JAKARTA – Ketua Umum DPP Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Gemilang Tarigan menyatakan, sejatinya penguatan infrastruktur diyakini akan meningkatkan produktivitas sehingga mampu menurunkan biaya logistik.
Selain itu, penguatan infratruktur juga akan mendorong aktivitas ekonomi pada daerah-daerah di Indonesia.
“Infrastruktur yang terhubung dengan baik, terutama pada sektor industri, akan memberikan dampak besar pada peningkatan daya saing perekonomian melalui penurunan biaya logistik yang kemudian dapat meningkatkan produktivitas,” ujarnya saat menjadi nara sumber Webinar bertema ‘Upaya Peningkatan Distribusi Logistik Sisi Darat Guna Menekan Biaya Logistik‘, pada Jumat (12/3/2021).
Kendati begitu, Gemilang menegaskan, pengelolaan infrastruktur jalan dapat menurunkan biaya logistik jika memenuhi lima syarat dari hak kebutuhan pasokan logistik yakni; barang yang tepat dengan jaminan mutu yang pasti, waktu distribusi yang tepat sampai tujuan penerima dan tempat tujuan penerimaan barang yang tepat dan tidak salah kirim.
Kemudian, daya angkut dapat maksimum untuk pemenuhan kebutuhan lapangan, dan prosedur pengiriman barang yang tepat, tidak rumit, clean any time any where.
“Maka menurunkan biaya logistik terpenuhi jika hak kebutuhan pasokan logistik itu bisa terpenuhi dan tentunya ada alat angkutnya dalam hal ini trucking,” paparnya.
Pada kesempatan itu, dia juga menyinggung soal kontainer yang digunakan dalam aktivitas logistik ekspor berasal dari aktivitas impor.
Pasalnya, penurunan impor Indonesia selama Pandemi telah menyebabkan terjadi kelangkaan kontainer. Kelangkaan yang awalnya terjadi di pelabuhan Surabaya, saat ini sudah mulai dialami oleh sejumlah pelabuhan utama di Indonesia.
Implikasinya, kata dia, kelangkaan kontainer menyebabkan peningkatan harga pengapalan kontainer, antara lain; dari Tiongkok sebagai sumber utama arus barang.
Peningkatan harga terjadi terutama terjadi pada kapal kontainer, sementara pada kapal pengangkut barang sumber daya alam mengalami kenaikan moderat.
“Kelangkaan kontainer ini tidak hanya terjadi di Indonesia, namun terjadi secara global terutama di Asia. Kelangkaan tersebut memicu kenaikan biaya shipping secara global,” tegas Gemilang.
Dia menyarakan, untuk mengatasi permasalahan kelangkaan di domestik, perusahaan pelayaran dapat mendorong reposisi kontainer kosong ke Asia, dan mengurangi free time untuk mempercepat pengapalan kembali kontainer (B2B).
“Dukungan pemerintah juga dapat di optimalkan, antara lain melalui relaksasi tarif di pelabuhan,” ucapnya.
Angkutan Barang
Gemilang mengatakan, saat ini bisnis angkutan barang mengalami banyak tantangan yang dinamis, seiring dengan kebijakan over dimension and over load (ODOL) serta kondisi jalan yang semakin bagus dengan berkembanganya fasilitas jalan bebas hambatan atau tol sehingga berdampak pada bisnis jasa angkutan Truk.
Oleh karenanya, para pelaku usaha Truk harus merubah orientasi jasa angkutan dari daya angkut banyak kepada orientasi kecepatan pengiriman barang yang cepat (speed).
Dia mengatakan, tantangan armada truk dan infrastruktur tol dimasa mendatang yakni orientasi kecepatan dapat dipenuhi melalui modernisasi armada truk apabila Pemerintah memberikan kebijakan fiskal peremajaan truk-truk melalui stimulus fiskal (bebas PPh dan PPN bagi usaha truk, bebas biaya balik nama kendaraan serta pemerintah mendorong sistem pendanaan murah dengan bunga 4-5 persen/tahun.
“Implementasi transformasi digital atau penggunaan IT pada armada Truk dan kesiapan IT di semua jalan tol untuk segera di implementasikan secara menyeluruh, sehingga kegiatan operasional angkutan barang menjadi lebih efektif dan hemat biaya,” ucapnya.(Lognews)
Fakta & Data :
● Banyak Truk sudah tua (banyak umur truk lebih dari 10-15 tahun)
● Kondisi infrastruktur jalan tol semakin panjang (jawa – Sumatera)
● Tarif Angkutan barang cenderung turun
● Banyak Kecepatan truk tidak memenuhi syarat kecepatan di jalan tol.
● Pengusaha Truk kesulitan melakukan peremajaan Truk karena tidak ada insentif dari pemerintah dalam pengedaan Truk Baru. (sumber:Aptrindo)