LOGISTIKNEWS.ID – Operator truk logistik mengemukakan, adanya direct cal (layanan langsung pengapalan) Jakarta-Amerika Serikat dengan kapal peti kemas terbesar berkapasitas 16 ribu TEUs melalui Pelabuhan Tanjung Priok menandai kepercayaan dunia global terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini.
“Ini nenunjukkan kepercayaan dunia internasional terhadap Pelabuhan Tanjung Priok dan perdagangan serta ekonomi Indonesia. Sehingga kita patut mensyukurinya,” ujar Ketua Umum DPP Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Gemilang Tarigan, kepada Logistiknews.id, pada Selasa pagi (1/11/2022).
Oleh sebab itu, ujar Gemilang, kita (khususnya eksportir nasional) harus mampu memanfaatkan peluang ini lantaran penggunaan kapal besar lebih murah ocean freight-nya karena telah diperhitungkan dibagi banyaknya jumlah kontainer yang diangkut.
Pada Senin (31/10/2022) direct call (layanan langsung) rute Jakarta – Amerika Serikat oleh CMA CGM Columbus JAX (JAX) berkapasitas 16.000 twenty foot equivalent units (TEUs), bersandar di Jakarta International Container Terminal (JICT) pelabuhan Tanjung Priok. Direct call tersebut untuk memfasilitasi perdagangan ekspor antara Indonesia dengan Amerika Serikat.
“Ini juga menunjukkan bahwa pelabuhan di Indonesia, terbukti mampu dari sisi kedalaman kolam dan dermaganya menghandle kapal besar, dan dari sisi fasilitis setara dengan pelabuhan internasional lainnya. Kita bangga atas hal ini,” ucap Gemilang.
Menurutnya, kehadiran kapal peti kemas jumbo tersebut tentunya sudah diperhitungkan komprehensif oleh perusahaan pelayaran operator kapal tersebut dan meyakini akan mendapatkan muatan sesuai harapan, sehingga kapal tersebut mau masuk.
Jika volume muatan ekspor bisa sesuai dengan yang diharapkan operator kapal Jumbo,, imbuhnya, kondisi itupun akan berdampak langsung pada kegiatan pengangkutan kontainer disisi darat yang dilakukan trucking.
“Secara tidak langsung muatan kapal didistribusikan trucking. Jika kapasitas kapal banyak maka banyak pula yang diangkut oleh truk, dan ini juga peluang bagi operator truk logistik yang menjadi pendukung pelabuhan Priok,” tuturnya.
Selama ini, kata Gemilang Tarigan, window time untuk ekspor sekitar lima hari, namun untuk kapal jumbo berkapasitas 16 ribu TEUs tentu window time-nya akan lebih panjang, sehingga eksportir memiliki lebih banyak waktu dalam pengapalan.
“Selama ini eksportir membaca untuk satu kapal berukuran dibawah 6000-an TEUs itu 5 hari atau 120 jam window time-nya. Dengan adanya kapal jumbo seperti ini maka bagi eksportir yang jumlah kontaineenya besar, hal ini peluang karena window time-nya lebih lama. Sementara kalau layanan impor dengan volume besar di kapal itu mesti diatur distribusi sisi daratnya supaya tidak menimbulkan kemacetan,” paparnya.
Gemilang juga mengatakan dengan hadirnya kapal jumbo tersebut menandakan isue kelangkaan kontainer dan keterbatasan space kapal yang sempat terjadi beberapa waktu lalu, kini sudah tidak ada lagi.
Sebagaimana diketahui, Kapal Alexander Von Humboldt berukuran 16.000 TEUs milik CMA CGM bersandar di Pelabuhan Tanjung Priok pada Senin (31/10). Sandarnya kapal besar tersebut menjadi tanda bahwa pelabuhan Indonesia diminati oleh para operator pelayaran untuk melayani perdagangan internasional.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi yang meninjau langsung kedatangan kapal itu mengatakan bahwa Pemeeintah terus mendorong para pemangku kepentingan di sektor pelayaran untuk terus melakukan upaya-upaya efisiensi biaya logistik di Indonesia.
Pemerintah juga memastikan akan memaksimalkan peran Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dan Patimban, Subang, Jawa Barat. Khususnya dalam mengembangkan pelabuhan hub logistik di Indonesia.
“Dengan hadirnya kapal besar yang melakukan direct call atau pelayaran langsung, tanpa singgah ke pelabuhan lain dari pelabuhan Indonesia ke pelabuhan tujuan, maka biaya logistik kita semakin murah, sehingga daya saing Indonesia juga akan semakin meningkat,” ujar Menhub.[am]