Memacu Konektivitas Rantai Pasok Global & Pengembangan UMKM

  • Share
Ketua Umum DPP ALFI, Yukki Nugrahawan Hanafi

LOGISTIKNEWS.ID – Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi mengungkapkan pelaksanaan G20 dan B20 Indonesia banyak memberikan manfaat dan peluang untuk menarik banyak investasi ke Indonesia, termasuk di sektor logistik dalam pengembangan rantai pasok/supply chain global.

Untuk terus memastikan konektivitas rantai pasok global, Presidensi Indonesia di G20 bahkan memperkenalkan concrete deliverables atau daftar proposal proyek, program atau inisiatif nyata sebagai pendekatan baru untuk mencapai tujuan tersebut.

“Soal mata rantai pasok atau supply chain global itu juga menjadi pembicaraan di ajang G20 dan B20 itu. Apalagi<span;> Indonesia berhasil menunjukkan kepada dunia keberhasilan menjaga surplus neraca dagang dalam kurun waktu 22 bulan berturut-turut sejak Mei 2020 di tengah penyebaran COVID-19.Keberhasilan ini tentu semakin membuka peluang untuk menarik investor dunia menanamkan modalnya di Indonesia, terutama di sektor logistik yang pulih lebih cepat dibandingkan sektor lain,” ujar Yukki melalui keterangan pers-nya pada Selasa (22/11/2022).

Yukki menegaskan, industri logistik adalah yang paling awal terdampak pandemi. Tapi kita juga yang paling cepat recovery.

Namun begitu, imbuhnya, sektor logistik dan transportasi Indonesia termasuk dalam mata rantai pasok global sehingga pemulihannya memerlukan kolaborasi untuk dapat berhasil, misalnya dengan dengan kolaborasi bersama perusahaan informasi teknologi (IT) yang menopang industri logistik.

Misalnya, kata Yukki yang juga menjabat Chairman Asean Federation of Forwarders Association (AFFA) itu, bahwa selain menyangkut IT,  kolaborasi juga bisa dilakukan bisa dengan memanfaatkan fasilitas logistik yang belum dioperasikan secara optimal supaya produk nasional mampu berdaya saing global.

Yukki mengemukakan, Pemerintah RI terus memperbaiki masalah logistik dan rantai pasokan nasional agar menjadi efektif dan efisien dengan menempuh empat cara.

Pertama, dengan memprioritaskan bangunan infrastruktur dalam proyek strategis nasional mulai dari jalan, rel kereta api pelabuhan serta bandar udara untuk menjamin akses pasokan nasional terus terhubung.

Kedua, Indonesia terus mengembangkan kawasan ekonomi khusus untuk meningkatkan konektivitas antar pemangku kepentingan logistik.

Ketiga, pengembangan sistem digital yang terintegrasi dengan platform ekonomi logistik nasional, meliputi lalu lintas barang dan dokumen hingga daftar pelanggan.

Keempat, Indonesia sejauh ini telah mendorong peningkatan logistik dengan e-commerce dan inisiasi dari perusahaan start up untuk dapat berkolaborasi menjangkau logistik market place.

Kadin Pacu UMKM

Yukki yang juga WKU Kordinator Kadin Indonesia Bidang Organisasi, Hukum dan Informasi, yang turut menghadiri helatan akbar G20 dan B20 di Bali, Indonesia itu mengemukakan, perlunya kolaborasi dan sinergi antara pemerintah, swasta, dan pelaku UMKM (usaha mikro, kecil menengah) guna membuka peluang UMKM yang naik kelas dengan bantuan permodalan, pendampingan usaha hingga akses pasar.

Pelaksanaan G20 dan B20 di Bali ini merupakan momentum untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia merupakan negara besar.

Yukki mengatakan, saat ini dunia tengah menghadapi berbagai tantangan mulai dari transisi energi, serta ancaman berbagai krisis seperti ekonomi, pangan, kesehatan, hingga persoalan lainnya.

“Oleh karena itu, kita terus mendorong model pengembangan UMKM di Indonesia yang agar semakin kuat dan meluas pada tataran global,” ujar Yukki.

Seperti diketahui, Presidensi G20 Indonesia yang telah resmi ditutup Presiden Joko Widodo pada pekan lalu itu berhasil menghasilkan deklarasi bersama yang dinamai G20 Bali Leaders’ Declaration.

KTT G20 juga menghasilkan sejumlah capaian konkret. Capaian tersebut, antara lain, terbentuknya pandemic fund yang mencapai 1,5 miliar Dolar Amerika Serikat (AS).

Capaian lainnya adalah pembentukan dan operasionalisasi resilience and sustainability trust (RST) di bawah Dana Moneter Internasional (IMF) sejumlah 81,6 miliar Dolar AS untuk membantu negara-negara yang menghadapi krisis.

Capaian lain terkait energy transition mechanism di mana Indonesia memperoleh komitmen dari just energy transition partnership (JETP) sebesar 20 miliar Dolar AS.(*)

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *