LOGISTIKNEWS.ID- Pemerintahan Prabowo-Gibran telah menetapkan visi “Bersama Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas 2045” dengan salah satu program dalam Asta Cita adalah membangun dari desa dan dari bawah untuk pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan.
Chairman Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi mengatakan pembangunan desa tersebut identik dengan pembangunan sektor pertanian yang menunjukkan tingkat pertumbuhan dan kontribusi yang tinggi terhadap produk domestik bruto (PDB).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor pertanian, perkebunan, dan kehutanan berkontribusi sebesar 12,66 persen pada triwulan I-2025. Pada triwulan ini ekonomi Indonesia tumbuh 4,87 persen secara year on year (y-on-y) atau terkontraksi 0,98 persen (q-to-q).
Dari lima sektor dengan kontribusi tertinggi terhadap PDB, tingkat pertumbuhan (y-on-y) tertinggi adalah sektor pertanian (10,52 persen), diikuti perdagangan (5,03 persen), industri pengolahan (4,56 persen), dan konstruksi (2,18 persen). Sementara, pertambangan terkontraksi sebesar 1,23 persen.
“Pengelolaan logistik yang handal diperlukan dalam pengelolaan aliran komoditas dari lahan pertanian hingga ke konsumen untuk meminimalkan tingkat kerusakan,” ujarnya pada Senin (2/6/2025).
Setijadi memperkirakan kerusakan komoditas pertanian dalam proses pasca panen rata-rata mencapai 8-10 persen.
Menurutnya, proses pengeringan yang umumnya secara konvensional dengan cara dijemur berdampak terhadap kualitas gabah yang kurang baik.
Karenanya, perlu digunakan mesin pengering untuk bisa mencapai standar, misal kadar air 14%, yang menentukan kualitas dan daya simpan beras.
“Pengemasan beras, terutama untuk beras kualitas tinggi seperti beras organik, dapat dilakukan secara khusus dengan proses vacuum agar beras dapat disimpan lebih lama hingga 6 bulan,” ujar Setijadi.[am]