JAKARTA – Salah satu alasan utama masyarakat memilih produk asing atau impor adalah pertimbangan harga. Dengan kualitas yang sama atau bahkan lebih baik, sejumlah produk asing lebih dinilai lebih terjangkau dari sisi harga ketimbang produk lokal.
Menurut Chairman Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi, rendahnya daya saing produk lokal disebabkan salah satunya yakni karena faktor masalah logistik dan rantai pasok.
Dia menyebutkan, masalah logistik pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) terjadi pada tahapan pengadaan dan penyimpanan bahan baku, serta distribusi produk jadi.
Permasalahan itu terkait skala ekonomi. Skala produksi yang kecil mengakibatkan volume pengadaan bahan baku dan pengiriman produk jadi juga kecil, sehingga biaya lebih mahal dan menurunkan daya saing.
“Para pelaku di suatu sentra UMKM perlu berkolaborasi. Selain itu, penyedia jasa logistik perlu berperan menjadi konsolidator untuk meningkatkan skala ekonomi dan mengefisienkan proses penanganan logistiknya,” ujar Setijadi, melalui siaran pers-nya baru-baru ini.
Setijadi menjelaskan rantai pasok beberapa komoditas yang panjang harus diperpendek. Selain itu, perlu pengendalian untuk mencegah aksi pelaku tertentu dalam rantai pasok yang mengambil keuntungan secara tidak proporsional.
Pembenahan rantai pasok harus secara end-to-end karena daya saing ditentukan oleh efisiensi seluruh pelaku dalam rantai pasok. Pelaku UMKM produsen makanan, misalnya, bisa terkendala mendapatkan bahan baku murah karena tingkat kerusakan komoditasnya yang tinggi sepanjang tahapan rantai pasok.
SCI memperkirakan food losses & waste untuk buah dan sayuran di Indonesia pada tahapan pasca panen sekitar 10% dan distribusi sekitar 7,5%. Secara keseluruhan food losses & waste bisa mencapai 50% yang sebagian besar terjadi pada tahap produksi dan pengolahan.
“Food losses & waste itu akan diperhitungkan sebagai biaya sehingga menurunkan daya saing produk,” ucapnya.
Supply Chain Center
SCI merekomendasikan pengembangan Supply Chain Center (SCC) di sentra-sentra UMKM atau kawasan industri oleh pemerintah maupun pihak swasta untuk peningkatan daya saing UMKM.
Setijadi mengemukakan, salah satu tujuan utamanya adalah meningkatkan skala ekonomi, baik dalam pengadaan bahan baku, penyimpanan persediaan, hingga pengiriman produk jadi. SCC juga mengelola fasilitas bersama (sharing facilities) seperti pergudangan dan armada transportasi.
Lebih dari pusat logistik (logistics center), SCC tidak hanya menangani bahan/barang, tetapi juga informasi, jasa, dan uang yang akan meningkatkan produktivitas dan daya saing UMKM. Berbagai pelatihan dan permodalan, misalnya, bisa dikelola oleh SCC itu.
Pengembangan SCC harus melibatkan para pemangku kepentingan, yaitu pemerintah pusat (melalui kementerian/lembaga terkait), pemerintah daerah, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga penelitian dan pelatihan, serta pegiat UMKM.(Lognews)