LOGISTIKNEWS.ID – Asosiasi Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara Indonesia (Aptesindo) melaksanakan Musyawarah Nasional (Munas) ke III, di Bandung Jawa Barat pada Kamis (12/9/2024).
Kepala Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Tanjung Priok, Takwim Masuku, membuka langsung acara Munas tersebut.
Saat ini, Aptesindo beranggotakan 10 perusahaan tempat penimbunan sementara (TPS) di Pelabuhan Tanjung Priok yakni: PT Graha Segara, Primanata Jasa Persada, Pesaka Loka Kirana,Wira Mitra Prima, Multi Terminal Indonesia (MTI), Indonesia Air & Marine Supply (Airin), Agung Raya, Dharma Kartika Bakti, Lautan Tirta dan Buana Amanah Karya.
Dalam sambutannya, Kepala KSOP Tanjung Priok, Takwim Masuku menyampaikan, stakeholders perlu memprioritaskan dalam mendukung kelancaran arus barang dan logistik di pelabuhan.
Takwim menegaskan, Pengusaha anggota Aptesindo sebagai mitra strategis di pelabuhan lantaran 65% kegiatan ekspor impor Indonesia dilakukan melalui pelabuhan Tanjung Priok.
KSOP Tanjung Priok juga menyinggung soal sudah adanya Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjung Priok yang juga perlu dukungan pemahaman bersama stakeholders, termasuk para pelaku usaha TPS.
“Keberadaan TPS agar memberikan dampak positif terhadap lingkungan sekitar termasuk untuk kelancaran logistik,” ujarnya.
Sesuai RIP, imbuhnya, sampai tahun 2027 akan ada tiga langkah strategis yang akan dilakukan yakni jangka pendek, jangka menengah dan jangka pendek.
Jangka pendeknya, ujar Takwim yakni merelokasi terminal penumpang pelabuhan Tanjung Priok ke Sunda Kelapa.
“Nantinya, Pelabuhan Priok dedicated dan hanya untuk layanan kargo dan penumpang. Tidak ada lagi layanan penumpang. Artinya, kedepan keberadaan TPS atau buffer ini sangat di perlukan di Pelabuhan Tanjung Priok,” ucap Takwim.
Pada kesempatan itu, Executive General Manager Pelindo Regional 2 Tanjung Priok, Adi Sugiri mengatakan, pihaknya mengedepankan kolaborasi stakeholders untuk memajukan pelabuhan Tanjung Priok.
Sejak terbitnya, RIP Tanjung Priok pada Maret 2024, kata Adi, hal itu menjadi fundamemtal melakukan penataan pelabuhan Priok oleh Pelindo baik dari sisi operasional maupun pengembangan pelabuhan.
“Setiap tahun kami juga terus melakukan program investasi di pelabuhan Tanjung Priok. Bahkan, saat ini kami sedang melakukan revitalisasi JICT-2 di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok,” ujarnya.
EGM Pelindo Regional 2 Pelabuhan Tanjung Priok juga mengajak para pelaku TPS untuk bisa menambah market share-nya di pelabuhan Priok seriring dengan program penataan dan zonasi pelabuhan Priok dalam layanan arus barang non peti kemas maupun peti kemas.
Dalam sambutannya, Ketua Panitia Pelaksana Munas Aptesindo, Ihsan Gani yang juga Dirut Pesaka Loka Kirana dalam sambutannya, mengemukakan, Munas merupakan moment penting organisasi untuk berdiskusi dan kolaborasi dalam menyelesaikan berbagai persoalan dan upaya mengembangkan inovasi bisnis anggota.
“Masih banyak yang perlu di perbaiki dan dikembangkan oleh Aptesindo. Munas ini juga sebagai sarana berdiskusi yang konstruktif,” ujar Ihsan.
Munas Aptesindo yang mengambil tema ‘Sinergi Aptesindo dengan stakeholders untuk kelancaran arus barang ekspor impor di seluruh Indonesia‘, itu juga akan memilih Ketua Umum Aptesindo untuk masa bakti tahun 2024-2029.
Inovasi Bisnis
Dalam sambutannya, Ketua Umum Aptesindo 2019-2024, M Roy Rayadi mengemukakan, dalam perjalanannya selama 18 tahun kehadiran Aptesindo, telah comply dengan digitalisasi dan tehnologi yang mumpuni dalam mendukung kelancaran arus barang ekspor dan impor di seluruh Indonesia.
“Kendati begitu, kedepannya kita mesti terus lakukan inovasi bisnisnya. Sebab Aptesindo jangan hanya identitik dengan kegiatan PLP (pindah lokasi penumpukan) atau overbrengen peti kemas saja. Karenanya, Aptesindo mesti solid dan berinovasi serta berkreasi bisnis agar bisa go global, bukan hanya urusan PLP saja,” tegas Roy.
Dia mengatakan, sarana dan prasarana tempat penimbunan sementara (TPS) di wilayah Pabean Pelabuhan sebagai penopang kelancaran arus barang dan logistik serta mitra strategis stakeholders maupun cargo owners.
Roy juga menegaskan, bahwa kegiatan Aptesindo tidak menyebabkan high cost logistik, lantaran pengusaha Aptesindo hanya menjalankan perannya sebagai operator saja, sedangkan yang berhubungan dengan tarif pelayanan melalui kesepakatan asosiasi penyedia dan pengguna jasa yang kemudian ditetapkan oleh regulator.
Makanya, imbuhnya, kedepannya, eksistensi Aptesindo bisa lebih luas lagi untuk hadir di Belawan, Semarang, Surabaya, guna mendukung program Pemerintah menurunkan dwelling time dan cost logistik, serta percepatan arus barang secara nasional.
Roy juga mengatakan, Aptesindo tidak anti kritik. Justru ingin lebih maju dan mendapat kepercayaan dari cargo owners agar iklim bisnis di Indonesia bisa lebih tertib dan fairness.
Kolaborasi
Efan Sandy Akbar, Kepala Seksi Pabean dan Cukai I, Bidang Pelayanan Pabean dan Cukai II- Kantor Pelayanan Utama (KPU) Bea & Cukai Tanjung Priok, yang pada kesempatan itu mewakili Kepala Kantor Pelayanan Utama (KPU) Bea & Cukai Tanjung Priok, Ambang Priyonggo, mengapresiasi pelaksanaan Munas Aptesindo ke III tahun 2024 tersebut.
Efan mengungkapkan, saat ini kegiatan di pelabuhan Tanjung Priok sedang tinggi-tingginya yang berdampak pada peningkatan yard occupancy ratio (YOR) di terminal peti kemas (lini 1 pelabuhan).
“Karenanya dibutuhkan penyangga atau buffer TPS di lini 2 pelabuhan supaya kondisi YOR tersebut bisa stabil,” ujar Efan.
Untuk itu, Bea dan Cukai Tanjung Priok menegaskan dibutuhkan komitmen dan tanggung jawab bersama antara terminal maupun TPS dalam hal penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, untuk mendukung kelancaran pengeluaran barang di pelabuhan.
“Terminal maupun TPS lini 2 juga harus mendukung komitmen Bea Cukai dalam menekan dwelling time dan kelancaran arus barang di pelabuhan,” ucap Efan.
Dia menambahkan, saat ini Bea dan Cukai Tanjung Priok juga sedang berupaya meningkatkan kualitas pelayanan untuk dengan menyediakan alat pemimdai petikemas atau X-Ray baik untuk petikemas less than container load (LCL) maupun full container load (FCL).
“Kedepannya perlu dukungan juga dari TPS Lini 2 untuk pemanfaatan alat pemindai tersebut, terkait supporting datanya bisa berkolborasi untuk menurunkan cost logistik di pelabuhan,” ujar Efan.
Efisiensikan Cost Logistik
Sedangkan, Ketua Umum BPP Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Capt Subandi, menegaskan sebagai pemilik barang, pihaknya sangat konsen terhadap kelancaran arus barang di pelabuhan dan efisiensi biaya logistik nasional.
Termasuk juga akan terus fokus mengontrol kinerja terminal peti kemas pelabuhan maupun TPS lini 2, dan entitas bisnis di luar pelabuhan.
“Sebab sekarang ini banyak orang bicara cost logistik nasional tetapi langkahnya justru kontraproduktif. Apalagi terhadap biaya-biaya logistik diluar Pelabuhan yang tidak bisa terkendali,” tegas Capt Subandi.
Subandi mengatakan, perlunya kolaborasi antara Terminal Peti Kemas dan TPS lini 2 di pelabuhan untuk kelancaran arus barang dan menekan dwelling time serta mengefisiensikan layanan logistik.
“Bayangkan kalau saat moment seperti Lebaran kemarin tidak ada buffer atau TPS lini 2 seperti apa kondisi terminal ?,” tanya Ketum GINSI.
Dalam Munas Aptesindo ke III tahun 2024 itu juda dihadiri perwakilan manajemen terminal peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, antara lain; Amin dan Donald dari Jakarta International Container Terminal/JICT, dari TPK Koja (Yoga), dan Bima dari New Priok Container Terminal One/NPCT-1.
Pelaksanaan Munas itu juga diselingi dengan pemotongan Kue Tart dalam rangka perayaan HUT ke 18 Aptesindo. [Photo-Photo: Akhmad Mabrori][redaksi@logistiknews.id]