GPEI Ungkap Ekspor Mulai Tumbuh, Ini Pemicunya

  • Share
Aktivitas di Jakarta International Container Terminal (JICT) Pelabuhan Tanjung Priok.

LOGISTIKNEWS.ID – Pelaku ekspor nasional mengungkapkan, terjadinya sedikit pertumbuhan kegiatan ekspor lantaran adanya sejumlah produk asal China yang dilarang untuk masuk ke Amerika Serikat (AS), dalam beberapa waktu belakangan ini.

Ketua Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) DKI Jakarta, Irwandy MA Rajabasa mengatakan, terdapat peningkatan ekspor pada bulan lalu (Mei) karena Indonesia mampu mengambil peluang atas kekosongan produk ekspor yang sebelumnya di pasok oleh China ke AS.

“Eksportir nasional bisa melihat peluang tersebut karena ada produk China ke AS yang dilarang. Kondisi ini menyebabkan ada sedikit peluang bagi kita,” ujar Irwandy, kepada Logistiknews.id, pada Jumat (21/6/2024).

Dia mengatakan, selama ini kegiatan ekspor Indonesia ke AS mencapai 37,4 % dari total ekspor nasional pertahun.

“Namun sebaliknya, ekspor nasional yang tujuan Eropa belum ada pertumbuhan signifikan,” ucap Irwandy.

Irwandy MA Rajabasa (foto:dok Logistiknews.id)

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan,nilai ekspor Indonesia pada Mei 2024 mencapai US$22,33 miliar atau naik 13,82 persen dibanding ekspor April 2024.

Namun, jika dibanding Mei 2023 nilai ekspor naik sebesar 2,86 persen. Adapun ekspor nonmigas pada Mei 2024 mencapai US$20,91 miliar, naik 14,46 persen dibanding April 2024, demikian juga naik 2,50 persen jika dibanding ekspor nonmigas Mei 2023.

Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–Mei 2024 mencapai US$104,25 miliar atau turun 3,52 persen dibanding periode yang sama tahun 2023. Sementara ekspor nonmigas mencapai US$97,58 miliar atau turun 3,84 persen.

Dari sepuluh komoditas dengan nilai ekspor nonmigas terbesar Mei 2024, hampir semua komoditas mengalami peningkatan, dengan peningkatan terbesar pada mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya sebesar US$263,6 juta (26,66 persen). Sementara yang mengalami penurunan hanya lemak dan minyak hewani/ nabati sebesar US$268,0 juta (14,32 persen).

Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari–Mei 2024 turun 0,63 persen dibanding periode yang sama tahun 2023, demikian juga ekspor hasil pertambangan dan lainnya turun 14,90 persen, sedangkan ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan naik 5,90 persen.

Ekspor nonmigas Mei 2024 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu US$4,73 miliar, disusul Amerika Serikat US$2,18 miliar, dan India US$1,95 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 42,39 persen. Sementara ekspor ke ASEAN dan Uni Eropa (27 negara) masing-masing sebesar US$3,79 miliar dan US$1,61 miliar.

Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari–Mei 2024 berasal dari Provinsi Jawa Barat dengan nilai US$14,99 miliar (14,38 persen), diikuti Kalimantan Timur US$10,39 miliar (9,97 persen) dan Jawa Timur US$10,35 miliar (9,93 persen).[redaksi@logistiknews.id]

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *