JAKARTA – Pelaku usaha pelayaran nasional merespon Supply Chain Indonesia (SCI) yang mensinyalir bahwa pelayaran domestik akan memberlakukan sistem floating booking space khusus untuk pengiriman kontainer mulai Januari 2022.
Direktur Operasi PT Temas Line Tbk, Capt Japie E Tasijam, mengemukakan kondisi saat ini unit-unit kontainer untuk domestik masih mencukupi alias tidak kurang, dan hanya kapal-kapalnya saja yang berkurang lantaran beberapa diantaranya dioperasikan di rute internasional.
“Dalam kondisi sulit seperti sekarang, kalau tujuannya adalah kecepatan dan Kelancaran distribusi barang atau komoditi. Karena kapal yang kurang maka Shipping Line tidak bisa sendiri mengatasinya, harus ada keterlibatan pihak-pihak terkait seperti Pelindo dan Otoritas Pelabuhan. Misalnya, kapal harus langsung sandar, perlu peningkatan kecepatan bongkar/muat di pelabuhan tujuan sehingga kapal cepat balik ke pelabuhan pangkal untuk dapat muat kembali,” ujar Capt Japie kepada logistiknews.id, pada Senin (13/12/2021).
Dia juga memberikan solusi kepada pelaku usaha logistik untuk mengatasi hal tersebut, yakni supaya pelaku jasa logistik bisa memilih kapal-kapal jenis general cargo/ breakbulk.
Kendati begitu, kata dia, memang ada sedikit resiko terhadap kondisi muatan yang tidak menggunakan kontainer/kapal Kontainer antara lain; waktu bongkar muat lama, kargo rentan terhadap kerusakan, pelabuhan yang tidak memiliki gudang penyimpanan. Dengan begitu, maka kargo atau komoditi yang dibongkar harus langsung ke fasilitas gudang penerima.
“Atau perusahaan logistik bisa bekerjasama dengan Shipping Line yang memiliki kontainer untuk dapat memakai kontainer nya. Bisa juga dengan cara menyewa kontainer di perusahaan Leasing dan nantinya dimuat di kapal General Cargo, walaupun kapal tersebut tidak bisa muat full kapasitas,” ucap Capt Japie.
Sebelumnya, Senior Consultant Supply Chain Indonesia (SCI) Sugi Purnoto mangatakan, beberapa perusahaan pelayaran domestik akan memberlakukan sistem floating booking space khusus untuk pengiriman kontainer mulai Januari 2022.
Sistem tersebut diberlakukan pelayaran nasional kepada para pelanggannya baik yang melakukan booking langsung ke pelayaran maupun yang melalui jasa forwarder nasional.
Sugi mengatakan sistem itu menyulitkan para pelaku logistik terutama perusahaan jasa logistik terintegrasi (3PL) dan pengguna yang tidak menggunakan jasa 3PL, karena tidak ada jaminan ruang (space) dan rencana booking untuk pengiriman kontainer antar pulau.
Sistem floating booking space berpotensi berdampak terhadap peningkatan tarif pengangkutan kontainer karena kontainer tersedia tetapi ruang di kapal tidak tersedia.
Sugi menjelaskan pada periode antara awal hingga akhir 2021 terjadi kenaikan tarif yang tinggi. Untuk kota-kota strategis dengan volume kontainer yang cukup besar seperti Makassar terjadi kenaikan antara 30-80 persen dan Medan antara 30-60 persen.
“Kenaikan tarif yang terjadi sejak triwulan II – 2021 itu kemungkinan berlanjut pada tahun 2022,” ucap Sugi.(am)