JAKARTA – Direktur Utama PT Jakarta International Container Terminal (JICT), Ade Hartono menyatakan optimistis arus peti kemas ekspor impor melalui terminal peti kemas itu pada tahun ini bisa tembus dikisaran 2 juta twenty foot equivalent units (TEUs).
“Selama empat bulan pertama tahun ini saja sudah terjadi pertumbuhan sekitar 8 persen. Mudah-mudahan hingga akhir tahun bisa tembus dikisaran 2 juta TEUs,” ujar Ade, kepada wartawan usai acara peluncuran Moveable Lifebuoy untuk pekerja mooring kapal dan TKBM yang bertugas saat kapal sandar dan berlabuh di JICT, pada Rabu (19/5/2021).
Kendati begitu, ungkapnya, pandemi Covid 19, sempat memengaruhi arus peti kemas di JICT selama tahun 2020 sehingga terminal JICT hanya bisa menghandle sekitar 1,8 Juta TEUs.
“Kini kondisinya (ekspor-impor) sudah kembali membaik. Meskipun masih harus berhadapan dengan Pandemi Covid 19, namun dilapangan pergerakan arus barang selama triwulan pertama tahun ini juga sudah normal,” ucapnya.
Saat ini JICT merupakan Terminal Petikemas paling efisien di Indonesia. Ade mengatakan, pada masa pandemi, kecepatan handling petikemas yang diukur dengan gross crane ratio (GCR), mencapai 28,4 gerakan per jam dan di dermaga utara bahkan lebih dari 30 move per hour.
“JICT merupakan terminal yang menguasai 42% market share di pelabuhan Tanjung Priok untuk terminal petikemas yang melayani kegiatan bongkar muat container internasional,” paparnya.
Berdasarkan data yang diperoleh ligistiknews.id, selama empat bulan pertama tahun ini (Januari s/d 28 April 2021), JICT telah menangani peti kemas ekspor impor sebanyak 657.168 twenty foot equivalent units (TEUs) atau setara 437.426 boks.
Arus peti kemas selama empat bulan pertama tahun 2021 di terminal peti kemas tersibuk di pelabuhan Tanjung Priok tersebut berasal dari impor 361.466 TEUs (243.808 boks) dan ekspor 295.702 TEUs atau setara 193.618 boks.
Adapun rinciannya, petikemas ekspor impor pada Januari sebanyak 163.265 TEUs (108.904 boks), Februari 142.458 TEUs (94.829 boks), Maret 170.671 TEUs (113.118 bok) dan April (s/d 28 April 2021) sebanyak 180.774 TEUs (120.575 bok).
Inovasi
JICT juga berkomitmen untuk terus meningkatkan pelayanan sekaligus memastikan keamanan dan keselamatan para pekerja yang beraktifitas di dalamnya.
“Salah satu yang menjadi pusat perhatian adalah keselamatan pekerja operasional yang berada di lini satu, khususnya yang berada di sisi laut, dermaga dan pelayanan kapal sandar dan labuh,” kata Ade.
Dengan prosentase kegiatan operasional yang mencapai hampir 80 % maka JICT merupakan terminal dengan tingkat pelayanan bongkar muat yang tersibuk melakukan kegiatan operasional.
Inovasi yang dilakukan baru-baru ini, yakni penggunaan lifebuoy, yang merupakan salah satu jenis alat safety yang digunakan untuk penyelamatan di air pada saat kejadian selama kegiatan sandar, labuh dan bongkar muat di dermaga.
Inovasi ini dengan menyediakan lifebuoy tambahan melalui platform yang berbeda mungkin baru pertama kali di adakan di pelabuhan Indonesia, yaitu menyediakan moveable lifebuoy untuk pekerja mooring kapal dan TKBM yang bertugas saat kapal sandar dan berlabuh di terminal itu.
JICT meluncurkan 10 moveable lifebuoy untuk mengantisipasi kecelakaan kerja di kolam dermaga JICT. Ini diluar lifebuoy existing yang sudah disediakan di setiap QCC yang beroperasi di JICT.
SOP pemakaian lifebuoy ini adalah sebelum kapal sandar, satu moveable lifebuoy akan di letakkan di setiap haluan dan buritan kapal, sekaligus menunjukan posisi kapal sandar , lampu rotary akan di hidupkan dimalam hari dan sirine akan dibunyikan apabila ada kejadian gangguan keselamatan dan keamanan dikegiatan bongkar muat atau pun sandar atau labuh kapal.
“Ini akan sangat memudahkan pekerja melakukan kegiatan penyelamatan lebih cepat dan efisien apabila ada kejadian,” ujar Dirut JICT.