LOGISTIKNEWS.ID- Gabungan importir nasional seluruh Indonesia (GINSI) mendukung dan mengapresiasi langkah tegas dari Pemerintah untuk menindak produk pakaian bekas yang berasal dari impor.
Selain merugikan industri tekstil nasional, importasi pakaian bekas merupakan hal yang dilarang sesuai Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 40 Tahun 2022 tentang Perubahan atas Permendag Nomor 18 Tahun 2021 tentang Barang Dilarang Ekspor dan Barang Dilarang Impor.
“Upaya pemerintah dan instansi terkait untuk mencegah masuknya produk pakaian bekas impor itu perlu di apresiasi. Kami (GINSI) juga mendukung Kementerian Perdagangan bisa secara konsisten bersinergi dengan berbagai instansi terkait dalam melakukan pengawasan dan penindakan terhadap importasi pakaian bekas tersebut,” ujar Wakil Ketua Umum Badan Pengurus Pusat GINSI, Erwin Taufan, melalui keterangannya pada Jumat (31/10/2025).
Dia menegaskan, upaya Pemerintahan Prabowo-Gibran dalam membenahi praktik importasi yang tidak sesuai dengan peruntukannya, saat ini telah membuahkan hasil positif dan mendorong kepastian bagi dunia usaha, khususnya industri tekstil nasional.
“Semoga komitmen ini terus dipertahankan oleh Pemerintah untuk memberikan angin segar bagi industri nasional. Kalau industri kita bisa tumbuh maka pertumbuhan ekonomi nasional yang diharapkan juga bisa terwujud,” jelas Taufan.

Berdasarkan informasi Kementerian Perdagangan, kegiatam penindakan terhadap produk pakaian bekas selama setahun pemerintahan Prabowo-Gibran dalam karung (balpres) sebanyak 21.054 bal dengan nilai mencapai Rp 120,65 miliar.
Taufan mengatakan, sebagai pelaku usaha optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bisa bergerak positif ditengah komitmen pemerintah membenahi industri dalam negeri dan usaha kecil menengah atau UMKM di tengah dinamika global yang masih penuh ketidakpastian.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2025 sedikit melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh 5,12%. Meski demikian, dia optimistis ekonomi masih pada level 5%.[am]













