisnis truk angkutan barang dan logistik diyakini terus prospektif menyusul menggeliatnya kegiatan transportasi dan logistik di tanah air.

Kendati begitu, operator truk logistik mengaku masih menghadapi berbagai kendala guna mendongkrak pertumbuhan bisnis usaha itu.

Baca Juga : Sopir Truk PT ETI, Ikut Uji Kompetensi LSP Logistik Insan Prima

Kendala tersebut, menurut General Manager PT Elang Transportasi Indonesia (ETI) Hendra Tan, merupakan masalah klasik yang sejak lama muncul dan hingga kini belum ada solusinya secara optimal.

Pertama, masih adanya regulasi yang tumpang tindih pada bisnis angkutan barang atau trucking. Termasuk juga soal sertifikasi Sopir Truk, mengapa sertifikasi tersebut tidak dilakukan saat ujian memperoleh surat izin mengemudi atau SIM.

Kedua, biaya operasional trucking yang semakin membengkak karena efek kemacetan lalu lintas di jalur distribusi, termasuk masih adanya praktik pungutan liar (pungli) pada sejumlah titik di jalan raya. Selain itu, melonjaknya biaya maintenance dan suku cadang armada truk yang terus meningkat yang tidak berbanding lurus dengan tarif angkutan barang.

Ketiga, terjadinya perang tarif angkutan barang dan logistik yang masih marak antar operator truk. Dalam hal ini, semestinya ada  standarisasi tarif sehingga tidak terjadi ‘banting tarif’ angkutan logistik.

“Sebagai pelaku usaha, kita ingin bagaimana biaya operasional trucking jangan sampai tinggi, sementara disisi lain operator truk juga mesti comply dengan segala bentuk aturan termasuk aspek safety-nya demi menjaga trust customer,” ujar Hendra kepada Logistiknews.id, di kantornya pada Sabtu (2/12/2023).

Dia menegaskan, truk angkutan barang memiliki peranan penting pada dunia logistik. Karenanya, perlu regulasi konkret dari Pemerintah yang lebih berpihak kepada sektor usaha itu.

“Ibaratnya, pergerakan logistik (angkutan) ini di inland-nya yang mensupport kegiatan di pelabuhan seperti di Tanjung Priok. Jadi agar layanan logistik efisien, semua pihak atau stakeholders mesti berkolaborasi. Sebab, mau serapih apapun digitalisasi yang telah disiapkan, kalau alur transportasi dan logistiknya tidak efektif maka muncul high cost,” ujarnya.

Baca Juga : Dua Tahun STID Pelabuhan Priok Masih Dihantui Isue Truk ‘Bodong’, Kenapa ?

Hendra Tan juga menyinggung soal penerapan single truck identity document (STID) di Pelabuhan Tanjung Priok, sebagai salah satu upaya operator pelabuhan dan regulator di pelabuhan tersibuk di Indonesia itu dalam menertibkan truk ‘bodong’ atau tanpa kelaikan persyaratan dokumen sesuai aturan.

“Implementasi STID di Pelabuhan Tanjung Priok itu sudah cukup bagus supaya trucking yang layani dari ke pelabuhan itu laik operasional dan dokumenya,” paparnya.

Saat ini, PT ETI yang berdiri sejak Nopember 2014 itu telah mengoperasikan sebanyak 100 lebih unit armada pengangkut peti kemas untuk ukuran 20 feet maupun 40 feet yang tersebar di garasi Kawasan Marunda Makmur Bekasi Jawa Barat (seluas 7000 M2), garasi Pegangsaan Jakarta Utara (seluas 4000 M2), dan di Surabaya Jawa Timur.[redaksi@logistiknews.id]

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *