LOGISTIKNEWS.ID – Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) menginginkan tarif lift on-lift off (Lo-Lo) peti kemas kosong di fasilitas depo empty di luar pelabuhan seharusnya lebih murah ketimbang tarif Lo-Lo yang ada di dalam pelabuhan.
Oleh karena itu, pengawasan terhadap biaya Lo-Lo di luar pelabuhan itu perlu dilakukan lantaran menciptakan biaya logistik Indonesia menjadi lebih mahal dan itu tidak sejalan dengan keinginan pemerintah dan Presiden Joko Widodo.
Hal tersebut disampaikan Ketua Umun BPP GINSI, Capt Subandi kepada Logistiknews.id, di Jakarta pada Kamis pagi (17/3/2022).
“Selama ini yang kami persoalkan bukan komponen-nya (sepanjang ada layanannya). Di depo komponen tarif sudah clear dan gak ada permasalahan, asosiasi pengguna jasa termasuk Ginsi juga gak pernah mempermasalahkan komponen-komponen tersebut melainkan yang kami permasalahkan itu adalah tingginya biaya LoLo di Depo,” ucap Capt Bandi sambil menunjukkan bukti tagihan komponen biaya Lo-Lo di depo empty yang dinilainya memicu biaya logistik.
Berdasarkan invoice itu, ada depo empty yang mengutip Lo-Lo Rp 385.000 per kontainer ukuran 20 ft, dan ada juga yang hingga Rp 700.000 perkontainer 20 ft. Bahkan ada satu contoh tagihan Lo-Lo dari agen yang nilainya US$.45 untuk 20 ft dengan kurs yang ditetapkan mereka sebesar Rp 15.000 per dollar.
“Berarti tarif Lo-Lo empty-nya di depo mencapai Rp 675.000 per kontainer 20 ft. Padahal tarif Lo-Lo di Terminal atau pelabuhan dengan kondisi petikemas berisi (full) hanya Rp 285.500 untuk kontainer 20 ft,” ungkap Capt Subandi.(am)