LOGISTIKNEWS.ID – Ikatan Eksportir Importir Indonesia (IEI) mengungkapkan, layanan dan tarif jasa pergudangan terhadap kargo jenis less than container load (LCL) di kawasan pabean pelabuhan Tanjung Priok, sudah mulai tertib.
Kendati begitu, menurut Ketua Umum IEI, Amalia, terhadap layanan LCL itu masih diperlukan sarana dan prasarana yang mumpuni di fasilitas gudang atau tempat penimbunan sementara (TPS) pabean yang beroperasi di pelabuhan tersibuk di Indonesia itu.
“Sejauh ini kami rasakan layanan maupun tarif-nya sudah membaik terhadap kargo impor berstatus LCL di Priok. Terutama juga dari segi komunikasi-nya dengan para operator gudang maupun TPS sudah cukup lancar dengan para customernya. Jadi jika ada kendala dilapangan dapat segera diatasi,” ujar Amalia, kepada Logistiknews.id, pada Senin (18/9/2023).
Baca Juga : IEI: Tumpang Tindih, Sinas NK & VKI bikin Industri Tekstil Kelabakkan
Baca Juga : IEI Senang Kategori Impor Jalur Kuning Dihapus, Tetapi….
Ketua Umum IEI itu juga mengharapkan untuk mendukung efisiensi layanan logistik secara end to end , agar fasilitas dan sarana di terminal petikemas lini satu pelabuhan Priok dilakukan peremajaan alat bongkar muat-nya, begitupun dengan fasilitas di gudang TPS-nya.
“Terutama crane-nya segera dibenahi, jangan sampai alasan crane rusak atu kurang, menjadi hambatan mata rantai logistik,” ucap Amalia.
Selaku importir yang berkecimpung dalam komoditi bahan baku tekstil dan turinnaya, imbuhnya, perusahaan anggota IEI selama ini memercayakan kepada perusahaan forwarding untuk menangani kegiatan pengeluaran kargo impor berstatus LCL-nya dari fasilitas gudang Container Freght Station (CFS) di pelabuhan Tanjung Priok.
“Kalau buat importir sih taunya gudangnya dimana sudah ditempatkan oleh forwarder. Sama halnya terminal (pelabuhan mana) yang ditentukan oleh shipping line. Namun hingga saat ini secara keseluruhan layanan dan tarif LCL di Priok itu sudah oke, tinggal fasilitas dan sarana-nya yang perlu didukung lebih baik lagi,” sergah Amalia.
Baca Juga : Berharap Freight Ekspor Tak Lagi ‘Ugal-Ugalan’
Layanan kargo impor berstatus less than container load (LCL) secara terpusat telah ada pada fasiltas container freight station (CFS center) pelabuhan Tanjung Priok sejak akhir 2017. Layanan tersebut bersifat business to busines antara forwarder, pemilik gudang dan pemilik barang.
Adapun fasilitas CFS centre di pelabuhan Tanjung Priok merupakan bagian program penataan pelabuhan guna mempercepat arus barang impor berstatus LCL) dari dan ke pelabuhan tersibuk di Indonesia itu.
CFS center Priok merupakan area pusat konsolidasi kargo untuk barang impor berstatus LCL yang dilayani melalui pelabuhan tersebut setelah kontener dibongkar dari kapal dari terminal peti kemas.[Akhmad Mabrori]