LOGISTIKNEWS.ID – Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) menyoroti kegiatan identifikasi barang impor pada fasilitas laboratorium di Balai Pengujian dan Identifikasi Barang (BPIB) yang merupakan unit pelayanan teknis di bawah Direktorat Jenderal Bea Cukai. Saat ini setidaknya ada tiga BPIB antara lain di Jakarta, Surabaya dan Medan.
“Namun kinerja fasilitas laboratorium ini sangat ‘abu-abu’ atau lama proses layanannya yang diduga karena tidak ada pengawasan baik internal maupun eksternal. Yang kami rasakan sampai sekarang ini tidak ada pihak yang bisa dimintakan penjekasan tentang berapa lama suatu produk di periksa. Padahal laboratorium untuk kepentingan kesehatan manusia saja, saat ini sudah bisa cepat di ketahui,” ujar Ketua Umum BPP GINSI Capt Subandi, pada Selasa (11/7/2023).
Menurutnya, selain membuat biaya logistik importasi membengkak, ketidakjelasan waktu proses penyelesaian di laboratorium itu bisa jadi area ‘abu-abu’ yang berpotensi dimanfaatkan para importir ‘nakal’ demi meloloskan barang yang di uji dan atau agar pengujian atas barangnya di percepat.
“Mengingat kinerja laboratorium itu tidak memiliki standart waktu tertentu sehingga menyulitkan pelaku usaha bahkan tidak efisien. Hal inilah yang bisa membuat biaya logistik atas barang impor yang di periksa di fasilitas itu menjadi membengkak akibat lambat pemeriksaanya karena tidak ada target waktu yang di tetapkan,” ucap Subandi.
Dia mengungkapkan hal tersebut lantaran adanya keluhan dan laporan sejumlah anggota GINSI di DKI Jakarta. Bahkan sudah beberapa minggu terakhir belum menerima hasil dari proses laboratorium barangnya. Bahkan, merekapun (importir) kesulitan menanyakan permasalahanya ke pihak Laboratorium tersebut.
“Siapa yang mengawasi kinerja laboratorium yang notabene salah satu fasilitas vital dibidang importasi itu. Kalau tak diawasi komprehensif bisa bikin proses importasi sangat lama dan tidak efisien sehingga ujung-ujungnya merugikan pelaku udaha karena harus membayar lebih banyak biaya penumpukan barng/kontainer di pelabuhan maupun demurage container,” tegas Capt Bandi.[am]