GPEI, Depalindo & Apindo Audiensi dengan Menhub

  • Share
Ketua Umum Depalindo Toto Dirgantoro, Ketua Apindo Mintardjo, Ketua GPEI Benny Soetrisno, saat beraudiensi dengan Menhub Budi Karya Sumadi dan Dirjen Hubla Kemenhub Arif Toha.

LOGISTIKNEWS.ID – Dewan Pemakai Jasa Angkutan Logistik Indonesia (Depalindo), Apindo dan Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) beraudiensi dengan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Dirjen Perhubungan Laut Kemenhub Arif Toha, dalam rangka memberikan masukan komprehensif terkait kelancaran arus barang dan logistik serta mendorong pertumbuhan ekspor.

Ketua Umum Depalindo Toto Dirgantoro mengatakan dalam audiensi yang berlangsung pada Senin (15/8/2022) di Kemenhub itu, pihaknya menyampaikan berbagai masukan atas persoalan kelancaran arus barang dan logistik, prihal tarif-tarif layanan di pelabuhan serta upaya mendorong ekspor nasional.

“Dalam audiensi itu kami memberikan masukan demi perbaikan-perbaikan dalam rangka mendorong ekspor guna memacu pertumbuhan perekonomian nasional,” ucapnya pada Selasa (16/8/2022).

Toto mengatakan saat ini beban biaya logistik terhadap ekspor nasional masih sangat tinggi yakni rata-rata mencapai 15-20%.

“Harapannya beban biaya logistik itu bisa dipangkas lagi sehingga bisa lebih meningkatkan daya saing ekspor kita,” paparnya.

Sementara itu, Ketua Umum GPEI Benny Soetrisno mengatakan, pertumbuhan ekspor nasional hingga saat ini masih dinamis, dan kedepannya diharapkan bisa terjadi lompatan-lompatan pertumbuhan ekspor yang signifikan.

Dia mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), yang menyebutkan bahwa secara kumulatif nilai ekspor Indonesia Januari–Juli 2022 mencapai US$166,70 miliar atau naik 36,36 persen dibanding periode yang sama tahun 2021. Sementara ekspor nonmigas mencapai US$157,55 miliar atau naik 36,45 persen.

BPS juga mencatat bahwa nilai ekspor Indonesia pada Juli 2022 mencapai US$25,57 miliar atau turun 2,20 persen dibanding ekspor Juni 2022. Namun jika dibandingkan dengan Juli 2021 nilai ekspor naik sebesar 32,03 persen.

Adapun ekspor nonmigas pada Juli 2022 mencapai US$24,20 miliar, turun 1,64 persen dibanding Juni 2022, dan naik 31,58 persen dibanding ekspor nonmigas pada Juli 2021.

Penurunan terbesar ekspor nonmigas Juli 2022 terhadap Juni 2022 terjadi pada komoditas besi dan baja sebesar US$257,4 juta (11,51 persen), sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada bahan bakar mineral sebesar US$354,2 juta (6,86 persen).

Sedangkan menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan selama periode Januari–Juli 2022 naik 24,62 persen dibanding periode yang sama tahun 2021, demikian juga ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan naik 14,93 persen dan ekspor hasil tambang dan lainnya naik 104,59 persen.

Ekspor nonmigas Juli 2022 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu US$5,03 miliar, disusul Amerika Serikat US$2,51 miliar dan India US$2,26 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 40,50 persen. Sementara ekspor ke ASEAN dan Uni Eropa (27 negara) masing-masing sebesar US$4,68 miliar dan US$1,88 miliar.

Adapun menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari–Juli 2022 berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$22,53 miliar (13,52 persen), diikuti Kalimantan Timur US$19,67 miliar (11,80 persen) dan Jawa Timur US$14,86 miliar (8,92 persen).

IMPOR

BPS juga melaporkan bahwa nilai impor Indonesia pada Juli 2022 mencapai US$21,35 miliar, naik 1,64 persen dibandingkan Juni 2022 atau naik 39,86 persen dibandingkan Juli 2021.

Adapun impor migas Juli 2022 senilai US$4,46 miliar, naik 21,30 persen dibandingkan Juni 2022 atau naik 148,38 persen dibandingkan Juli 2021.

Sedangkan impor nonmigas pada Juli 2022 senilai US$16,89 miliar, turun 2,53 persen dibandingkan Juni 2022 atau naik 25,41 persen dibandingkan Juli 2021.

Peningkatan impor golongan barang nonmigas terbesar Juli 2022 dibandingkan Juni 2022 adalah logam mulia dan perhiasan/permata US$193,7 juta (62,51 persen). Sedangkan penurunan terbesar adalah mesin/peralatan mekanis dan bagiannya US$175,6 juta (6,28 persen).

Tercatat ada tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari–Juli 2022, yakni Tiongkok US$38,02 miliar (33,47 persen), Jepang US$9,85 miliar (8,67 persen), dan Thailand US$6,78 miliar (5,97 persen). Impor nonmigas dari ASEAN US$19,69 miliar (17,33 persen) dan Uni Eropa US$6,32 miliar (5,56 persen).

Adapun menurut golongan penggunaan barang, nilai impor Januari–Juli 2022 terhadap periode yang sama tahun sebelumnya terjadi peningkatan pada barang konsumsi US$734,3 juta (7,05 persen), bahan baku/penolong US$26.153,7 juta (32,43 persen), dan barang modal US$4.339,1 juta (28,48 persen).[am]

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *