LOGISTIKNEWS.ID – Hujan dengan intensitas sedang, baru saja usai mengguyur sebagian wilayah Jambi dan sekaligus membasahi areal disekitar pelabuhan Talang Duku Jambi pada Selasa pagi (26/11/2024) saat Logistiknews.id, berkunjung ke lokasi fasilitas IPC TPK Jambi.
Saat tiba di lokasi dermaga TPK Jambi, reporter Logistiknews.id didampingi Supervisor Perencanaan dan Pengendalian Operasi IPC TPK Jambi, M. Rosidi Anneor
Terdapat satu kapal Tongkang yakni Sindo Garuda Kencana yang bersiap bertolak ke Singapura dengan muatan ful container load (FCL) 172 twenty foot equivalent units (TEUs). Rencananya, kapal itu bakal mulai bergerak pada siang hari ini juga.
Sebelumnya, Tongkang tersebut telah melakukan bongkar 139 TEUs petikemas domestik dari Jakarta, dan sandar di TPK Jambi pada Selasa 26 Nopember pukul 00.02 Wib. Pada hari sebelumnya, juga terdapat kapal Tongkang Sumber Jaya 2518 dengan bongkar 181 TEUs dari Jakarta.
Fasilitas di pelabuhan Talang Duku Jambi, memang hanya bisa disandari kapal-kapal Tongkang lantaran draft pelabuhan dan alur yang terbatas mengingat karaktetistik pelabuhan ini berada di aliran Sungai Batanghari Jambi.
“Kita disini hanya bisa melayani Tongkang bukan kapal kontainer dengan kapasitas angkut terbatas. Bahkan tak jarang ada tongkang yang masuk untuk melakukan bongkar peti kemas dan karena menunggu muatannya dan memilih keluar dermaga terlebih dahulu kemudian masuk sandar lagi di dermaga TPK untuk kemudian melakukan proses muat,” ujar Manager Area IPC TPK Jambi, Wedhar Tani Aji S, saat ditemui di Kantor IPC TPK Jambi pada Selasa Siang (26/11/2024).
Kendati begitu, Wedhar Aji memastikan kesiapan peralatan bongkar muat peti kemas di TPK Jambi lebih bagus dari semua TPK yang ada di pelabuhan lainnya.
Hingga saat ini, performance TPK Jambi juga telah sesuai key performance indikator atau KPI yang telah ditetapkan oleh Pelindo, dengan rata-rata port stay kapal maksimal 10-12 jam.
Oleh karenanya, Wedhar menegaskan tidak ada isue krusial mengenai fasilitas alat bongkar muat peti kemas tersebut. Termasuk di saat musim penghujan seperti saat ini yang lantaran untuk menjaga aspek keselamatan dilapangan, penggunaan alat harus lebih berhati-hati dengan memerhatikan kondisi cuaca, jarak pandang dan kecepatan angin.
“Bahkan khusus pemanfaatan alat di TPK Jambi itu telah mendapat penilaian hijau. Kami juga telah berkolaborasi dengan PT BIMA untuk memastikan ketersedian spare part alat bongkar muat tersebut,” ucapnya.
Wedhar Aji juga membeberkan sejumlah rencana strategis jangka pendek IPC TPK Jambi, yakni melakukan upgrade sistem terminal peti kemas yang kini pakai ITOs akan di upgrade ke TOS Nusantara pada akhir Nopember 2024.
Dengan TOS Nusantara, bisa meminimalisir orang bekerja dilapangan karena sudah dibekali alat deteksi guna meminimalisir resiko kecelakaan kerja.
Selain itu, pergerakan kegiatan bongkar muat dan pelayanan kapal lebih terkontrol dan efisien
“Selain itu, kami terus menggalakkan sosialisasi safety ke semua stakeholders dan tenaga kerja bongkar muat (TKBM). Kami juga telah melakukan pemasangan petunjuk trafic flow di dalam area terminal,” ujar Wedhar yang baru 7 bulan menahkodai IPC TPK Jambi.
Berdasarkan data IPC TPK Jambi, saat ini terdapat 12 ship call (tongkang) yang menjadi customer-nya perbulan atau rerata terlayani 3-4 kapal perminggu dengan hanya oleh 3 agen kapal pelayaran yakni; Avantis Sabang Raya Logistik, Suksesindo Damai, dan Pulau Laut Line.
Dari 12 ship call tersebut, sebanyak 9 ship merupakan layanan domestik dan 3 kapal ocean going dengan tujuan transhipment Singapura.
“Kalau muatan domestiknya rata-rata perkapal 180 TEUs, ocean going-nya (ekspor 200) TEUs, dan impor-nya sekitar 80 TEUs, per kapal Tongkang tersebut,” papar Wedhar Aji.
MUARA SABAK
Sementara itu, Pelaku bisnis yang tergabung dalam Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia (APBMI) Provinsi Jambi dan Asosiasi Forwarder dan Logistik Indonesia (ALFI) Jambi, mendorong optimalisasi Sabak Port atau Pelabuhan Muara Sabak – Jambi dapat segera berperan melayani kegiatan peti kemas.
Namun, ALFI maupun APBMI Jambi mengemukakan layanan tersebut bisa direalisasikan jika tarif angkut pengapalan maupun tarif angkutan daratnya (trucking) lebih efisien ketimbang melalui pelabuhan Talang Duku-Jambi.
“Kalau freight-nya bisa lebih murah ketimbang di Pelabuhan Talang Duku, kemungkinan besar pemilik barang mengalihkan kegiatannya peti kemas-nya ke pelabuhan Muara Sabak,” ujar Ketua ALFI Provinsi Jambi, Yoga Adhitiya Kurniawan dan Ketua Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia (APBMI) Provinsi Jambi, M. Ihsan Syafitri, saat ditemui di Jambi, pada Senin malam (25/11/2024).
Keduanya berpendapat untuk mendongkrak kinerja ekspor impor dan logistik di Jambi, maka diperlukan pelabuhan Samudera berkelas Internasional sebagai pintu ekspor impor Provinsi Jambi, dan hal ini hanya bisa diwujudkan melalui Muara Sabak.
ALFI maupun APBMI menilai, salah satu penyebab merosotnya aktivitas ekspor impor di pelabuhan Jambi saat ini lantaran ketatnya persaingan tarif angkut (freight) kapal pengangkut kargo/peti kemas dari dan ke Jambi yang lebih mahal ketimbang melalui pelabuhan Panjang Lampung, Palembang maupun Tanjung Priok Jakarta.
“Pelindo (Pelabuhan Indonesia) sebaiknya mulai memikirkan bagaimana memasang atau mendatangkan crane petikemas ke Muara Sabak,” ujar Ihsan.
Sedangkan Ketua ALFI Provinsi Jambi, Yoga Adhitiya Kurniawan, mengatakan tarif trucking dari dan ke Muara Sabak sudah pasti akan lebih mahal lantaran hinterland pendukung (industri maupun konsumsi) berada di Kota Jambi.
“Nah, agar Muara Sabak bisa efisien, maka untuk freight kapal mesti lebih murah karena volume peti kemas bisa diangkut lebih banyak menggunakan kapal ketimbang melalui Talang Duku yang hanya bisa menggunakan Tongkang akibat draft dan alurnya terbatas,” ujar Yoga.
Dia juga mengemukakan, salah satu penyebab lesunya ekspor via Jambi karena adanya kenaikan pajak ekspor terhadap salah satu komoditi yakni limbah sawit (turunan CPO) yang sebelumnya hanya 5% kini menjadi 40%.
Pada Oktober 2024 tercatat kinerja IPC Terminal Petikemas Area Jambi sebesar 2.770 twenty foot equivalent units (TEUs), atau tumbuh 11% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar 2.490 TEUs.
Pencapaian arus petikemas pada Oktober 2024 itu lantaran meningkatnya volume petikemas Domestik pada komoditi Semen (175%), sejalan dengan peningkatan Pembangunan fasilitas public di kota Jambi (Mall dan Pusat Bisnis).
Selain itu, meningkatnya volume petikemas Internasional pada komoditi Coconut (221%) dan Palm Acid Oil (151%), dan adanya peningkatan permintaan Coconut dikarenakan permintaan dari China untuk diolah dijadikan tas dan permen sebagai souvenir.
Adapun kinerja IPC Terminal Petikemas Area Jambi selama Januari – Oktober 2024 tercatat sebesar 29.740 TEUs.
Akumulasi arus peti kemas selama 10 bulan pertama 2024 itu mengalami pertumbuhan 4,6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 28.430 TEUs.
Namun pencapaian throughput IPC TPK selama 10 bulan pertama tahun 2014 tersebut masih terdapat beberapa komoditas yang belum sesuai harapan seperti volume petikemas domestik pada komoditi Fertilizer (98%), Cement (87%) dan Rice (5%).
Kemudian, volume petikemas internasional pada komoditi Crumb Rubber (95%), Betelnut (86%), Wood Pellet (97%) dan Copra (40%). Selain itu, komoditi Wood Pellet dan Betelnut disebabkan kesulitan mendapatkan kontainer dalam kondisi fisik yang baik.[am]