SEPANJANG pekan lalu (26 Feb s/d 2 Maret 2024), redaksi Logistiknews.id mengangkat sejumlah topik pada sektor logistik yang disodorkan ke pembaca.
Pada pekan lalu, redaksi mengungkap kegiatan ekspor di awal tahun 2024 ini belum membaik alias masih lesu yang disebabkan faktor dalam negeri maupun global.
Selain itu, informasi soal inisiatif dan langkah strategis pasca merger Pelindo, melalui IPCC atau PT Indonesia Kendaraan Terminal (IKT) yang kini fokus menerapkan digitalisasi berbagai lini layanan diantaranya pada sisi back office, operasional dan customer experience.
Redaksi juga mengangkat topik terkait keluhan para pelaku usaha truk logistik yang tergabung dalam Aptrindo yang menyatakan merasa keberatan dengan rencana penaikan tarif Tol Jakarta-Cikampek (Japek) dan Jalan Layang Mohamed Bin Zayed (Tol MBZ).
Pasalnya, meskipun belum diumumnkan secara resmi, namun persentase penaikan tarif jalan bebas hambatan itu dinilai sangat memberatkan para pengguna jasa, khususnya angkutan barang dan logistik. Simak Ulasannya:
Ekspor di Awal Tahun Masih Lesu
Pebisnis mengakui kinerja ekspor nasional yang belum mengalami perbaikan hingga di bulan-bulan awal 2024 ini yang dipengaruhi sejumlah faktor kondisi dalam negeri maupun global.
Ketua Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) DKI Jakarta, Irwandy MA Rajabasa, mengatakan asosiasinya juga cukup intens menerima keluhan dari eksportir maupun pelaku usaha kawasan industri lantaran melemahnya order sehingga berimbas pada menurunnya volume industri dalam jumlah yang cukup masif.
“Bahkan ada industri yang melaporkan ke GPEI, terpaksa menghentikan sementara aktivitasnya akibat order atau pemesanan dari luar negeri terhadap produk ekspornya dihentikan. Kondisi ini juga berpotensi terjadinya pemutusan hubungan kerja karyawan (PHK),” ujar Irwandy, pada Selasa (27/2/2024).
Selain dipengaruhi melemahnya market global, imbuhnya, regulasi kemudahan ekspor terhadap eksportir nasional masih minim dan justru yang dirasakan saat ini adalah sebaliknya yakni kemudahan untuk impor.
“Makanya kami selalu bilang ke para eksportir, jangan terlalu banyak berharap kepada Pemerintah soal stimulus atau kemudahan ekspor. Semuanya kembali ke kita (dunia usaha), bagaimana mencari peluang untuk penetrasi pasar dan akselerasi ekspor atas komoditi yang kita produksi saat ini,” sergahnya.
Faktor lainnya, dunia usaha nasional kinipun masih cenderung wait and see atau menunggu hasil Pemilu di dalam negeri.
“Adapun pengaruh perang Ukraina-Rusia maupun gonjang-ganjing ancaman resesi ekonomi di Jepang dan Inggris juga tidak bisa dikesampingkan dalam kontribusi pelemahan kinerja ekspor nasional,” ucap Irwandy.
Sebagaimana diberitakan, pada awal tahun ini kondisi Jepang dan Inggris resmi masuk ke jurang resesi karena pertumbuhan ekonomi yang minus dua kuartal berturut-turut. Ekonomi negara tersebut juga terdampak perang Rusia-Ukraina. Perang telah menekan ekonomi dunia dan kedua negara tersebut.
“Bahkan, kalau mengutip laporan proyeksi beberapa lembaga internasional yang memprediksi bahwa kinerja perekonomian dari negara-negara maju, terutama G7 akan cukup tertekan di tahun ini,” ujar Irwandy.
Laporan BPS
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa, nilai ekspor Indonesia pada Januari 2024 mencapai US$20,52 miliar atau turun 8,34 persen dibanding ekspor pada Desember 2023. Dan jika dibanding dengan Januari 2023 nilai ekspor pada Januari 2024 itu juga turun sebesar 8,06 persen.
Berdasarkan data BPS, ekspor nonmigas Januari 2024 mencapai US$19,13 miliar, turun 8,54 persen dibanding Desember 2023, dan turun 8,20 persen jika dibanding ekspor nonmigas Januari 2023.
Dari sepuluh komoditas dengan nilai ekspor nonmigas terbesar Januari 2024, yakni komoditas dengan penurunan terbesar dibanding Desember 2023 adalah bahan bakar mineral sebesar US$805,9 juta (20,81 persen), sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada lemak dan minyak hewan/nabati sebesar US$208,0 juta (10,36 persen).
Adapun menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari 2024 turun 3,69 persen dibanding bulan yang sama tahun 2023, demikian juga ekspor hasil pertambangan dan lainnya turun 23,54 persen, sedangkan ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan naik 0,11 persen.
Ekspor nonmigas Januari 2024, menurut data BPS itu, terbesar adalah ke Tiongkok yaitu US$4,57 miliar, disusul Amerika Serikat US$1,99 miliar dan India US$1,79 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 43,64 persen. Sementara ekspor ke ASEAN dan Uni Eropa (27 negara) masing-masing sebesar US$3,26 miliar dan US$1,48 miliar.
Sedangkan menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari 2024 berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$2,95 miliar (14,35 persen), diikuti Kalimantan Timur US$2,17 miliar (10,58 persen) dan Jawa Timur US$1,99 miliar (9,68 persen).
IPCC Implementasikan PTOS-C
Digitalisasi menjadi hal fundamental bagi keberhasilan setiap perusahaan.
Sebagai perwujudan inisiatif strategis pasca merger Pelindo, IPCC atau PT Indonesia Kendaraan Terminal (IKT) juga fokus menerapkan digitalisasi berbagai lini layanan diantaranya pada sisi back office, operasional dan customer experience.
Direktur Operasi dan Teknik, Bagus Dwipoyono menjelaskan, untuk pengelolaan back office di lingkungan Pelindo Group, IPCC telah mengintegrasikan sistem ERP yang sebelumnya menggunakan Oracle menjadi SAP.
“Hal ini memberikan manfaat bagi IPCC dalam mendapatkan informasi data secara realtime dan akurat, keamanan data yang sangat terjamin serta update segala fitur di dalam aplikasi yang sangat memudahkan dan mempercepat proses administrasi serta lebih user friendly bagi pengelola administrator,” ujarnya pada Rabu (28/2/2024).
Dia mengatakan, dari sisi operasional, IPCC akan mengimplementasikan sistem operasi terintegrasi bernama PTOS-C yang merupakan karya serta wujud kolaborasi sinergis antara SPMT Group dengan ILCS sebagai IT Solution Provider di lingkungan Pelindo Group.
PTOS-C sebagai tools untuk mengelola kinerja operasional khususnya pada terminal kendaraan di lingkungan Pelindo Group yang diharapkan mampu meningkatkan trafik kendaraan serta mengefisienkan proses operasi.
Aplikasi ini, imbuhnya, ditargetkan akan mulai diujicoba pada Semester II tahun 2024.
Dari sisi fokus terhadap kenyamanan pelanggan, baru-baru ini IPCC mengimplementasikan sistem pembayaran baru yaitu sistem Billing Praya. Billing Praya adalah aplikasi untuk menangani aktivitas permintaan layanan, pembayaran dan nota pada pelayanan kapal, petikemas, dan non petikemas yang terintegrasi dengan sistem operasi dan sistem perbankan.
Bagus menjelaskan, keuntungan bagi customer IPCC dengan adanya penggantian sistem pembuatan pranota ini salah satunya karena sistem ini terintegrasi dengan CCS Portal dimana para customer bisa mengakses secara mandiri atas invoice kegiatannya tanpa menunggu email dari tim Keuangan IPCC.
“Sejak tahun lalu memang kita sudah punya rencana matang akan pembaharuan sistem digitalisasi di IPCC ini agar semua aktifitas administrasi yang ada di seluruh wilayah kerja IPCC menjadi sangat mudah, ini juga bisa jadi suatu keuntungan bagi para customer setia IPCC serta potensial customer karena dengan adanya sistem ini seluruh urusan pembayaran operasional mereka jadi cepat, tepat, akurat dan realtime,” jelas Bagus.
Diharapkan nantinya dengan sistem pembayaran baru ini teman-teman dari tim administrator IPCC dapat mempercepat segala urusan yang terkait dengan pembayaran, sehingga memberikan kenyamanan dan kepercayaan bagi pengguna jasa IPCC.
“Saat ini, kami juga sedang melakukan beberapa peningkatan layanan melalui kanal-kanal digital untuk mempermudah serta meningkatkan kinerja SDM internal yang diharapkan dapat mendorong peningkatan efisiensi dalam hal pelayanan kepada customer,” ucap Bagus.
Aptrindo Tolak Penaikkan Tarif Tol Japek & Layang MBZ
Pelaku usaha truk logistik yang tergabung dalam Aptrindo merasa keberatan dengan rencana penaikan tarif Tol Jakarta-Cikampek (Japek) dan Jalan Layang Mohamed Bin Zayed (Tol MBZ).
Meski belum diumumnkan secara resmi, namun persentase penaikan tarif jalan bebas hambatan itu dinilai sangat memberatkan para pengguna jasa, khususnya angkutan barang dan logistik.
Wakil Sekretaris Jenderal DPP Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo), Agus Pratikno, mengemukakan, dari sisi fakta secara fisik kondisi tol itu tidak mulus bahkan bergelombang.
“Kok mau naiknya rerata 35% ? Ini tidak sesuai aturan, seenak saja menaikkan tarif tersebut. Padahalkan jelas kenaikannya itu tidak boleh sampai 35%,” ujar Agus, pada Kamis (29/2/2024).
Aptrindo juga menyoal klasifikasi golongan tarif itu yang terlalu banyak dan tanpa disadari justru membuat biaya tinggi logistik.
“Buat apa di buat pisah golongannya? Kadang bikin rame golongan tarifnya, tanpa di sadari bayar sama juga,” ujar Agus.
Mestinya, usul Aptrindo tarif tol cukup tiga klasifikasi atau golongan saja yakni; kendaraan pribadi dan angkutan umum orang, kendaraan angkutan barang tunggal, dan kendaraan angkutan barang dng tempelan dan kereta gandeng.
Ketua Umum DPP Aptrindo Gemilang Tarigan, secara tegas menolak rencana penaikakan tarif Tol Japek dan Jalan Layang MBZ itu, karena semakin membebani cost logistik nasional.
“Selain itu tidak pernah ada diskusi terlebih dahulu dengan pelaku usaha trucking,” ujar Gemilang.
Tol Japek dan Tol MBZ bakal alami penyesuaian dalam waktu dekat. Penerapan tarif tol tersebut mengacu pada Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 250/KPTS/M/2024.
Daftar tarif tol Jakarta-Cikampek terbaru diumumkan oleh anak usaha Jasa Marga, PT Jasamarga Transjawa Tol, melalui akun Instagram resmi @official.jmtransjawa pada Selasa (27/2/2024).
Jika dibandingkan dengan tarif sebelumnya, tarif tol Jakarta-Cikampek dan Tol MBZ terbaru mengalami kenaikan. Misalnya, tarif terbaru tol Jakarta IC-Cikampek untuk golongan I naik dari Rp20 ribu menjadi Rp27 ribu.
Berikut daftar tarif tol Jakarta-Cikampek dan Tol MBZ terbaru:
1. Jakarta IC-Pondok Gede Barat/Pondok Gede Timur
– Golongan I naik dari Rp4.000 menjadi Rp5.500
– Golongan II naik dari Rp6.000 menjadi Rp8.000
– Golongan III naik dari Rp6.000 menjadi Rp8.000
– Golongan IV naik dari Rp 8.000 menjadi Rp11 ribu
– Golongan V naik dari Rp8.000 menjadi Rp11 ribu
2. Jakarta IC-Cikunir, Jakarta IC-Bekasi Barat, Jakarta IC-Bekasi Timur, Jakarta IC-Tambun, Jakarta IC-Cibitung, Jakarta IC-Cikarang Barat
– Golongan 1 naik dari Rp7.000 menjadi Rp9.500
– Golongan II naik dari Rp10.500 menjadi Rp14 ribu
– Golongan III naik dari Rp10.500 menjadi Rp14 ribu
– Golongan IV naik dari Rp14 ribu menjadi Rp19 ribu
– Golongan V naik dari Rp14 ribu menjadi Rp19 ribu
3. Jakarta IC-Cibatu, Jakarta IC-Cikarang Timur, Jakarta IC-Karawang Barat
– Golongan I naik dari Rp12.500 menjadi Rp16.500
– Golongan II naik dari Rp18 ribu menjadi Rp24.500
– Golongan III naik dari Rp18 ribu menjadi Rp24.500
– Golongan IV naik dari Rp24 ribu menjadi Rp32.500
– Golongan V naik dari Rp24 ribu menjadi Rp32.500
4. Jakarta IC-Karawang Timur, Jakarta IC-Dawuan, Jakarta IC- Kalihurip, Jakarta IC-Cikampek
– Golongan I naik dari Rp20 ribu menjadi Rp27 ribu
– Golongan II naik dari Rp30 ribu menjadi Rp40.500
– Golongan III naik dari Rp30 ribu menjadi Rp40.500
– Golongan IV naik dari Rp40 ribu menjadi Rp54 ribu
– Golongan V naik dari Rp40 ribu menjadi Rp54 ribu.