LOGISTIKNEWS.ID – Upaya menggerakkan ekonomi nasional melalui sektor perdagangan terus mengalami kemajuan berarti. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menyampaikan surplus neraca perdagangan Indonesia kembali terjadi pada Juli 2022 dengan nilai sebesar USD 4,23 miliar.
Surplus ini melanjutkan tren surplus yang dialami sejak Mei 2020. Geliat ekonomi nasional semakin positif.
“Surplus perdagangan bulan Juli 2022 sebesar USD 4,23 miliar ini disumbang oleh surplus perdagangan nonmigas sebesar USD 7,31 miliar, sedangkan neraca perdagangan migas defisit USD 3,08 miliar. Surplus perdagangan di bulan Juli 2022 melanjutkan tren surplus yang dialami sejak Mei 2020 atau tepatnya selama 26 bulan terakhir,” ungkap Mendag Zulkifli Hasan, melalui siaran pers-nya dikutip Kamis (18/8/2022).
Mendag Zulkifli Hasan juga menyampaikan, surplus neraca perdagangan secara kumulatif selama periode Januari–Juli 2022 mencapai USD 29,17 miliar. Surplus ini ditopang oleh surplus sektor nonmigas USD 43,93 miliar, sementara defisit sektor migas sebesar USD 14,76 miliar.
Negara-negara mitra dagang yang menjadi penyumbang surplus terbesar di sektor nonmigas di bulan Juli 2022 yaitu India dengan surplus perdagangan bagi Indonesia sebesar USD 1,44 miliar.
Selanjutnya diikuti Amerika Serikat, Filipina, Jepang, dan Taiwan yang berkontribusi terhadap surplus neraca perdagangan secara keseluruhan sebesar USD 3,84 miliar.
Sementara itu, negara-negara yang menjadi penyumbang defisit perdagangan terbesar yaitu Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Singapura, dan Australia dengan total keseluruhan mencapai USD 2,14 miliar.
Menanggapi perkembangan kondisi global saat ini, Mendag Zulkifli Hasan menekankan adanya hal yang perlu diwaspadai Indonesia.
“Walaupun performa neraca perdagangan kembali positif, kita perlu mewaspadai ketegangan yang terjadi antara RRT dan Taiwan mengingat kedua negara tersebut merupakan mitra dagang utama Indonesia untuk keperluan industri,” jelas Mendag Zulkifli Hasan.
Ekspor Pertanian Meningkat
Kinerja ekspor Indonesia pada Juli 2022 mencapai USD 25,57 miliar, atau turun 2,20 persen dibandingkan dengan ekspor bulan sebelumnya (Month on Month/MoM). Secara kumulatif, ekspor selama periode Januari—Juli 2022 mencapai USD 166,70 miliar, atau naik 36,36 persen dibanding periode yang sama tahun 2021.
Kinerja ekspor yang menurun di bulan Juli 2022 dipicu oleh turunnya ekspor sektor migas sebesar 11,24 persen (MoM) dan industri pengolahan yang turun sebesar 4,45 persen (MoM).
Namun demikian, ekspor sektor pertanian masih menunjukkan kenaikan sebesar 4,27 persen (MoM), begitu pula dengan sektor pertambangan yang meningkat sebesar 6,61 persen (MoM).
Mendag menyampaikan, beberapa produk nonmigas yang mengalami peningkatan signifikan di bulan Juli 2022 yaitu pulp dari kayu (HS 47) dengan peningkatan sebesar 48,54 persen (MoM); tembakau dan rokok (HS 24) sebesar 14,48 persen (MoM); bahan kimia anorganik (HS 28) sebesar 9,87 persen (MoM); tembaga dan produknya (HS 74) sebesar 8,34 persen (MoM); kopi, teh, dan rempah (HS 09) sebesar 7,40 persen (MoM); serta lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15) sebesar 5,31 persen (MoM).
“Khusus untuk kenaikan ekspor produk lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15) sebesar 5,31 persen atau senilai USD 3,56 miliar, hal ini merupakan dampak dari sejumlah kebijakan yang dikeluarkan pemerintah,” ucap Mendag.[am]