NLE bikin Dwelling Time Susut & Logistik Efisien 

  • Share
Kapal vessel milik CMA CGM Columbus JAX (JAX) saat sandar di Jakarta International Container Terminal (JICT) pada Senin (31/10/2022).

LOGISTIKNEWS.ID – Implementasi National Logistik Ekosistem (NLE) telah membuat layanan logistik di pelabuhan dan bandar udara (bandara), kini semakin efisien.

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, mencatat dwelling time per Agustus 2023 di pelabuhan rata-rata kini hanya 2,52 hari, atau lebih cepat dari target pemerintah 2,9 hari.

Berdasarkan data dashboard dwelling time INSW, adapun rerata dwelling time pada Agustus 2023 di pelabuhan Tanjung Priok Jakarta 2,48 hari, Pelabuhan Belawan Sumut 2,63 hari, Tanjung Emas Semarang dan Tanjung Perak Surabaya 2,72 hari, serta Pelabuhan Makassar 2,20 hari.

Dwelling time merupakan periode waktu yang dihitung mulai pembongkaran dan pengangkatan peti kemas (kontainer) dari kapal hingga peti kemas tersebut meninggalkan terminal pelabuhan melalui pintu utama.

Baca Juga : Bapennas: Biaya Logistik kudu Efisien, Songsong Indonesia Emas 2045

Baca Juga : Akhirnya, NLE Bakal Diterapkan di 4 Bandara, ALFI Dukung Sejak Awal

“Capaian ini melampaui target kita yang sebesar 2,9 hari dan hanya sedikit di bawah Singapura untuk kawasan Asia,” ujar Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, saat acara Peningkatan Kinerja Logistik melalui Utilisasi Layanan National Logistic Ecosystem (NLE), di Jakarta, pada Selasa (10/10/2023).

Selain waktu bongkar muat yang semakin singkat, Susiwijono juga mengklaim bahwa biaya logistik nasional telah mencapai di bawah 15% dari produk domestik bruto (PDB), yakni hanya sebesar 14,29% pada 2022. Perhitungan biaya ini dilakukan antara Kemenko Perekonomian dengan Bappenas dan badan pusat statistik/BPS.

Baca Juga : LPI Indonesia Anjlok, Penerapan NLE Jadi Solusi

Susiwijono optimistis, hingga 2045 biaya logistik di Indonesia akan semakin turun ke depan hingga mencapai tersisa 8% dari PDB. Didukung oleh semakin efektif dan efisiennya pembangunan infrastruktur yang menunjang arus transportasi logistik.

“Namun perlu juga diakui bahwa utilisasi Infrastruktur logistik Indonesia terutama di pelabuhan memang masih terjadi ketimpangan antar daerah di Indonesia, khususnya di Indonesia Timur yang masih di bawah 50%,” ucapnya.

Disisi lain, faktor infrastruktur pelabuhan di Indonesia Timur perlu didorong terutama harus seimbang dengan optimalisasi dari volume traffic, supaya ada keseimbangan keterisian kargo di wilayah barat dan timur.

Baca Juga : Transformasi Operasional Dikebut, Dwelling Time Susut

Susiwijono juga menjelaskan bahwa efisiensi logistik nasional dilakukan dengan menghilangkan duplikasi dan mengintegrasikan berbagai layanan, terutama melalui konsep single submission.

“Kita berharap pada tahun 2045, biaya logistik kita hanya 8% dari PDB, sangat efisien. Ini adalah target bersama sesuai dengan visi Indonesia Emas 2045,” paparnya.[redaksi@logistiknews.id]

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *