Kinerja Layanan Peti Kemas di Pelabuhan Priok Membaik, Ini Harapan GPEI

  • Share
Ketua GPEI DKI Jakarta, Irwandy MA Rajabasa

JAKARTA,Logistiknews – Kendati kinerja layanan peti kemas pada sejumlah fasilitas terminal peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok kini semakin membaik, namun para eksportir mengharapkan biaya logistik dari dan ke pelabuhan itu bisa lebih efisien lagi dari saat ini.

Ketua Gabungan Perusahaan Eksportir Indonesia (GPEI) DKI Jakarta, Irwandy MA Rajabasa mengatakan secara kinerja layanan bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok sudah lebih baik.

“Tetapi biaya logistik-nya secara keseluruhan untuk layanan eksportasi yang kami rasakan belum bisa efisien. Berbagai hambatan juga masih sering terjadi, soal kemacetan di luar pelabuhan hingga digitalisasi sistem IT terhadap layanan ekspor yang belum terintegrasi dengan semua pemangku kepentingan/stakeholders. GPEI ingin kedepanya semuanya itu bisa dibenahi supaya layanan logistik ekspor melalui pelabuhan Priok bisa efisien,” ujar Irwandy kepada Logistiknews.id, pada Sabtu malam (8/1/2022).

Dia mengatakan, GPEI bersedia memberikan masukan-masukan kepada manajemen Pelindo dan Bea Cukai jika diperlukan dalam rangka meningkatkan pergerakan eksportasi melalui pelabuhan itu.

“Termasuk bagaimana mengintegrasikan sistem yang lebih efisien antara Port, Eksportir dan Perusahaan Logistik dalam mendongkrak kinerja eksportasi,” ucapnya.

Kantor Pelayanan Utama (KPU) Bea dan Cukai Pelabuhan Tanjung Priok menyampaikan, realisasi jumlah dokumen pemberitahuan impor barang (PIB) melalui Pelabuhan Tanjung Priok sepanjang tahun 2021 sebanyak 674.277 PIB atau naik 15,71% dibandingkan pada 2020 yang tercatat 581.866 PIB.

Sedangkan jumlah dokumen pemberitahuan ekspor barang (PEB) pada 2021 sebanyak 891.316 PEB atau naik sekitar 9,8 % dibanding tahun 2020 sebanyak 814.417 PEB.

BSH dan BCH

Berdasarkan data PT Pelabuhan Indonesia Regional 2 Tanjung Priok, selama tahun 2021, kinerja layanan peti kemas pada sejumlah fasilitas terminal peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok kini semakin membaik yakni, rata-rata mencapai lebih dari 22-29 BCH, dan 59-81 BSH.

BSH adalah box ship per hour, yaitu jumlah peti kemas yang dapat dibongkar/muat oleh satu crane atau lebih pada sebuah kapal. Semakin tinggi angka BSH, semakin tinggi kualitas operasional bongkar muat, dan semakin cepat kapal dapat dilayani.

Sedangkan BCH adalah box crane per hour yakni banyaknya box peti kemas yang dihandle oleh satu Crane dalam waktu satu jam. Indikator ini lebih ditujukan untuk kepentingan pihak internal terminal.

Data Pelindo itu menyebutkan, di fasilitas IPC TPK mencapai rata-rata 22,29 BCH dan 59,75 BSH, Jakarta International Container Terminal (JICT) 25,67 BCH dan 57,29 BSH, Terminal Peti Kemas Koja 26,04 BCH dan 65,19 BSH, serta New Priok Container Terminal One (NPCT-1) 29,11 BCH dan 81,89 BSH.

Naik 8,78%

Pelindo regional 2 juga merilis realisasi arus peti kemas (througput) yang dilayani melalui Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta pada 2021 tercatat 6.750.302 twenty foot equivalent units (TEUs) atau naik 8,78% jika dibandingnya pencapaian 2020 yang tercatat 6.205.301 TEUs.

Adapun arus barang non peti kemas pada  2021 mencapai 21.908.999 Ton atau naik 11,47% dibanding tahun 2020 sebanyak 19.655.385 Ton.

Menurut General Manager Pelindo Regional 2 Tanjung Priok, Silo Santoso, pencapaian arus peti kemas selama tahun 2021 sebanyak 6,7 juta TEUs itu hampir menyamai througput di 2019 atau sebelum terjadi Pandemi Covid-19 yang mencapai sekitar 6,8 juta TEUs.

“Yang jelas kondisi througput di 2021 ini lebih baik dari tahun 2020, dan kami optimistis pada 2022 akan lebih baik lagi. Apalagi hingga Juni 2022, banyak perusahaan pelayaran yang sudah melakukan boking space layanan hampir di semua fasilitas terminal peti kemas Pelabuhan Priok,” ujarnya.(*)

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *