LOGISTIKNEWS.ID – Subholding Pelindo Terminal Petikemas (SPTP) memaparkan transformasi bisnis layanan peti kemas diseluruh pelabuhan yang dikelola PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) pasca merger kepada para pengusaha bongkar muat anggota APBMI yang menghandle petikemas.
Penjelasan detail disampaikan langsung oleh Dirut Subholding Pelindo Terminal Petikemas, M Adji kepada jajaran Pengurus DPP Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia (APBMI) bidang petikemas yang dipimpin Tresna Pardosi, di Ruang Nusantara 1 Kantor Subholding Pelindo Terminal Petikemas, di Surabaya Jawa Timur pada Rabu (6/9/2023).
Turut mendampingi Dirut SPTP pada kesempatan itu, Rima Novianti selaku Direktur Strategi dan Komersial SPTP, David P Sirait (Dirut Terminal Teluk Lamong ), dan Head Regional 3 Pelindo Ardhy Wahyu Basuki.
Adapun hadir dari DPP APBMI, antara lain; Tresna Pardosi (Mustika Alam Lestari dan Adipurusa), Rudi (Tangguh Samudera Jaya), Capt Japie E Tasijam (Temas Port), Fikri Ramadhan (Dwipahasta Utamaduta), Ihsan (Mahardi Sarana Tama), Ardyah Eko (Mitra Sentosa Abadi), dan Julius (Prima Nur Panurjwan/PNP).
Tresna Pardosi mengungkapkan, tujuan rombongan APBMI melakukan audiensi dengan manajemen dan jajaran SPTP, untuk lebih detail mengetahui soal transformasi layanan bisnis petikemas Pelindo pasca merger.
“Sampai sekarang ini ada diantara kita yang masih bertanya-tanya hal itu (layanan peti kemas) pasca merger Pelindo. Karenanya kami datang kemari untuk mengetahuinya langsung. Termasuk nanti juga akan melihat terminal Teluk Lamong yang smart green port,” ujar Tresna.
Dirut SPTP M.Adji menjelaskan, perubahan substansial pada model operasi bisnis di Pelindo termasuk untuk layanan petikemas dilakukan guna memberikan penciptaan nilai tambah yang di janjikan dari merger.
“Contoh, kalau dulu Kapal Temas yang rute Jakarta-Surabaya-Belawan-Bitung, kalau ada permasalahan mesti berhubungan dengan empat pihak. Tetapi sekarang cukup ke SPTP,” ujarnya.
M.Adji juga menegaskan soal optimalisasi aset antar pelabuhan untuk mendongkrak kinerja layanan peti kemas, bahkan beberapa alat yang tidak optimal disatu tempat telah direlokasi ke tempat lainnya.
Dirut SPTP mengungkapkan empat persoalan layanan pelabuhan yang sebelumnya mesti dibenahi yakni; performance yang rendah yang menyebabkab port stay kapal yang lama. Kemudian, ketidakpastian atas layanan yang membuat delay performa schedule kapal. Serta, biaya logistik tinggi akibat ketidakpastian layanan terminal dan Informasi yang tidak akurat akibat proses pencatatan dan performance yang tidak akurat.
“Semua persoalan itu terus kita benahi, dan saat ini Alhamdulillah kinerja dan performance kita semakin baik,” ucapnya.
Sedangkan Ardhy Wahyu Basuki selaku Regional Head 3 Pelindo, pada kesempatan itu juga memaparkan perannya sebagai perwakikan kantor pusat yang meliputi wilayah kerja operasional eks Pelindo 3.[Akhmad Mabrori]