ALI Optimistis Industri Rantai Pasok & Logistik Indonesia 2025, Masih Cerah

  • Share
Outlook Rantai Pasok dan Logistik Indonesia 2025

LOGISTIKNEWS.ID- Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) memprediksi, skenario moderat yang mungkin terjadi pada pertumbuhan bisnis Rantai Pasok dan Logistik di Indonesia tahun 2025, yakni diangka 7-10%.

Tahun 2025 juga akan menjadi momentum penting bagi industri rantai pasok dan logistik Indonesia. Bahkan trend pertumbuhan bisnis, inovasi teknologi saat ini juga akan mendorong sektor ini ke arah yang lebih maju.

Disisi lain, E-commerce dan sektor manufaktur masih menjadi penggerak utama, sementara potensi kawasan baru seperti IKN dan wilayah timur Indonesia menciptakan peluang yang menjanjikan, kemudian program program strategis pemerintah seperti hilirisasi komoditas sektor strategis dan Rantai Pasok dan Logistik Halal akan menjadi salah satu faktor pendorong industri rantai pasok dan logistik.

Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Mahendra Riyanto, saat menjabarkan Outlook Rantai Pasok dan Logistik Indonesia 2025, yang dilaksanakan di Jakarta pada Kamis (23/1/2025).

Pada kesempatan itu, Mahendra di dampingi Ketua Dewan Pakar ALI Nofrisel, Pegiat E-Commerce Hadi Kuncoro, dan Pegiat Industri Fast Food Adithya Sari.

ALI berpandangan berdasarkan hasil analisis proyeksi perekonomian Indonesia yang akan tumbuh sebesar 5-5,1 (BPS 2025), serta proyeksi volume ekspor Indonesia sebesar 7,1 (Kementerian Perdagangan 2025) dan pertumbuhan sektor usaha transportasi dan pergudangan sebesar 9.11% ( BPS Q4 2024).

“Dalam teropong ALI, setiap perkembangan nilai perdagangan, maka terkandung pula perkembangan volume pergerakan barang nya. Sehingga ALI memprediksi, skenario yang mungkin terjadi adalah skenario moderat, yaitu pertumbuhan bisnis Rantai Pasok dan Logistik di Indonesia tahun 2025 diangka 7-10%,” ungkap Mahendra.

Menurutnya, dengan menerapkan langkah yang tepat, industri rantai pasok dan logistik di Indonesia akan terus menjadi motor penggerak ekonomi nasional dan memperkuat posisinya di pasar global.

Sebab, kata dia, Industri rantai pasok dan logistik (supply chain) memainkan peran strategis dalam mendukung roda perekonomian nasional. Sebagai tulang punggung rantai pasok, sektor ini menghubungkan produsen, distributor, dan konsumen di berbagai wilayah, baik domestik maupun internasional.

“Dalam konteks Indonesia, yang merupakan negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau, logistik memegang peranan kunci dalam memastikan distribusi barang yang efisien dan merata di seluruh nusantara,” ujar Mahendra Riyanto.

Dia memaparkan, kontribusi sektor rantai pasok dan logistik terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan signifikan.

Bahkan, imbuhnya, data menunjukkan bahwa sektor transportasi dan pergudangan, yang menjadi inti dari logistik, memberikan sumbangan sebesar 5-7% ( BPS 2024) terhadap total PDB. Potensi ini semakin besar dengan berkembangnya sektor e-commerce, yang diprediksi terus bertumbuh setiap tahunnya, mendorong permintaan akan jasa logistik yang lebih cepat dan efisien.

Selain itu, pemerintah Indonesia telah mengidentifikasi logistik sebagai salah satu pilar penting dalam meningkatkan daya saing global.  Bahkan, proyek infrastruktur berskala besar seperti pembangunan jalan tol, pelabuhan, dan bandara baru dirancang untuk memangkas biaya logistik yang saat ini masih tinggi, yakni mencapai 14,29% dari PDB – masih tinggi di atas rata-rata global yang berkisar 8-10%.

“Karenanya kami mendorong pembangunan infrastruktur pendukung konektivitas di pelabuhan, bandara dan antar wilayah yang terintegrasi serta medukung antar moda transportasi terjadi salah satu faktor utama dalam mendukung target penurunan biaya logistik 8% pada tahun 2045,” ucap Mahendra.

Daya Saing

Dia menambahkan, dengan peran strategis dan kontribusi yang besar ini, industri rantai pasok dan logistik di Indonesia tidak hanya menjadi penggerak ekonomi nasional, tetapi juga kunci untuk meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global.

Sebab, kata Mahendra, transformasi digital dan kolaborasi lintas sektor akan menjadi faktor penting dalam mendorong pertumbuhan berkelanjutan di tahun 2025 serta mendukung target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 % pada tahun 2028-2029.

ALI juga melihat bahwa dinamika perdagangan global yang terus berkembang membuat ketahanan rantai pasokan menjadi faktor penting dan menjadi perhatian serius.

Mahendra mengatakan, pasca pandemi, bisnis harus bersiap menghadapi gangguan dengan mengidentifikasi tantangan utama dan membangun strategi untuk menavigasi ketidakpastian.

Pengaruh Geopolitik

Menurutnya, lanskap geopolitik tetap menjadi faktor signifikan yang memengaruhi rantai pasokan global. Konflik Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung diperkirakan akan terus memengaruhi perdagangan, dengan sanksi terhadap Rusia kemungkinan akan tetap berlaku.

Belum ada gencatan senjata resmi yang dicapai dan negosiasi antara kedua belah pihak tersebut menghadapi kendala yang cukup besar. Sanksi akan terus menargetkan bahan-bahan yang diproduksi Rusia, seperti gas, bahan bakar, dan pasokan energi lainnya.

Sementara itu, kata Mahendra, meskipun Israel-Hamas telah melakukan gencatan senjata, wilayah Laut Merah terus mengalami ketidakstabilan, yang menyebabkan jalur pelayaran menghindari Terusan Suez.

Akibatnya, operator mempertahankan layanan yang dialihkan melalui Tanjung Harapan, praktik yang akan terus berlanjut di masa mendatang. Penyesuaian ini menambah waktu dan biaya pengiriman, tetapi tetap diperlukan mengingat masalah keamanan di wilayah tersebut.

“Karenanya, bisnis yang beroperasi secara internasional harus tetap waspada terhadap perkembangan geopolitik ini. Kemampuan untuk beradaptasi dengan gangguan dan menyesuaikan strategi untuk mengamankan rute alternatif sangat penting untuk menjaga integritas dan tingkat kepastian rantai pasokan dalam situasi yang tidak stabil ini,” papar Mahendra.

Hal lain yang mempengaruhi adalah terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) meningkatkan kekhawatiran terhadap ketidakpastian ekonomi pada 2025. Salah satunya perang dagang antara AS dan China yang sempat memanas pula kala Trump memimpin 2017-2021.

Kecemasan ini diperkirakan bakal berlanjut pada tahun 2025 dengan adanya kebijakan proteksionis dan tarif perdagangan, yang akan diberlakukan Donald Trump dapat memiliki konsekuensi ekonomi di seluruh dunia termasuk Indonesia.

Kemudian, prospek pajak yang lebih tinggi yang diberlakukan pada impor ke AS , mengkhawatirkan banyak pemimpin dunia karena kebijakan yang proteksionis itu akan membuat produk impor nya lebih mahal produk domestic AS.

“Bank Dunia mengproyeksikan kenaikan 10% atau lebih tarif AS atas impor dari setiap negara, akan mengurangi pertumbuhan ekonomi global sebesar 0,2% dan juga ketidakseimbangan lalu lintas Barang yang akhirnya akan menyebabkan harga Ocean Freight melonjak,” ucap Mahendra.

Selain geopolitik, perubahan iklim terus menjadi tantangan bagi rantai pasokan, meskipun ada prediksi dampak yang lebih ringan pada tahun 2025 akibat pola cuaca La Niña.

Mahendra mengatakan, meningkatnya suhu global dan semakin seringnya kejadian cuaca ekstrem mengganggu rute transportasi, merusak infrastruktur, dan semakin seringnya kejadian cuaca ekstrem mengganggu rute transportasi, merusak infrastruktur, dan mengurangi ketersediaan bahan baku penting .

Guna memitigasi risiko ini, praktik berkelanjutan, seperti mengurangi emisi dan meningkatkan efisiensi energi, dapat lebih memperkuat ketahanan rantai pasokan.

Dengan mengadopsi inisiatif ramah lingkungan kepada industiri-industri, juga selaras dengan tuntutan regulasi yang semakin meningkat terkait tanggung jawab lingkungan.

“Langkah-langkah proaktif untuk mengatasi risiko terkait iklim tidak lagi menjadi pilihan. Perusahaan yang gagal beradaptasi, berisiko tertinggal dalam persaingan pasar global,” ujar Mahendra.

Supply Chain Risk Management

Risiko rantai pasok termasuk kategori risiko yang sering terjadi dan tentunya memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja perusahaan, oleh karena itu pengelolaan Supply Chain Risk Management sangat penting untuk diimplementasikan.

Pengelolaan risiko ini bertujuan untuk mengurangi dampak dan tingkat keterjadiaan untuk memastikan keberlangsungan usaha suatu perusahaan.

Untuk itu ALI berpandangan, bahwa digitalisasi dan Teknologi Transformasi digital menjadi pilar utama dalam pengembangan rantai pasok dan logstik global.

Teknologi seperti Artificial Intelligence (AI), Internet of Things (IoT), dan Big Data telah mengubah cara perusahaan logistik beroperasi. AI digunakan untuk memprediksi permintaan, mengoptimalkan rute pengiriman, dan meningkatkan manajemen inventory sehingga lebih akurat dan pasti.

IoT memungkinkan pemantauan real-time atas kondisi barang selama pengiriman, memastikan transparansi dan keamanan.

Big Data, di sisi lain, memberikan wawasan mendalam tentang pola konsumsi, membantu perusahaan menyesuaikan layanan sesuai kebutuhan pasar (Demand Creation).

“Otomatisasi juga menjadi faktor penting, dengan penggunaan teknologi seperti robotika di gudang untuk mempercepat proses penyortiran dan pengemasan barang. Inovasi ini meningkatkan efisiensi operasional, menekan biaya, dan mempercepat waktu pengiriman,” ucap Mahendra.

Regulasi

Ketua Dewan Pakar ALI, Nofrisel menambahkan, regulasi dan kebijakan Pemerintah merupakan salah satu tantangan besar di rantai pasok dan logstik Indonesia adalah kompleksitas regulasi dan kebijakan pemerintah.

“Kendala birokrasi, seperti proses perizinan yang lambat dan tumpang tindih antarinstansi, memperlambat operasional logistik. Selain itu, kebijakan perpajakan yang kurang fleksibel seringkali menjadi beban bagi pelaku usaha, terutama bagi UMKM yang ingin memanfaatkan layanan logistik modern,” ujar Nofrisel.

Dia menegaskan, Pemerintah memegang peran penting dalam menciptakan ekosistem logistik yang lebih kompetitif. Karenanya, simplifikasi regulasi, penerapan sistem digital untuk perizinan, dan harmonisasi kebijakan antarinstansi menjadi langkah penting yang harus dilakukan.

“Selain itu, peningkatan efisiensi dalam pemanfaatan infrastruktur logistik yang sudah ada, juga diperlukan untuk mendukung pengembangan industri ini,” ujar Nofrisel.[am]

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *