Aptrindo minta Pelindo Inisiasi Pemangkasan Tarif Tol JTCC, Bisakah ?

  • Share

LOGISTIKNEWS.ID – Pengusaha Truk logistik, mendesak evaluasi tarif jalan Tol Cibitung-Cilincing (JTCC) yang kini telah tersambung penuh dengan lima ruas jalan tol dalam jaringan Jakarta Outer Ring Road (JORR) 2.

Adapun jalan tol yang dibangun dan dioperasikan oleh PT Pelindo Solusi Logistik (Pelindo Group) melalui PT Cibitung Tanjung Priok Port Tollways (PT CTP Tollways.

Wakil Ketua Umum bidang Angktutan Barang Pelabuhan DPP Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Gagan Eryana Gartika, mengatakan, asosiasinya telah melakukan survey internal kepada perusahaan anggota bahwa tarif  Tol tersebut mahal.

“Makanya trucking enggan masuk Tol JTCC itu, lantaran selisih tarifnya dengan jalan arteri atau tol eksisting (Japek) bisa lebih 50%. Oleh karenanya, Pelindo mesti bisa menginisiasi agar tarif Tol tersebut bisa lebih murah, sehingga lebih optimal dimanfaatkan truk angkutan barang dan peti kemas,” ujar Gagan, kepada Logistiknews.id, pada Jumat (6/9/2024).

Dia mengatakan, Aptrindo bersedia berdiskusi dengan stakeholders terkait untuk mengoptimalkan fasilitas Tol JTCC itu, sepanjang tarifnya nantinya bisa lebih murah dari yang saat ini berlaku.

“Kalau fasilitas Tol itu jarang dimasuki angkutan barang, itu kan sama saja fasilitas tersebut belum manfaat untuk kelancaran dan efisiensi logostik,” tegas Gagan.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo juga telah mengingatkan bahwa, pembangunan dan perbaikan fasilitas infrastruktur di berbagai daerah memiliki sejumlah tujuan penting.

“Salah satunya yakni dapat memberikan dampak positif terhadap perekonomian wilayah khususnya dalam meningkatkan efisiensi transportasi dan konektivitas antarwilayah,” ujar Presiden saat meresmikan fasilitas infrastruktur berupa Jembatan Citanduy, Kota Banjar, pada akhir Agustus lalu.

Senior Consultant Supply Chain Indonesia (SCI) Sugi Purnoto, juga pernah mengatakan tarif jalan tol yang lebih kompetitif diyakini bisa memberikan efisiensi pada layanan logistik.

Namun sebaliknya, imbuhnya, tarif tol yang mahal justru mengerek biaya transportasi yang ujung-ujungnya membebani cost logistik.

Sugi mengatakan, jalan tol itu JTCC sudah ditunggu banyak pihak cukup lama, termasuk industri transportasi dan logistik.

Sebab, imbuhnya, konektivitas jalan tol itu berdampak penting untuk aliran logistik, terutama untuk pengiriman ke wilayah selatan Jakarta sampai Bogor, Cianjur, Ciawi, dan Sukabumi yang selama ini tersentralisasi di akses simpang susun Cikunir dan JORR atau akses Halim, Cawang, dan Tol Jagorawi.

“Akses tol ini dapat mengurangi waktu tempuh antara 30-60 menit jika dibandingkan akses Cikunir dan Cawang. Jika tarif tol-nya kompetitif, maka efisiensi transportasi logistik bisa mencapai 30-50%,” ujar Sugi.

Dia memaparkan, efisiensi yang diperoleh jika tarif tol kompetitif yakni berasar dari penurunan biaya operasional, biaya perawatan (maintenance), utilisasi aset, serta peningkatan kecepatan (lead time) pengiriman dan penurunan risiko kecelakaan.

Disisi lain, bagi industri manufaktur, jalan tol tersebut akan memperlancar dan mempercepat proses pengiriman bahan baku (inbound), baik dari pelabuhan maupun pemasok lokal, juga pengiriman produk ke perusahaan-perusahaan pelanggan.

“Peningkatan akses dengan jalan tol itu, juga akan mendorong pembangunan dan pengembangan kawasan industri di dekat jalan tol dengan akses khusus,” paparnya.

Beberapa ruas tol telah mendukung keberadaan sejumlah kawasan industri seperti jalan tol Japek, Jagorawi, Jakarta-Tangerang, Jakarta-Merak, Surabaya-Malang, dan lain-lain.

Sugi mengungkapkan, bagi industri transportasi dan logistik, keberadaan jalan tol berpotensi meningkatkan utilisasi armada, karena waktu tempuh (lead time) pengiriman menjadi lebih cepat antara 30-50%.

“Biaya operasional dan biaya pemeliharaan armada-pun menjadi lebih efisien, karena akses tol memungkinkan armada berjalan dalam kondisi yang konstan dalam kisaran kecepatan 60-80 km/jam,” ucapnya.

Secara nasional, kata Sugi, keberadaan jalan tol akan mengurangi kepadatan lalu lintas di jalan nasional atau jalan arteri, seperti jalan pantura, jalan arteri Cikopo-Padalarang, dan jalan lintas Sumatra. Hal ini juga berdampak terhadap pengurangan biaya pemeliharaan jalan nasional.

Penggunaan jalan tol juga berpotensi menurunkan risiko kecelakaan karena pengurangan kontak armada transportasi dengan kendaraan roda dua dan lainnya.

“Karenanya, SCI mengusulkan tarif JTCC untuk semua golongan maksimal 20-30% lebih tinggi dari tol JORR,” tegasnya.[redaksi@logistiknews.id]

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *