LOGISTIKNEWS.ID – Sejumlah isu menjadi sorotan redaksi sepanjang pekan ini (8-13 Juli 2024) yang sekaligus mendapat perhatian pembaca redaksi Logistiknews.id. Berita tersebut cukup populer mendapat respon pembaca selama sepekan terakhir ini. Berikut selengkapnya.
Semester I/2024: Arus Peti Kemas JICT Tumbuh 7%
Arus peti kemas melalui Jakarta International Container Terminal (JICT) selama semester I tahun 2024 mencapai 1.082.840 twenty foot equivalent units (Teus).
Pencapaian arus peti kemas selama enam bulan pertama 2024 di terminal tersibuk di Indonesia itu naik sekitar 7% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat 1.006.041 Teus.
Berdasarkan informasi yang diperoleh redaksi Logistiknews pada Selasa (9/7/2024), pencapain throughput peti kemas JICT selama semester I/2024 itu berasal dari ekspor 497.754 Teus, sedangkan impor-nya 585.086 Teus.
Adapun pada periode yang sama tahun lalu, peti kemas impor-nya tercatat 550.523 Teus dan ekspor 455.518 Teus.
Baru-baru ini, PT Jakarta International Container Terminal (JICT), juga mengumumkan telah menerima Layanan (Service) baru bernama Asia-Indian Subcontinent 5 atau AIS5.
AIS5 merupakan gabungan (Joint service) dari 3 Pelayaran, yaitu Wan Hai, Interasia Lines (IAL) dan KMTC yang dimulai pada 26 April 2024 lalu.
AIS5 menghubungkan Jakarta-Surabaya-Singapura-Port Klang(N), Mundra-Nhave Sheva-Port Klang Utara dan Jakarta. Layanan ini akan berputar dalam 28 hari menggunakan 4 kapal pada frekwensi mingguan.
Bahkan pada kunjungan pertamanya ke Jakarta, AIS5 Service menggunakan kapal KMTC Yokohama, yakni sebuah kapal petikemas berbendera Liberia buatan tahun 2020.
Service baru ini sekaligus memberikan kebanggaan atas kepercayaan customer yang terus di berikan kepada JICT.
Dengan rute baru ini, diharapkan dapat terus memberikan kontribusi arus barang di Tanjung Priok dan tentunya meningkatkan perekonomian Indonesia.
Adapun KMTC Yokohama merupakan kapal dengan Panjang 196 meter dengan lebar 32 meter dan memiliki draught 10,6 meter.
JICT, kinipun sedang berencana untuk melakukan pendalaman kolam dan penguatan dermaga yang akan selesai di tahun 2025.
Disamping itu, seluruh alat bongkar muat di JICT telah menggunakan listrik sebagai upaya manajemen terminal peti kemas itu mewujudkan green port.[▪︎]
FIATA-RAP Meeting & Rapimnas ALFI 2024, Sukses Digelar
Menteri Perhubungan RI, Budi Karya Sumadi membuka secara langsung Meeting International Federation of Freight Forwarders Associations – Regional Asia Pasifik (FIATA-RAP) yang juga berbarengan dengan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) ALFI/ILFA di Nusa Dua, Bali pada, Kamis (11/7/2024).
Meeting FIATA-RAP bertema ‘The Future of Logistics Investment: ‘Navigating Towards Sustainability’ yang diikuti sekitar 400-an pengusaha logistik lokal maupun internasional itu dihadiri oleh Ketua Umum KADIN Indonesia Arsjad Rasjid, Presiden FIATA Turgut Erkeskin, Chairman FIATA Asia Pasifik Yukki Nugrahawan Hanafi, Ketua Umum DPP ALFI Akbar Djohan, serta Perwakilan dari Badan Kordinasi Penanaman Modal (BKPM), dan Kepala Dinas Perhubungan Pemprov Bali.
Selain itu, hadir para perwakilan asosiasi antara lain: Indonesia National Shipowners Association (INSA), Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia (APBMI), Indonesia Shipping Agency Association (ISAA), Asosiasi Badan Usaha Pelabuhan Indonesia (ABUPI), Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo). Juga dihadiri Manajemen Pelindo Group.
Wakil Presiden Maruf Amin dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno menyampaikan sambutannya secara daring dan menyampaikan selamat atas terselenggaranya FIATA-RAP Meeting 2024.
Dalam sambutannya, Menhub menyampaikan bahwa Indonesia tidak hanya aktif di G20 tetapi juga di organisasi lain termasuk FIAT, dan Pemerintah Indonesia sangat bangga dengan hal tersebut.
“Logistik berperan krusial dalam distribusi barang. Sebab efisiensi logistik sangat penting dalam mendukung distribusi, termasuk dalam pengadaan barang dalam mendukung berbagai aktivitas pembangunan,” ujar Menhub.
Menhub Budi Karya Sumadi berharap agar ALFI maupun FIATA dapat mendukung program pengembangan logistik yang efisiensi di Indonesia.
Disisi lain, Pemerintah Indonesia sudah menerapkan Inapornet untuk mendukung efisiensi logistik tersebut.
“Saya apresiasi atas penyelenggaraan acara ini termasuk panel discuassion yang akan membahas berbagai tantangan dan peluang sektor logiatik,” ucap Menhub.
Pada kesempatan itu, Presiden FIATA, Turgut Erkeskin, dalam sambutannya mengatakan saat ini ada 115 asosiasi diberbagai negara dunia dan ribuan perusahaan yang bergabung di FIATA.
Dia mengatakan, pandemi Covid-19, yang kemudian terjadinya konflik bebrapa negara di timur tengah telah berimbas pada aktivitas suply chain global, namun bisnis mulai pulih dan bahkan terus berkembang.
“Tetapi, FIATA betkomitmen untuk berperan membantu anggotanya dalam berusaha dan tetap survive,” ujar Turgut.
Dia juga menegaskan, bahwa FIATA Komitmen pada agenda green logistik di aeluruh negera didunia.
“Dalan pertemuan FIATA-RAP ini, para pemimpin industri, investor, maupun stakeholders di kawasan Asia Pasifik itu akan mendiskusikan masa depan investasi sektor logistik serta keberlanjutan rantai pasok atau supply chain global,” jelas Turgut.
Chairman FIATA-RAP 2024 Yukki Nugrahawan Hanafi, menyampaikan apresiasi pada semua pihak yang hadir mensuport terselenggaranya acara tersebut.
Dia juga mengajak semua pihak untuk berkolaborasi demi mewujudkan program green logistic.
Konektivitas
Yukki mengatakan, dukungan yang kuat dari para pemerintah di kawasan Asia Pasifik sangat membantu untuk meningkatkan konektivitas para pelaku penyedia jasa logistik antara negara satu dengan negara lainnya.
“Pertemuan ini juga untuk mengeksplorasi potensi bisnis baru, baik melalui kemitraan strategis, investasi, pengelolaan aset, konsultasi pajak, maupun adopsi teknologi yang meningkatkan efisiensi operasional dan daya saing,” jelas Yukki, dalam sambutannya.
Sedangkan, Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), Akbar Djohan, mengemukakan potensi market logistik global (darat, laut dan udara) yang terus mengalami pertumbuhan, yakni rerata 4,4% pertahun.
“Bahkan pada tahun 2026, nilainya diperkirakan mencapai USD18,69 miliar,” ujar Akbar.
Ketum ALFI juga menyebutkan, di Asia Pasifik, Mordor Intelligence menyebut ukuran nilai pasar logistik dan forwarder mencapai USD3,55 triliun pada 2024, dan diperkirakan akan tumbuh mencapai USD 4,56 triliun pada 2029.
Dengan jumlah sekitar USD3,9 triliun, pasar logistik di kawasan Asia Pasifik menjadi yang terbesar secara global.
“Hal ini didorong meningkatnya permintaan dari sektor manufaktur dan perkiraan kembalinya penggunaan ruang dari sektor e-commerce,” jelasnya.
Akbar menyebutkan, sektor logistik di Indonesia, juga terus menunjukkan pertumbuhan yang positif, meskipun dihadapkan pada tantangan global.
Pada tahun 2023, kata dia, kontribusi sektor logistik terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional mencapai sekitar 5,5 persen, dengan pertumbuhan tahunan sebesar 7 persen. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan volume perdagangan, ekspansi infrastruktur, dan adopsi teknologi baru dalam manajemen rantai pasok.[▪︎]
Aptrindo Bali, Soroti Layanan Truk Logistik di Lintasan Ketapang-Gilimanuk
Kian meningkatnya volume arus logistik maupun penumpang secara bersamaan di lintasan Ketapang-Gilimanuk pada saat musim liburan atau peak season, menyebabkan kepadatan sehingga seringkali aktivitas logistik alami antrean hingga terkorbankan.
Kondisi itu, menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Bali, I Ketut Anom Putra Darsana, sangat merugikan perusahaan truk logistik yang melayani di lintasan penyeberangan tersebut.
Pasalnya, ungkap Anom, antrean yang seringkali terjadi terutama saat peak season/musim liburan, pihak pengelola di lintasan itu cenderung memprioritaskan layanan angkutan penumpang. Sedangkan angkutan truk logistik di nomorduakan.
“Jika sedang padat dan antre, truk logistik diarahkan ke lokasi parkiran penampungan. Namun tidak ada aturan dan kepastian bagi truk logistik berapa lama waktu menunggu di lokasi penampungan itu. Akibatnya, banyak barang yang terlambat sampai ke tujuan atau konsumen. Bahkan bisa terlambat dua hingga tiga hari,” ujar Anom kepada Logistiknews.id, di Bali (12/7/2024).
Dia mengatakan, padahal sebagian barang yang diangkut melalui lintasan itu juga ada yang merupakan kargo ekspor yang akan dikapalkan melalui pelabuhan Tanjung Perak Surabaya Jawa Timur.
Belum lagi,jika kargo yang diangkut truk logistik itu merupakan kargo wajib berpendingin (reefer).
“Hal ini menyebabkan peningkataan biaya operasional truk logistik karena mesin armada truk mesti tetap hidup lantaran membawa komoditi wajib menggunakan pendingin (reefer),” ucapnya.
Anom mengungkapkan, sebagai solusi jangka pendek, Aptrindo Bali mengusulkan supaya segera dilakukan perbaikan dan perluasan di dermaga Ketapang dan Gilimanuk, karena kondisi saat ini sudah tidak sebanding dengan pertumbuhan volume angkutan kargo maupun penumpang yang ada.
Selain itu, agar jumlah kapal penyeberangan di lintasan Ketapang-Gilimanuk ditambah serta diremajakan dengan kapal yang lebih besar atau berukuran diatas 1000 gross tonage (GT).
“Soalnya, kapal-kapal yang beroperasi di lintasan itu kini rata-rata berukuran dibawah 1000 GT, dan sudah tua sehingga daya angkutnya terbatas,” tegas Anom.
Dia mengemukakan, Aptrindo Bali telah berkordinasi dengan pihak PT Indonesian Ferry atau Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) maupun DPP Aptrindo serta instansi terkait mengenai usulan tersebut guna mengurai kepadatan di lintasan penyeberangan Ketapang-Gilimanuk.
“Adapun kondisi per hari ini, laju trucking melalui Ketapang-Gilimanuk masih agak tersendat. Namun tidak separah beberapa hari sebelumnya dimana truk logistik harus antre berhari-hari untuk menyeberang,” ucap Anom▪︎ [redaksi@logistiknews.id]