LOGISTIKNEWS.ID – Pengelola Export Centre Surabaya (ECS) melakukan edukasi dan pendampingan terhadap para Mahasiswa/i Universitas Dr Soetomo, Surabaya Jawa Timur, agar nantinya SDM lulusan perguruan tinggi itu mampu berkompetisi global.
Selain itu, lulusan perguruan tinggi tersebut diharapkan memiliki kompetensi yang lebih mumpuni agar mampu menjadi enterpreneur khususnya dibidang ekspor maupun mengembangkan sektor usaha mikro kecil dan menengah atau UMKM.
Hal itu ditandai adanya penandatanganan nota kesepahaman bersama (MoU) antara Pengelola Eksport Centre Surabaya dengan Universitas Dr.Soetomo, Surabaya Jawa Timur, pada Kamis (18/7/2024).
MoU dilakukan oleh Rektor Universitas Dr.Soetomo, Prof. Dr. Siti Marfiyah, S.H., M.H. dan Kepala Pengelola ECS Surabaya Dr Toto Dirgantoro, MBA, yang juga disaksikan Dekan Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) Dr Prianto, Dekan Fakultas Ekonomi Bisnis Prof Kesi, dan Dekan Fakultas Pertanian Dr Kejora, serta turut juga disaksikan Tim Tehnis ECS.
Kepala Pengelola ECS Surbaya, Toto Dirgantoro mengatakan bahwa MoU tersebut merupakan upaya ECS untuk mencetak para SDM unggul dari kalangan perguruan tinggi yang nantinya berkontribusi dalam mendorong eksport nasional lebih mampu untuk go-global, mengingat potensi komoditi ekspor didalam negeri cukup besar.
“Upaya ini juga merupakan komitmen ECS Surabaya dalam mendukung program Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang salah satunya adalah menciptakan SDM kompeten dan berdaya saing global,” ucap Toto.
Untuk menindaklanjuti MoU itu, ungkapnya, masing-masing pihak nantinya akan menyusun langkah yang lebih konkret sebagai implementasi dari kerjasama tersebut.
“ECS maupun Universitas Dr Soetomo, juga akan saling mendukung pengembangan dibidang pendidikan, pengabdian, penelitian guna meningkatkan kompetensi SDM kedua belah pihak. ECS juga akan senantiasa memberikan bimbingan kepada Mahasiswa/i itu agar bisa memahami pengetahuan tentang eksport,” papar Toto.
Dia mengatakan, lulusan sarjana (S-1) di perguruan tinggi hendaknya bukan sekedar mencari lapangan kerja semata, tetapi bagaimana mampu menciptakan atau menumbuhkan lapangan kerja baru, termasuk mengembangkan UMKM nasional yang berorientasi dan daya saing eksport.
Karenanya, ECS juga akan melakukan pendampingan terhadap para UMKM yang selama ini telah dibina oleh Universitas Dr Soetomo, melalui seminar, konsultasi, edukasi terkait ekspor.
“Bahkan (kemarin) sudah ada 34 peserta yang mengikuti kegiatan itu. Dimana ECS juga mengedukasi bagaimana memperkenalkan aktivitas dan cara ekspor, kurasi produk hingga bisnis matching dengan buyer ekspor dari luar negeri,” ungkap Toto.
Lampaui Target
ECS saat ini menaungi wilayah kerja Jawa Timur dan Bali. Selama tahun 2024, Ditjen Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan (Ditjen PEN Kemendag) memberi target kepada ECS, agar dalam aktivitas yang dilakukan bisa memfasilitasi pelaku usaha sampai dengan melakukan ekspor dengan nilai mencapai US$ 90 juta.
“Namun hingga Semester I/2024 saja, nilai eksport tersebut sudah tercapai US$ 55 juta. Dan, ECS Surabaya optimistis hingga akhir tahun nanti bisa melampaui target yang ditetapkan Pemerintah tersebut,” tegas Kepala ECS Surabaya, Toto Dirgantoro.
Keberadaan ECS merupakan hasil kerjasama antara Direktorat Pengembangan Pasar dan Informasi Ekspor (P2IE)- Direktorat Jenderal PEN Kementerian Perdagangan RI dengan Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (DPP GPEI).
ECS menjalankan tugas dan fungsi edukasi dan pendampingan terkait standardisasi produk, pembiayaan dan prosedur ekspor, penyampaian informasi pasar, dan penyelesaian kasus kepada pelaku usaha ekspor.
Selain itu, ECS juga melakukan penyebaran Inquiry (permintaan hubungan dagang atau permintaan produk) dari pembeli luar negeri.
“Dalam aktivitasnya, ECS bekerjasama dengan Perwakilan Perdagangan RI, KBRI, ataupun Konsul Jenderal RI di luar negeri, dimana pihak tersebut menyampaikan permintaan inquiry dari buyer di luar negeri, dan ECS akan meneruskannya kepada pelaku ekspor di Jawa Timur dan Bali,” ujar Toto.
Dia menambahkan, ECS juga menyelenggarakan business matching secara daring maupun luring dengan buyer luar negeri maupun perwakilan perdagangan Indonesia di luar negeri.
Kemudian, imbuhnya, ECS bisa memediasi kasus dagang, yakni menjadi pihak mediator antara pelaku usaha Indonesia yang mengalami permasalahan dengan pihak buyer luar negeri.
“Selain itu, ECS juga melakukan pendampingan InaExport, sebagai platform layanan satu atap pengembangan ekspor nasional,” ucap Toto.[redaksi@logistiknews.id]