Dua Tahun Merger Pelindo: Fokus Mengemas Layanan Petikemas World Class

  • Share
Terminal Petikemas Teluk Lamong (Photo:Akhmad Mabrori/Logistiknews.id)

LOGISTIKNEWS.ID – Jarum jam menunjukkan pukul 14.20 WIB, saat penulis tiba di fasilitas Terminal Petikemas Teluk Lamong (TTL) Surabaya pada Rabu (6/9/2023).

Penulis berkesempatan melihat langsung aktivitas bongkar muat petikemas dari kapal Hyundai Forward Majuro di terminal tersibuk yang dikelola PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) di Provinsi Jawa Timur itu.

Sebagai terminal yang mengusung tagline ‘Smart & Green Port’, Terminal Petikemas Teluk Lamong bisa dibilang sudah mumpuni dalam memberikan kepuasan layanan kepada pelanggan sebagai terminal berstandar kelas dunia atau world class.

Semua layanan jasa kepelabuhan TTL secara end- to end telah tertata rapi, proses bongkar muat berlangsung cepat, bahkan kontrol layanan sudah dikendalikan lewat sistem informasi dan teknologi canggih di automatic stucking crane room (ACC Room).

Baca Juga : ALFI : Merger Pelindo dan Kolaborasi Swasta bisa Perkuat Supply Chain & Logistik di RI

Baca Juga : SPTP Paparkan Transformasi Layanan Petikemas Pasca Merger Pelindo ke APBMI

Sekilas potret layanan di TTL itu merupakan salah satu capaian keberhasilan Pelindo dalam mentransformasi bisnis pelayanan petikemas pacsa penggabungan atau merger BUMN kepelabuhanan itu dalam dua tahun terakhir ini.

Hingga dititik ini, transformasi yang dilakukan Pelindo memang tidaklah mudah. Selain perlu dilakukan berkesinambungan, ada belasan fasilitas terminal petikemas lainnya dilingkup kelolaan BUMN itu di seluruh Indonesia yang saat ini juga ditransformasi untuk mencapai standarisasi layanan serupa guna mengakomodir harapan pengguna jasa untuk memberikan layanan yang cepat, efisien dan akurat.

Pasca merger Pelindo resmi dilakukan akhir 2021 lalu, memang telah dilakukan perubahan substansial pada model operasi bisnisnya untuk meraih nilai tambah maksimal dengan membentuk empat subholding yakni: Subholding Pelindo Terminal Petikemas (SPTP), Subholding Pelindo Multi Terminal (SPMT), Subholding Pelindo Jasa Maritim (SPJM), dan Subholding Pelindo Solusi Logistik (SPSL). Adapun, layanan petikemas, kini dikendalikan sepenuhnya oleh SPTP.

Wilayah kerja SPTP pasca merger meliputi Terminal Petikemas (TPK) Belawan, TPK Perawang, TPK Semarang, TPK Nilam, TPK Bagendang, TPK Bumiharjo, TPK Banjarmasin, TPK Tarakan, TPK Pantoloan, TPK New Makassar, TPK Kendari, TPK Bitung, TPK Ternate, TPK Ambon, TPK Kupang, TPK Sorong, TPK Jayapura, TPK Merauke.

Selain itu, SPTP  membawahi sejumlah anak Perusahaan yakni; PT Prima Multi Terminal, PT Prima Terminal Petikemas, PT IPC Terminal Petikemas Teluk Bayur, PT IPC Terminal Petikemas Jambi, PT IPC Terminal Petikemas Palembang, PT IPC Terminal Petikemas Panjang, PT IPC Terminal Petikemas Priok, PT Terminal Petikemas Surabaya, PT Berlian Jasa Terminal Indonesia, PT Terminal Teluk Lamong, PT IPC Terminal Petkemas Pontianak, dan PT Kaltim Kariangau Terminal.

Setelah merger Pelindo, cukup banyak hasil improvement yang telah dirasakan pengguna jasa petikemas (perusahaan pelayaran, cargo owners, maupun perusahaan forwarder) lantaran respon cepat dan action Pelindo atas keluhan dan persoalan saat ini, hanya perlu bicara kepada satu entity saja yakni SPTP.

Hal tersebut diakui kalangan customer yang mewakili manajemen Temas Port Capt Japie E Tasijam maupun dari Ketua DPW Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Jawa Timur, Sebastian Wibisono yang secara terpisah ditemui Penulis pada Rabu (6/9/2023).

“Sekarang kalau bicara urusan petikemas, bagi kami customer merasakan sangat efisien dampak transformasi yang dilakukan oleh Pelindo melalui Subholding Terminal Petikemas. Dari sisi komunikasi misalnya, jika ada keluhan atau hal-hal yang menjadi masalah dilapangan, customer hanya cukup menghubungi pihak SPTP. Sedangkan kalau sebelumnya lumayan banyak yang mesti kami kordinasikan sehubungan hal itu di Pelabuhan,” ungkap Capt Japie.

Baca Juga : TTL dukung Akselerasi Inovasi & Strategi Pembangunan Sektor Transportasi

Pandangan senada diutarakan Sebastian Wibisono. Menurutnya, sudah banyak kemajuan transformasi yang dilakukan oleh Pelindo termasuk dari sisi digitalisasi layanannya.

Pelindo pasca merger, dinilainya kini sangat komunikatif dengan pelaku usaha terkait respon keluhan yang dialami customer.

Karenanya, Wibi selaku pelaku usaha logistik berharap harmonisasi hubungan antar penyedia dan pengguna jasa pelabuhan bisa terus terjalin sehingga merger Pelindo bisa menciptakan efort layanan pelabuhan dan logistik yang lebih baik ke pengguna jasa.

Ketua DPW ALFI Jawa Timur, Sebastian Wibisono (Photo:Akhmad Mabrori/Logistiknews.id)

Berdasarkan data SPTP 2023, salah satu hasil nyata merger Pelindo di bidang operasional layanan petikemas adalah adanya peningkatan kinerja dan produktivitas di sejumlah pelabuhan.

Dimana peningkatan produktivitas bongkar muat petikemas diukur dengan parameter boks per kapal per jam (BSH) & pengurangan port stay (waktu tunggu sandar kapal di pelabuhan) yang diukur dengan jumlah jam ataupun hari.

Di pelabuhan Belawan misalnya, saat ini bok/ship/hour (BCH)-nya mencapai 61 BCH dari sebelumnya 20 BCH. Di Makassar dari 20 BCH menjadi 63 BCH, Ambon yang sebelumnya 12 BCH kini 35 BCH, Sorong sebelumnya 10 BCH menjadi 34 BCH, Nilam dari 25 BCH menjadi 58 BCH, Jayapura dari 18 BCH menjadi 52 BCH, Pantoloan dari 22 BCH menjadi 35 BCH, Tarakan dari 12 BCH menjadi 21 BCH, dan Perawang yang sebelumnya 8 BCH kini 32 BCH.

Begitupun dengan port stay atau lamanya kapal bersandar di pelabuhan yang mengalami penurunan signifikan pasca merger Pelindo yang pada Oktober 2023 ini genap berusia dua tahun.

Jika di pelabuhan Belawan rata-rata port stay sebelumnya mencapai 55 jam kini turun drastis hanya menjadi 32 jam. Di Makassar yang sebelumnya 38 jam kini menjadi 22 jam, Ambon yang sebelumnya 37 jam menjadi hanya 24 jam, Sorong sebelumnya 72 jam menjadi 24 jam, Nilam sebelumnya 21 jam kini menjadi 18 jam, Jayapura dari 36 jam menjadi 17 jam, Pantoloan sebelumnya 16 jam menjadi 15 jam, Tarakan dari 31 jam menjadi 27 jam, dan Perawang dari 35 jam turun menjadi 19 jam.

Baca Juga : Peti Kemas Pelindo kian Tumbuh Pasca Merger, Kini Capai 17,2 Juta TEUs

Menurut Dirut Subholding Pelindo Terminal Petikemas (SPTP) M Adji, program standarisasi operasional pelabuhan pasca merger Pelindo yang terus dilakukan hingga saat ini terbukti efektif meningkatan produktivitas bongkar muat petikemas (BSH) maupun pemangkasan port stay.

Hal ini sekaligus memberikan benefit bagi customer berupa penghematan biaya operasional kapal dan durasi pengiriman yang lebih cepat.

“Adapun bagi Pelindo, menciptakan efisensi biaya operasional bongkar muat dan potensi peningkatan trafik kapal,” ujarnya kepada Penulis saat ditemui diruang kerjanya pada Rabu (6/9/2023).

Makanya, SPTP optimistis fokus mewujudkan visinya menjadi operator terminal petikemas terkemuka berkelas dunia atau world class melalui upaya standarisasi layanan, optimalisasi aset termasuk melakukan relokasi peralatan lintas wilayah. Kemudian melakukan optimalisasi hub  & spoke dan program tol laut, serta eksplorasi kerjasama untuk pengembangan domestik dan internasional transhipment hub petikemas.

Dirut SPTP, M.Adji (kanan) didampingi Dirut TTL David P Sirait (kiri) saat memberikan penjelasan kepada Logistiknews.id.

Disamping itu, SPTP memiliki strategi lain guna mewujudkan world class layanan petikemas-nya yakni mendorong kerjasama dengan mitra strategis, ekplorasi kontainerisasi hingga melakukan kerjasama pengoperasian pelabuhan milik Kementerian, BUMN dan Swasta dibeberapa lokasi.

“Kami juga melakukan alokasi modal terintegrasi atau optimalisasi financing cost, serta optimalisasi business model melalui penataan dan restrukturisasi bisnis yang baik”ucap M.Adji.

Inisiatif Strategis 2023

Sebagai quick win inisiatif strategis di tahun 2023, SPTP melakukan sejumlah langkah konkret.

Pertama, program standarisasi operasi pelabuhan peti kemas menuju layanan berstandar global. Dalam kaitan ini melanjutkan transformasi operasional terminal peti kemas yang berdampak pada peningkatan produktivitas dan penurunan Port Stay di TPK Jayapura, Pantoloan, Kupang, Tarakan, Balikpapan, Kendari dan TPK Bitung.

Kedua, digitalisasi dan sistemisasi operasi pelabuhan petikemas melalui implementasi single system yang efisien, optimal dan best in class berbasis cloud di TPK Ambon, TPK Belawan, TPK Sorong dan TPK Bitung.

Ketiga, optimalisasi aset dan peralatan, yakni melakukan relokasi 1 unit Container Crane (CC) dari Makassar New Port (MNP) ke Berlian Jasa Terminal (BJTI) dan 1 unit dari Jakarta International Container Terminal (JICT) 2 ke TPK Tarakan. Selain itu relokasi 1 unit rech stucker (RS) eks MNP ke TPK Ambon. Ada juga relokasi head truck dan chasis yakni 4 unit eks TPK Belawan ke TPK Ambon, dan 10 unit eks Terminal Petikemas Surabaya ke Terminal Teluk Lamong (TTL).

Keempat, optimalisasi konsep hub and spoke, kerjasama dengan perusahaan pelayaran domestik yakni rencana pengembangan pelabuhan Sorong menjadi Hub Domestik di Indonesia Timur, dan pengembangan hub & spoke Tol Laut bekerjasama dengan PT Pelni.

Kelima, Eksplorasi pembangunan pelabuhan transhipment petikemas internasional, yakni melalui pengembangan transhipment hub di Dumai, serta program transhipment antar terminal di Jakarta.

Keenam, Pengembangan pelabuhan melalui kerjasama dengan mitra strategis, terkait pengembangan terminal peti kemas internasional  di Belawan (BNCT), New Priok Container Terminal (NPCT-2),(NPCT-3) dan Makassar New Port (MNP).

Ketujuh, melakukan kerjasama pengoperasian dan pengembangan pelabuhan milik terminal untuk kepentingan sendiri (TUKS) termasuk dengan Kementerian/Lembaga.

Langkah Pelindo dalam mentransformasi layanan petikemasnya sudah membuahkan hasil. Produktivitas operasionalnya mulai tercermin pada kinerja perseroan tahun 2022, dimana arus peti kemas Pelindo tercatat sebesar 17,2 juta twentyfoot equivalent units (TEUs) atau naik 2% dibandingkan tahun sebelumnya.

Sedangkan untuk arus barang mencapai 160 juta ton dengan kenaikan 9%, arus kapal mencapai 1,2 miliar Gross Tonage (GT) meningkat 1%, dan arus penumpang menembus 15 juta orang dengan kenaikan 86% dibandingkan periode yang sama sebelumnya.

Bahkan kini, Pelindo tercatat di urutan delapan sebagai Top 10 Global Container Terminal Operator setelah PSA International Singapura, Hutchison Port Holdings (HPH) Hong Kong, China Ocean Shipping Company (COSCO), Dubai Ports World (DPW) Uni Emirat Arab, Terminal AP Moller Belanda,China Merchants Port Holdings Company, dan Terminal Investment Limited (TIL), Jenewa, Swiss.

Direktur Utama Pelindo, Arif Suhartono, dalam satu kesempatan mengungkapkan, kondisi pra dan pasca Integrasi (merger) Pelindo, kini sangatlah berbeda.

Integrasi Pelindo diharapkan untuk transformasi bisnis konvensional Pelindo I-IV (dari sebelumnya) yang berbasis regional menjadi lean business model atau lebih ramping.

Pelindo, kinipun tidak hanya berfokus pada pengoperasian pelabuhan, namun juga mengambil peran sangat strategis mendukung pertumbuhan industri atau hinterland untuk mendukung program pemerintah menciptakan biaya logistik yang lebih efisien.

Namun, yang terpenting adalah Pelindo agar tak luput untuk senantiasa terus berkomitmen memberikan standard layanan global sebagaimana harapan pengguna jasa. [Akhmad Mabrori]

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *