LOGISTIKNEWS.ID- Peran Terminal Petikemas (TPK) New Makassar sebagai Hub Domestik sangat krusial dalam mengeksploitasi potensi industri di sekitar serta sebagai Hub Internasional untuk menangkap potensi internasional. Pelabuhan Makassar sebagai Hub International, juga menghubungkan dengan Laut Cina Selatan, Samudera Pasifik, serta Australia dan Oseania.
Mempersiapkan TPK New Makassar sebagai Hub Port, kini juga telah tersedia hinterland atau industrinya antaralain; KIMA Kawasan Industri dan Pergudangan yang berada di Kota Makassar, Beras di Kabupaten Pinrang dan Sidrap, serta PT.Eastern Flour Mills/Tepung di Kota Makassar.
Selain itu, Nikel di Morowali dan Banteng, Jagung di Kabupaten Gowa, Gula di Kota Makassar, PT Semen Tonasa di Pangkep, dan PT Jaffa Comfeed Indonesia/Pakan Ternak yang berada di Kota Makassar.
Ketua Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) DPD Provinsi Sulselbar, Arief R Pabettingi, mengungkapkan dengan semakin berkembangnya infrastruktur Bandar Udara (Bandara) maupun Pelabuhan khususnya di Terminal Petikemas (TPK) New Makassar saat ini, diharapkan bisa semakin mendongkrak kinerja ekspor dari Makassar dan sekitarnya.
Menurutnya, kinerja ekspor dari Makassar setiap tahunnya relatif stabil dan dengan adanya pengembangan infrastruktur Bandara maupun di TPK New Makassar, bakal bisa menunjang distribusi ekspor komoditi di Sulawesi Selatan sebagai tempat transit kargo.
“Apalagi TPK New Makassar memiliki kapasitas sekitar 2,5 juta twenty foot equivalent units (TEUs) pertahun. Daya tarik ini otomatis akan membuat pelaku usaha lebih gesit meningkatkan ekspornya,” ujar Arief yang juga Kordinator GPEI Area Sulawesi dan Maluku, kepada Logistiknews.id, pada Selasa (6/5/2025).
Dia mengatakan, dengan telah adanya pengapalan langsung atau direct call dari pelayaran global di TPK New Makassar saat ini, mampu menekan waktu pengiriman ekspor ke negara tujuan yang sekaligus berimbas efisiensi biaya logistik.
“Kalau dulu, ekspor dari Makassar ke China bisa memakan waktu sekitar 24 hari, namun sekarang ini dengan adanya direct call ekspor di TPK New Makassar bisa lebih cepat, hanya 12 hari. Sehingga komoditi kita bisa berdaya saing karena efisien, lebih cepat sampai di negara tujuan,” ucap Arief.
Arief sangat mendukung jika dalam beberapa waktu kedepan seluruh kegiatan layanan petikemas dialihkan ke Terminal 2 TPK New Makassar, supaya aktivitas ekspor bertambah gairah. Adapun komoditi ekspor dari Sulsel didominasi komoditi pertanian, perikanan, pertambangan dan perkebunan.
“Harapannya, kedepan TPK New Makassar bisa menjadi sentra komoditi hub Indonesia timur. Dan untuk itu GPEI pun berharap ada lagi pelayaran / shiping line internasional yang masuk ke Makassar dan menjadikan portstay lebih singkat. Sehingga ada pilihan bagi pelaku untuk mengirim barang ekspor, karena selama ini hanya baru ada satu pelayaran yang direct call. Hal ini juga agar ketersediaan kontainer ekspor di Pelabuhan Makassar selalu terjaga,” tutur Arief.
Meskipun tantangan terus berdatangan, Arief tetap menyampaikan harapan positif terhadap kinerja ekspor Sulsel di sisa tahun 2025. Dia menilai tahun ini bisa menjadi momentum penting untuk merumuskan ulang strategi ekspor nasional dan daerah.
“Saya berharap pemerintah daerah dan pusat bisa memberikan dukungan lebih konkret, seperti pemberian subsidi atau premi ekspor, insentif pajak, hingga pembukaan jalur diplomatik dagang ke negara-negara baru,” jelasnya.
Arief juga mendorong pelaku usaha untuk tidak hanya bergantung pada pasar tradisional seperti Tiongkok dan Jepang, tapi mulai mengeksplorasi potensi pasar baru seperti kawasan Timur Tengah dan Afrika.
“Kita perlu perluasan pasar. Jangan hanya bergantung pada satu kawasan. Kita juga harus mulai melihat peluang ekspor produk olahan dan bukan hanya bahan mentah. Hilirisasi adalah kunci,” tuturnya.
Selain itu, Arif juga menyampaikan perlunya perbaikan dalam sistem logistik dan digitalisasi proses ekspor.
Relokasi ke Terminal 2, TPK New Makassar
Terminal Head TPK New Makassar Teguh Firdaus mengemukakan, pada 2024, aktivitas ekspor dan impor di pelabuhan itu mencapai 31.777 TEUs peti kemas. Angka ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, yakni 25.762 TEUs peti kemas. Komoditas itu, antara lain, jagung, coklat, rumput laut, dan nikel.
Teguh optimistis, volume peti kemas di MNP akan terus meningkatnya seiring naiknya kebutuhan pengguna pelabuhan.
”Kebutuhan untuk domestik tergantung pertumbuhan ekonomi daerah dan untuk luar negeri sudah ada kapal yang melayani. Rencananya, tahun ini kami targetkan bisa menghadle 769.000 TEUs peti kemas, untuk domestik maupun internasional atau ekspor impor,” ujarnya.
Teguh mengatakan pada tahun 2027 mendatang, seluruh kegiatan bongkar muat petikemas di pelabuhan Makassar ditagrgetkan beralih ke fasilitas Terminal-2 TPK New Makassar atau yang sebelumnya dikenal dengan Makassar New Port (MNP).
Untuk itu, sebanyak 4 unit RTG dan 2 unit CC dengan kualifikasi teknologi terkini akan didatangkan ke TPK New Makassar pada tahun 2025 ini.
Hingga sekarang, terdapat 2 terminal di TPK New Makassar, yakni Terminal-1 (sebelumnya dikenal TPM) dan TPK-2 (yang sebelumnya MNP). <span;>Adapun Terminal 1 memiliki kapasitas 700 ribu twenty foot equivalent units (TEUs) pertahun, sedangkan Terminal 2 memiliki kapasitas 2,5 juta TEUs/tahun.
Terminal-1 mengoperasikan dermaga sepanjang 850 meter, lebar 30 meter dan draft -10,8 mLWs, dan container yard 12,6 Ha. Diterminal ini juga telah mengoperasikan peralatan antara lain; 17 rubber tyred gantry crane (RTG), 5 Container Crane (CC), dan Rich Stacker 5 unit.
Sedangkan Terminal 2 memiliki dermaga sepanjang 1.062 meter, lebar 36 meter dan kedalaman -16 mLWs dengan container yard 52 Ha. Diterminal ini juga telah dilengkapi peralatan antara lain; 6 umit CC dan 16 RTG elektrik, dan 25 unit Truk.
“Saat ini komposisi kegiatan petikemas di Terminal 1 masih 55% dan di Terminal 2 TPK New Makassar mencapai 45%. Kiita targetkan juga bisa seimbang atau 50% : 50% dalam waktu dekat sehingga targetnya pada 2027 bisa full beralih (layanan petikemas) ke terminal 2 atau TPK New Makassar,” ucap Teguh.[am]