Eksportir Nasional dan Kemendag Bahas Akselerasi Ekspor & Antisipasi Resesi Global 2023

  • Share
Para Pengurus Asosiasi/Himpunan Eksportir melakukan Audiensi dengan Ditjen Perdagangan Luar Negeri Kemendag, pada Rabu (7/12/2022).

LOGISTIKNEWS.ID – Peluang dan tantangan kinerja eksportir nasional ditengah persaingan saat ini dan ancaman resesi global pada 2023, menjadi perhatian serius kalangan dunia usaha khususnya para eksportir.

Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno yang didampingi Sekjen GPEI Toto Dirgantoro dan Ketua Bidang Fasilitasi Perdagangan GPEI Achmad Ridwan Tentowi, saat melakukan audiensi dengan Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri / Daglu Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan jajarannya.

Dalam audiensi yang dilakukan pada Rabu (7/12/202) itu, para asosiasi eksportir diterima oleh Plt Dirjen Daglu Kemendag yang juga menjabat Direktur Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Didi Sumedi, dan jajarannya.

Audiensi juga turut dihadiri kalangan asosiasi eksportir dari himpunan industri mebel, rumput laut, otomotif (Toyota), Apindo serta beberapa asosiasi eksportir komoditi lainnya.

Selain membahas upaya peningkatan ekspor pada tahun depan, para asosiasi eksportir nasional juga menginginkan langkah konkret dalam menekan biaya logistik dalam rangka meningkatkan ekspor nasional di tengah ancaman krisis global pada 2023.

“Asosiasi pelaku usaha eksportir telah menyampaikan berbagai masukan yang komprehensif kepada Pemerintah bagaimana upaya kita bersama untuk terus memacu kinerja ekspor nasional,” ujar Benny.

Eksportir Nasional melakukan Pembahasan dengan Kemendag dalam rangka memacu kinerja ekspor dan mengantisipasi ancaman resesi global 2023.

Sekjen GPEI Toto Dorgantoro, mengatakan, pada kesempatan itu, juga dilakukan penyerahan buku kepada Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kemendag tentang monitoring agrement dengan berbagai negara, yang menyoroti apakah Indonesia diuntungkan atau justru dirugikan dengan adanya berbagai perjanjian perdagangan internasional selama ini.

“Sebab dari kajian dan analisa kami, kinerja perdagangan kita justru mengalami defisit dengan adanya berbagai agrement itu, seperti kinerja dagang dengan Australia dan China. Hal-hal seperti inilah yang perlu sama-sama kita pertimbangkan kembali,” ucap Toto.

Dalam audiensi itu, juga akan ditindaklanjuti dengan membentuk forum bersama para asosiasi eksportir dan pemerintah cq Kemendag yang direncanakan mulai efektif pada Januari 2023.

“Forum tersebut untuk mengkordinasikan dan menyelesaikan masalah maupun hambatan ekspor yang ada sehingga bisa lebih cepat terselesaikan,” ujar Toto.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari s/d Oktober 2022 mencapai US$244,14 miliar atau naik 30,97 persen dibanding periode yang sama tahun 2021. Sementara ekspor nonmigas mencapai US$230,62 miliar atau naik 30,61 persen.

Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari s/d Oktober 2022 itu berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$ 32,52 miliar (13,32 persen), diikuti Kalimantan Timur US$ 30,11 miliar (12,33 persen), dan Jawa Timur US$ 20,82 miliar (8,53 persen).[*]

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *